SIMAK! Bos Go-Jek Bilang, Orang Indonesia Punya Ambisi tapi Takut Gagal!

Jumat, 29 Januari 2016 – 13:05 WIB
Bos Go-Jek Nadiem Makarim. FOTO: dok/jawapos

jpnn.com - MASYARAKAT Ekonomi ASEAN (MEA)  membuat sebagian kalangan grogi menghadapi. Bisakah Indonesia menang dalam persaingan itu? Bos Go-Jek Nadiem Makarim menjawab pertanyaan itu dengan keyakinan supertinggi. 

Saat ditanya tentang masa depan perekonomian Indonesia, pendiri perusahaan rintisan fenomenal di Indonesia itu tak ragu menjawab. Pria kelahiran Singapura itu optimistis Indonesia punya masa depan yang cerah Bukan mustahil panji Merah Putih berkibar di tingkat regional, bahkan internasional. 

BACA JUGA: Gara-gara Brownies, Lion Air Surabaya-Palu Mendarat di Makassar

"Dengan zaman yang mengedepankan aspek kreativitas dan inovasi, saya yakin rakyat Indonesia tak kalah dengan warga negara lain. Saya sendiri sudah melihat bagaimana orang Indonesia berjaya bahkan saat harus bersaing dengan orang dari negara-negara maju," ujarnya saat berbincang dengan Jawa Pos di kantor Go-Jek di kawasan Kemang, Jakarta, belum lama ini. 

Namun, kata dia, orang Indonesia yang bisa menggapai panggung dunia memang tak banyak. Bukan masalah kompetensi atau level kecerdasan. Nadiem menganggap itu hanya masalah mental.

BACA JUGA: Balas Kunjungan Megawati, Pengusaha Korsel Sambangi Galeri Indonesia Wow

Dengan status negara yang sebagian besar lulusan tingkat SMA ke bawah, banyak orang Indonesia yang mundur sebelum berperang.

Padahal, lanjut dia, banyak ide orang Indonesia yang sebenarnya cemerlang dan punya potensi berhasil. Namun, tak banyak yang punya keberanian mengambil risiko. Adagium no pain no gain juga sering diucapkan generasi muda dengan mudah. Namun, penerapannya paling susah.

BACA JUGA: Wuiih, Apartemen Masih Laris Manis

"Kalau saya lihat, banyak orang Indonesia yang punya ambisi, tapi tak mengambil inisiatif. Alasan utama mereka adalah takut gagal. Padahal, gagal itu bukan sebuah kesalahan. Gagal itu proses pembelajaran. Jangan berharap sukses kalau tak belajar," terang lulusan Harvard University dan Brown University, dua perguruan tinggi Ivy League, sebutan kampus paling prestisius di AS.

Dengan mental tersebut, banyak orang Indonesia yang cenderung tertutup secara mental. Karena takut kalah atau gagal, mereka menggunakan jalan tanpa risiko. Bukan cara untuk memperoleh hasil yang besar meski terdapat risiko di sana.

"Sikap sejak awal sudah salah. Di era globalisasi ini, mereka sudah takut duluan kalau-kalau kalah saing dengan orang asing. Bukannya berpikir untuk menyerap ilmu mereka dan meningkatkan kualitas diri sendiri," imbuh pria kelahiran 4 Juli 1984 itu. (bil/sof/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anda Mau Lion Air Tidak Delay Lagi, Baca Ini....


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler