jpnn.com, SAMARINDA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyampaikan sejumlah catatan untuk pembangunan ibu kota negara (IKN) yang baru di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar) di Kalimantan Timur (Kaltim).
LaNyalla menegaskan pembangunan IKN baru harus mencerminkan identitas dan karakter bangsa.
BACA JUGA: Respons Baidowi Setelah Pemerintah Menunda Pemindahan Ibu Kota Negara
"Yang paling mendasar dan harus menjadi kerangka berpikir semua dalam menyusun dan merencanakan pembangunan ibu kota negara ini adalah identitas dan karakter bangsa Indonesia, yang wajib tercermin dalam ibu kota negara ini," kata senator Dapil Jawa Timur itu.
LaNyalla menyampaikan itu saat menjadi pembicara kunci Seminar Nasional bertajuk “Wawasan Kebangsaan dan Pembangunan Daerah Menyambut Ibu Kota Negara (IKN)” di IAIN Samarinda, Kaltim, Senin (5/4).
BACA JUGA: Apa Kabar Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara?
Seminar diikuti sejumlah senator, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat M. Basuki Hadimoeljono (hadir virtual), utusan gubernur Kaltim, utusan bupati Penajam Paser Utara, Rektor IAIN Samarinda Prof. Muhammad Ilyasin, serta Staf Ahli Bappenas Dr Son Diamar.
Menurut LaNyalla, sejumlah negara telah memperkuat karakter dan identitas bangsanya.
BACA JUGA: Infrastruktur Jalan dan Rel Kereta Api Trans Kalimantan Harus Terintegrasi dengan Pembangunan IKN
Dia mencontohkan perbedaan di Kota Beijing, Ibu Kota Tiongkok, dengan Kota Shanghai, atau kota-kota yang menjadi pusat bisnis dan industri di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Oleh sebab itu, kata LaNyalla, itulah pentingnya mengapa identitas dan karakter bangsa Indonesia harus benar-benar tampak melalui konsep pembangunan IKN di Kaltim tersebut.
“Ini harus menjadi perhatian bersama. Jangan sampai ibu kota negara baru di Kalimantan Timur ini nantinya hanya memindahkan Jakarta ke Kalimantan Timur," jelasnya.
Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur itu menambahkan, hal lain yang menjadi catatan adalah isu-isu global yang akan menjadi kesepakatan penduduk dunia. Terutama menyangkut isu lingkungan.
“Kita mengenal istilah konstruksi hijau, yaitu konsep pembangunan dengan pola konstruksi, yang dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah," jelasnya.
Selain itu, sambung LaNyalla, paradigma pembangunan kota baru yang berkembang pada abad ini adalah Kota Modern dan Kota Berkelanjutan.
Keduanya dapat memiliki makna yang saling melengkapi.
Karakteristik modern city dan sustainable city ditandai dengan adanya masyarakat modern di suatu kota yang memiliki tujuan masa depan, dan berpikir jauh ke depan.
“Sehingga kota tersebut terus melakukan upaya inovatif melalui pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan sosial," ujarnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI itu mengatakan, yang tidak kalah penting adalah perspektif keamanan.
Sebab, sebuah IKN harus mempertimbangkan corak sosial serta budaya masyarakat penduduk calon ibu kota baru.
Sehingga tidak memiliki resistensi serta potensi konflik terhadap dinamika perpindahan ibu kota.
“Indikator yang terkait dalam perspektif keamanan adalah indeks demokrasi Indonesia, indeks kerukunan beragama, dan indeks pembangunan manusia," jelasnya.
Dalam perspektif pertahanan, LaNyalla mengatakan sebuah IKN harus mempertimbangkan posisi geografis dan infrastruktur pertahanan, sehingga tidak rentan dari serangan eksternal maupun bencana alam.
Dia menambahkan indikator untuk mengukur dalam perspektif pertahanan adalah indeks kerawanan bencana, indeks kekuatan militer global, dan indeks keamanan siber global.
"Poin-poin tersebut harus sejalan juga dengan Visi Indonesia 2045. Sehingga pembangunan dan penataan ibu kota negara di Kalimantan Timur ini dapat berjalan sesuai harapan dan membawa manfaat besar bagi bangsa Indonesia," harapnya.
LaNyalla mengatakan DPD RI secara berkelanjutan akan terus memantau perkembangan pembangunan IKN baru ini melalui mekanisme pengawasan yang berlaku.
Turut mendampingi LaNyalla sejumlah senator di antaranya Aji Mirni Mawarni, M. Idris, Zainal Arifin, Bustami Zainuddin, Djafar Al Katiri, Asyera Wundalero, Wa Ode Rabia, Jiyalika Maharani, Amaliah, Cherish Harriette dan Adilla Aziz, serta mantan senator Kaltim Awang Ferdian. (*/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Boy