Sikap Sejuk Megawati saat Bahaya Mengancam Jokowi

Senin, 30 Oktober 2023 – 10:29 WIB
Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, September 2023. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - Tokoh pers nasional Dahlan Iskan menilai kalimat sejuk ini seperti boba di kala dahaga, apalagi Megawati Soekarnoputri yang mengucapkannya.

Itu terkait sikap Megawati yang menyatakan "PDI Perjuangan akan mengawal Presiden Jokowi sampai akhir masa jabatan".

BACA JUGA: Hasto PDIP Blak-blakan soal Komunikasi Megawati dan Jokowi

"Bukan main sejuk di tenggorokan yang lagi panas karena terteguk spirtus. Itulah ucapan negarawan tertinggi di lima tahun terakhir ini," kata Dahlan dalam esainya berjudul Gibran Demokrasi, Senin (30/10).

Menurut Dahlan, kalimat itu sekaligus seperti menutup luka parah sebelumnya yang diucapkan oleh tokoh yang sama bahwa 'Presiden Jokowi hanyalah petugas partai'.

BACA JUGA: Bu Mega Minta Kader PDIP Kawal Jokowi Sampai Selesai

Karena itu tempat duduknya pun harus seperti petugas. Terutama ketika di depan ketua umum partai. "Seperti yang viral di medsos itu," lanjut Dahlan.

Dahlan memandang jaminan kawalan sampai akhir masa jabatan itu membuat negara bisa tenang.

BACA JUGA: Yakinlah, Rakyat Tak Akan Terpikat Program Jiplakan ala Gibran

Terlebih, jaminan itu disampaikan ketika isu pemakzulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengemuka di ruang publik.

"Isu penggulingan Jokowi di tengah jalan memang sempat mendidih. Uapnya sudah menyembur ke mana-mana," ucap Dahlan dalam tulisannya.

Sebelumnya, Podcast Abraham Samad dengan Eep Saefulloh Fatah juga membahas soal pemakzulan Jokowi.

Abraham adalah ketua KPK yang "tergalak", sedang Kang Eep merupakan tokoh jajak pendapat dengan reputasi tinggi.

Mereka membahas isu soal potensi penggulingan Jokowi setelah melihat komposisi kekuatan partai politik pendukung pemerintah di DPR RI, imbas perubahan peta politik menjelang Pilpres 2024.

"Kekuatan Jokowi di parlemen dinilai sudah menipis. Jokowi dalam bahaya," tutur Dahlan.

Dahlan juga menggambarkan analisis Eep; kalau suara PDI Perjuangan bergabung dengan suara di kubu Anies-Muhaimin, maka kekuatan oposisi di parlemen hanya kurang dua persen saja.

Konon kekurangan itu bisa didapat dari tiga atau empat suara mbalelo di kubu Prabowo-Gibran.

Usaha menjatuhkan Jokowi lewat parlemen juga bisa saja berhasil, apalagi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan sudah agak lama absen lantaran sedang dirawat di luar negeri.

Menurut Dahlan, usaha itu memang bisa berhasil. Tetapi prosesnya akan sangat gaduh, seru ,keras, bahkan brutal.

"Rakyat yang akhirnya dirugikan. Secara ekonomi. Politisi yang diuntungkan. Secara emosi," ucap Dahlan.

Dampak lainnya, iklim usaha pun bisa memasuki el nino, padahal tanpa el nino itu pun ekspansi usaha sudah praktis berhenti.

Dahlan menyebut setahun ke depan para pengusaha akan lebih banyak jalan-jalan. Terutama ke luar negeri. Sebab, mereka tidak mau terkena gempa politik, apalagi gempa 15 skala Richter.

Setahun ke depan adalah tahun wait and see -istilah yang populer di kalangan pengusaha.

"Satu kalimat dari Megawati itu juga bisa membuat pemerintah tidak lumpuh," ujar Dahlan.

Mantan Menteri BUMN itu menuturkan bahwa di tahun terakhir masa jabatan kedua seorang presiden sangat sulit. Sudah ibarat "kerbau hidup yang sudah tidak bisa berjalan".

"Aslinya, dalam istilah asing, kata "kerbau" itu  "bebek". Kita sudah terlalu banyak punya bebek. Lebih baik diganti kerbau, yang kian langka," lanjutnya.

Dahlan menyampaikan bahwa penyebab utama "kerbau hidup" itu tidak bisa lagi berjalan, yakni loyonya birokrasi di dalam pemerintahan itu sendiri.

"Mereka tahu atasan mereka tidak akan lagi berkuasa. Tahun depan," ujar Dahlan.

Yang lebih melemahkan lagi, semua birokrasi akan lebih hati-hati. Tidak mau salah ambil keputusan. Tidak berani tanda tangan yang mengandung risiko.

Mereka juga lebih berani menolak perintah atasan. Setidaknya ngelesi. Muter-muter. Mungkin masih terlihat takut pada atasan tetapi itu pura-pura. Gerak pun kian lambat.

Atasan memerintahkan A, bawahan pura-pura salah dengar. Capaian target bisa meleset.

Dahlan menilai satu kalimat Megawati tersebut juga belum bisa membuat "kerbau" itu berjalan lagi.

Kalimat Megawati itu dinilai sangat menenangkan tetapi belum bisa jadi cambuk untuk menggerakkan mereka. Tidak akan ada cambuk.

"Model apa pun. Siklus lame duck itu sudah seperti menjadi sunnatullah. Itulah salah satu kelemahan sistem demokrasi," tutur Dahlan.

Lantas apakah majunya Gibran ke gelanggang akan menjadi jaminan bahwa atasan mereka tidak akan berubah? Lalu merasa "pelindung" mereka akan tetap sama?

"Tentu. Kalau Prabowo-Gibran menang. Dan mereka tetap kompak. Tidak ada yang berkhianat. Teguh pada janji. Birokrasi punya wataknya sendiri," ujar Dahlan.(*/jpnn.com)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yenny Wahid Dukung Ganjar - Mahfud, Irwan Singgung Testimoni Gus Dur soal Prabowo


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler