Sila Pertama Pancasila Jadi Rujukan Moralitas Bangsa

Jumat, 09 Desember 2016 – 01:05 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid saat menjadi pembicara dalam diskusi Refleksi Kebangsaan dalam rangka launching lomba penulisan bertema Islam dan Patriotisme Kebangsaan di Ruang Aspirasi PKS DPR RI, Gedung Nusantara I, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (8/12). Foto: Humas MPR

jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyatakan bahwa sudah saatnya seluruh rakyat Indonesia menggelorakan kecintaan kepada bangsa dan negara. Salah satunya dengan mementingkan moralitas atau akhlak individu dan sebagai manusia yang bermasyarakat.

“Moralitas bangsa rujukannya adalah Pancasila sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika rujukannya pada UUD, maka moralitas adalah pijakan dasar bernegara,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi ‘Refleksi Kebangsaan’ dalam rangka launching lomba penulisan bertema “Islam dan Patriotisme Kebangsaan” di Ruang Aspirasi PKS DPR RI, Gedung Nusantara I, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (8/12).

BACA JUGA: Politikus PDIP: Sikap Intoleran Bukan Ciri Warga Jabar

Mantan presiden PKS itu menegaskan, moralitas bukan hanya bersifat individual. “Tapi sangat terkait dengan lingkungannya, dengan manusia lainnya, terkait dengan umat beragama lainnya dan juga bahkan terkait dengan alam,” tuturnya.

Lebih lanjut Hidayat mengatakan, Indonesia penuh dengan keberagaman. Karenanya semboyannya pun  Bhinneka Tunggal Ika. 

BACA JUGA: Beri Peringkat, Kemenhub Tiru Perhotelan

Dengan hebatnya keberagaman di Indonesia, katanya, maka akhlak dan moralitas bangsa penting sekali untuk selalu disegarkan dengan berbagai cara dan bentuk yang baik. Lomba penulisan itu pun menjadi salah satu cara untuk mencari cara yang menyegarkan akhlak dan moralitas.

“Di lomba nanti, para penulis  akan mengolah bagaimana cara menyegarkan kembali bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang berakhlakul karimah sehingga tidak terjadi sebuah kondisi yang seolah-olah moral itu hanya urusan pribadi dan berada di ranah pribadi, tapi moral adalah terkait dengan dirinya juga lingkungannya dimana dia berada,” katanya.

BACA JUGA: Ini Harapan Ahok soal Lokasi Sidang Perkaranya

Dalam kesempatan itu Hidayat juga mengingatkan manfaat dan bahaya media sosial.  Di tengah begitu banyak informasi di era media sosial,  kadang semua pribadi disibukkan dengan informasi yang serba-instan dan dangkal.

Membanjirnya informasi instan secara terus menerus itu, lanjut Hidayat, hampir membuat  tidak ada lagi pendalaman kehidupan untuk merefleksikan tentang akhlak. Menurut Hidayat, partai pun punya kewajiban memberi pendidikan politik.

“Peran parpol sangatlah penting.  Perannya yang sangat penting adalah memberikan pendidikan politik, tidak hanya pendidikan politik yang biasa saja tapi harus ditingkatkan lagi pendidikan politik kepada rakyat yang mencerahkan bangsa dan beretika atau berrmoral.  Hal tersebut sangat diharapkan terjadi dengan tujuan menghilangkan dikotomi antara keberagamaaan dengan kebangsaan.  Parpol PKS sudah memulai itu, dan saya melihat parpol lainnya juga sudah mulai melakukan itu,” tandasnya.

Diskusi Refleksi Kebangsaan itu berlangsung selama satu hari dengan menghadirkan beberapa pembicara yang sangat kapabel. Antara lain pengamat politik dari LIPI Prof, Siti Zuhro,  cendekiawan muda Yudi Latief, serta penulis dan pengamat politik Irfan Hidayatullah.  Acara tersebut juga dihadiri Presiden PKS HM. Sohibul Iman dan Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sori, Sepertinya Fraksi PDIP Tak Punya Kader Layak untuk Pimpin DPR


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler