jpnn.com, JAKARTA - PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) melalui Sido Muncul Natural bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengadakan seminar “Peran Dokter pada Transformasi Jamu dalam Dunia Kedokteran sebagai Jembatan Menuju Kesehatan Holistik di Era Modern” di RS Unggul Karsa Medika, Bandung.
Seminar yang dihadiri 150 peserta dari kalangan kedokteran tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dokter mengenai khasiat dan penggunaan jamu yang tepat.
BACA JUGA: Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat Raih Penghargaan IDN Times Inspiring News Maker 2024
Dalam seminar tersebut, Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat menjelaskan kepada para dokter mengenai proses produksi dan standarisasi jamu.
Irwan menyebut semua produk jamu dari Sido Muncul telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah menjalani uji toksisitas.
BACA JUGA: Sukses di Industri, Direktur Sido Muncul Terapkan 3 Prinsip Sumpah Dokter Sebagai Kunci
Dia juga menegaskan semua produk jamu di bawah naungannya sudah melalui uji coba laboratorium yang ketat.
"Kami telah melakukan minimal uji toksisitas akut untuk memastikan keamanan produk kami," tambah Irwan saat ditemui dalam seminar bertema Peran Dokter Pada Transformasi Jamu Dalam Dunia Kedokteran Sebagai Jembatan Menuju Kesehatan Holistik Di Era Modern" di Bandung, Sabtu (18/1).
Sido Muncul juga telah mengumpulkan data riset mengenai bahan jamu tradisional yang tercatat sebagai fitofarmaka, seperti Kunyit dan Sambiloto.
Informasi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah, sehingga dokter dapat melihat bukti ilmiah mengenai khasiat jamu.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami dapat melakukan standarisasi dengan baik, dan ini menjadi simbol kepercayaan kami untuk masuk ke rumah sakit," katanya.
Dia meyakini kekayaan alam Indonesia memiliki potensi besar untuk kesehatan masyarakat, dan jamu adalah bagian dari solusi tersebut.
Bersamaan dengan acara tersebut, Sido Muncul meresmikan Kios Sehat Sido Muncul di Rumah Sakit Unggul Karsa Medika, Bandung, Jawa Barat.
Kios Sehat ke-8 ini hadir untuk memperkenalkan obat herbal kepada masyarakat dan mendukung kesehatan mereka.
Irwan Hidayat menyatakan ini kerja sama ke delapan dengan rumah sakit untuk program Kios Sehat Natural Sido Muncul.
Irwan mengklaim produk yang tersedia di kios telah melalui berbagai tahapan penelitian dan dijaga kualitas produksinya sesuai standar yang berlaku.
Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan obat herbal dapat menjadi pendamping layanan kesehatan formal, memberikan alternatif pengobatan bagi masyarakat.
Seminar dan peluncuran kios ini menjadi langkah penting dalam transformasi jamu di dunia kedokteran modern, berkontribusi pada kesehatan holistik masyarakat.
"Harapan saya supaya obat herbal ini, kekayaan alam kita ini bisa bermanfaat," imbuhnya.
Di sisi lain, PJS Direktur RS Unggul Karsa Medika dr. Lusiana MM., MH., selaku tuan rumah acara menyambut baik pelaksanaan seminar tersebut.
Dokter Lusiana menyebut konsep gaya hidup kembali ke alam kini menjadi tren yang layak untuk dikembangkan.
Mengingat ada banyak keunggulan dari produk Fitofarmaka, salah satunya harga yang terjangkau.
Terlebih dari itu, kehadiran Kios Sehat Sido Muncul di berbagai rumah sakit diharapkan dapat terus berkembang seiring perkembangan teknologi dan pengobatan.
"Jamu ini termasuk golongan bebas sehingga bisa dikonsumsi tanpa resep, sedangkan untuk penggunaan obat kimia didampingi obat herbal ini baru dimulai dan akan di evaluasi,” ujar Dokter Lusiana.
Pada kesempatan yang sama, Ketua IDI Wilayah Jawa Barat, dr. M. Luthfi Sp.PD Subs. HOM (K), FINASIM, MMRS, FISQua mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan transformasi jamu agar lebih efektif dan aman dikonsumsi layaknya obat kimia.
Dokter Luthfi menyoroti pentingnya standarisasi jamu dengan dukungan penelitian yang memadai mengenai dosis dan efektivitasnya.
Dia juga menekankan identifikasi senyawa aktif dalam jamu sangat penting untuk memastikan manfaatnya bagi kesehatan.
"Standarisasi dan penelitian ilmiah melalui uji klinis tidak sekadar turun temurun. Perlu diidentifikasi senyawa aktif. Jadi, kalau Masyarakat, misalkan jamu sambiloto untuk penyakit apa, tahu kandungan yang diminumnya," kata Dokter Luthfi.
Selain itu, Dokter Luthfi menggarisbawahi perlunya standar mutu tinggi dan praktik manufaktur yang baik untuk menjamin keamanan produk jamu.
Hal ini menjadi krusial agar masyarakat dapat mengonsumsi jamu dengan percaya diri dan tanpa rasa khawatir.
"Standar mutu tinggi, good manufacturing practice untuk memastikan keamanan konsumsi," ujarnya.
Dokter Luthfi menuturkan jamu memiliki potensi untuk diterima dalam praktik medis yang lebih formal.
Oleh karena itu, Dokter Luthfi menekankan pentingnya digitalisasi dan edukasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengetahuan dokter mengenai manfaat jamu.
"Digitalisasi dan edukasi diperlukan untuk peningkatan kesadaran masyarakat dan pengetahuan untuk dokter," ujarnya.
Di sisi lain, Dokter Spesialis Anestesiologi RS Unggul Karsa Medika, Dr. Nafthaline, Sp.An, peserta yang turut hadir dalam seminar mengaku terbantu atas informasi yang disampaikan terkait pengetahuan jamu.
Dokter Nafthaline meyakini integrasi antara jamu dan praktik medis konvensional perlu didorong.
Mengingat potensi besar yang dimiliki jamu sebagai bagian dari warisan budaya dan kesehatan Indonesia.
Dokter Nafthaline juga menyampaikan kebanggaannya terhadap penelitian yang mulai berkembang mengenai jamu dan manfaatnya.
Dia berharap penelitian ini dapat menghasilkan publikasi yang bisa diakses oleh masyarakat, sehingga pengetahuan tentang jamu semakin meluas.
Seminar ini diharapkan dapat membuka mindset masyarakat mengenai jamu dan perannya dalam dunia kedokteran modern.
"Kami mendengar bahwa akan ada buku-buku yang dikeluarkan mengenai jamu di Indonesia, dan ini adalah langkah positif untuk mendukung pemahaman yang lebih baik," kata Dokter Nafthaline. (mcr31/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Kemajuan Olahraga Tanah Air, Sido Muncul Gelar Tennis Exhibition di Jakarta
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah