Sikapi Resesi Global dan Tahun Politik, Fajar Hasan Berharap Iklim Investasi Tetap Stabil

Kamis, 27 Oktober 2022 – 08:33 WIB
Pengusaha Asal Sulawesi Tenggara Muhammad Fajar Hasan. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Pengusaha Asal Sulawesi Tenggara Muhammad Fajar Hasan mengatakan sebentar lagi kita akan memasuki tahun politik 2023, kalender politik lima tahunan. Tahapan pemilu akan bergulir menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024.

Dia memastikan energi bangsa akan terkonsentrasi pada tahapan pemilu, baik sebagai partisipan pasif maupun sebagai kontestan masuk arena kompetisi sirkulasi kepemimpinan dan kekuasaan.

BACA JUGA: Dibayangi Resesi Global, Sektor Properti Diyakini Tetap Prospektif

Dari sisi pengusaha, kata Fajar, yang terpenting adalah keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil.

“Tidak terganggu serta kebijakan nasional mengenai program hilirisasi pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkoreksi,” ujar Fajar dalam keterangan tertulis pada Kamis (27/10).

BACA JUGA: CMO Aplikasi PINTU Bagikan Tips Berinvestasi di Tengah Bayangan Resesi

Menurut Fajar, berdasarkan data yang dirilis  oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI bahwa capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari – Maret) Tahun 2022 yaitu sebesar Rp 282,4 triliun, lebih tinggi 28,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Capaian Triwulan I Tahun 2022 juga meningkat 16,9 persen dibandingkan Triwulan IV Tahun 2021. Capaian Triwulan I Tahun 2022 berkontribusi sebesar 23,5 persen dari target realisasi yang dicanangkan sebesar Rp 1.200 triliun.

BACA JUGA: Ekonomi Masih Aman, Pelemahan Rupiah Tak Perlu Disikapi Takut Berlebihan

“Tren positif ini harus tetap dijaga bersama melalui stabilitas politik yang sejuk, hukum dan keamanan,” ujar Fajar.

Lebih lanjut Wakil Bendahara Umum ICMI Pusat mengatakan harapan para pengusaha di Indonesia Konstelasi politik kekuasaan tahun 2024 mendatang tidak mengoreksi iklim investasi di dalam negeri yang saat ini sudah berlangsung baik.

Namun, justru dapat memberikan stimulus akan pergerakan atau percepatan investasi karena adanya jaminan stabilitas politik dalam negeri.

“Portofolio investasi dalam negeri trennya terus naik, pertanda pemodal dan pebisnis percaya dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia makin cerah dan menjanjikan,” ungkap mantan Ketua Majelis Permusyawaran Mahasiswa Universitas Halu Oleo.

Ketua Harian Jaringan Indonesia Korwil Sultra juga mengatakan bahwa selain pertimbangan situasi politik dalam negeri, kita juga harus bersiap menghadapi gelombang resesi global sebagai akibat dari ketidakpastian geopolitik global yang dipicu oleh perang Russia-Ukraina yang belum berkesudahan.

Fajar berharap dampak dari perlambatan ekonomi global, tidak memengaruhi iklim keberlanjutan investasi. Sekali lagi, situasi ini merupakan ujian bagi teman-teman pengusaha.

“Namun, kami percaya bahwa pemerintah kita telah melakukan langkah-langkah proteksi ekonomi dalam negeri agar tidak terkoreksi oleh resesi global dan pengusaha akan berdiri bersama pemerintah menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terguncang oleh resesil,” tuturnya.

Komisaris Utama PT Tetap Merah Putih juga menyatakan bahwa dampak resesi tidak akan terasa di Indonesia khususnya pada sektor bisnis komoditas minerba, pasalnya  perdagangan komoditas minerba khususnya nikel dan batu bara tidak terkoneksi dengan epicentrum resesi yaitu Eropa dan Amerika.

“Untuk batu bara, kita lebih banyak ekspor ke Cina, India, Jepang dan beberapa negara Asean. Sementara untuk komoditas nikel, 10 tahun terakhir ini kita berhenti ekspor karena pengelolaannya di dalam negeri melalui kebijakan hilirisasi," ucapnya.

Pengurus Pusat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia ini juga mengingatkan, mengantisipasi dampak resesi global, agar dunia usaha tetap fokus  pada core business masing-masing dan agak hati-hati, kalkulatif ketika melakukan ekspansi bisnis.

Menurut Fajar, perlu menghindari proyeksi bisnis spekulatif dan high risk, karena di depan mata pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di dunia terkoreksi, secara otomatis akan mempengaruhi proyeksi investasi di negara mitra.

“Kita tidak perlu khawatir secara berlebihan karena fundamental ekonomi dalam negeri cukup kuat dan kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan mikro menggembirakan,” pungkas Fajar.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler