jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady optimistis sektor properti di dalam negeri tetap prospektif meski perekonomian global dibayangi ancaman resesi.
Menurutnya, secara makro perekonomian nasional jauh lebih baik dibandingkan negara lain.
BACA JUGA: Motor Listrik Electrum Jadi Kendaraan Resmi di Ajang KTT G20 di Bali
"Jadi, menurut saya ancaman resesi memang ada tetapi dari potensi dan kekuatan struktur ekonomi Indonesia, kita masih bisa lebih baik dan mampu bertahan,” ujar John, Senin (24/10).
Sejumlah lembaga dunia, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian global akan masuk jurang resesi pada tahun depan, sebagai dampak dari kenaikan suku bunga dan inflasi, akan memukul sektor ekonomi.
BACA JUGA: Dukung Ganjar Pranowo, Himpunan Santri Nusantara: Kami Kawal Hingga Pilpres 2024
IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun depan hanya 2,7% dan memperingatkan terjadinya resesi jika para pembuat kebijakan salah menangani perang melawan inflasi.
John mengatakan sektor properti akan tetap berpeluang mengalami pertumbuhan. Karena dari segi investasi, properti masih menjadi aset yang baik di tengah kondisi ekonomi saat ini.
BACA JUGA: Kominfo: Transformasi Digital Klinik, Upaya Peningkatan Layanan Kesehatan
“Jika sektor properti bisa diselamatkan, saya yakin daya tahan ekonomi nasional menjadi lebih kuat,” jelas John.
Dia menambahkan sejauh ini properti menjadi salah satu sektor penyangga terbesar Produk Domestik Bruto (PDB), sekitar 13,6%.
Selain itu, terdapat ekosistem industri yang sangat besar terkait sektor properti, sedikitnya 175 jenis industri terlibat di sektor itu.
Dengan postur yang ada, sektor properti diyakini mampu menggerakkan roda perekonomian dan menjadi andalan pendapatan pajak pusat maupun daerah.
“Karena itu penting bagi kami berupaya mengembangkan dan menyelamatkan sektor properti agar perekonomian nasional tetap tumbuh,” kata John.
John juga merespons positif langkah Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan relaksasi rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan properti maksimal 100%.
Di sisi lain, John menilai sektor properti telah menunjukkan daya tahan luar biasa selama pandemi.
Daya resiliensi yang sama, lanjutnya, akan menjadi modal sektor properti melewati masa krisis.
“Yang jelas, sektor properti akan tetap prospektif. Sebabnya, Indonesia masih memiliki kesenjangan kepemilikan pemukiman, selain itu pertumbuhan kelas menengah yang kuat akan menjamin kesinambungan pertumbuhan permintaan tersebut,” kata John.
Meski begitu antisipasi terhadap potensi resesi harus tetap dilakukan pelaku industri.
Misalkan, untuk mengerem penurunan permintaan akibat daya beli yang tergerus, para pelaku sektor properti harus mampu menawarkan produk yang sesuai agar bisa terserap pasar.
John menilai kebijakan dari pemerintah juga penting guna menyangga laju sektor properti.
“Pelemahan daya beli serta meningkatnya cost bisa diakomodir dengan kebijakan yang menstimulus seperti PPN DTP yang terbukti efektif. Sebab kenyataannya, sektor properti yang padat karya ini memiliki permintaan potensial yang masih sangat besar secara domestik,” kata John.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Apartemen Keren di Lippo Cikarang, Harganya Ramah di KantongÂ
Redaktur & Reporter : Yessy Artada