Simak! Penjelasan Dokter jika Seseorang Mendapatkan Vaksin Palsu

Selasa, 19 Juli 2016 – 06:08 WIB
Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Menkes Nila F.Moeloek pada acara rapat dengar pendapat hari Kamis, 14 Juli 2016, menyampaikan daftar RS dan klinik yang menggunakan vaksin palsu. 

Dampaknya luar biasa. Masyarakat yang dirugikan berbondong-bondong mendatangi RS yang disebut oleh Menkes untuk meminta keterangan. 

BACA JUGA: Klaim Eksekutif Setuju Usulan DPRD Soal Tambahan Kontribusi

“Dari gambar yang saya lihat di media TV tampak kemarahan dari orang tua yang anaknya yang diduga telah mendapat vaksin palsu. Di media sosial sendiri khususnya kalangan dokter kita mendapat info bagaimana  begitu mencekamnya suasana di RS ketika didatangi oleh masyarakat yang datang dengan emosi tinggi seperti yang terjadi di RS Harapan Bunda, RS Elisabeth dan beberapa RSIA yang diduga telah menggunakan vaksin palsu,” ujar praktisi kesehatan dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Ari F Syam, dalam keterangannya kemarin (18/7).

Sayangnya karena khawatir yang berlebihan dan tidak puas mendapatkan keterangan dari pihak RS, lanjutnya, sampai terjadi penganiyaan dan beberapa dokter juga menjadi korban.  

BACA JUGA: Bang Ipul Digarap 11 Jam, Pengacaranya Bilang...

“Kondisi ini memang harus segera diatasi, karena pasti akan mengganggu pelayanan RS secara keseluruhan. Dokter, perawat dan pegawai RS tidak akan bekerja dengan tenang  dalam kondisi mencekam tersebut,” ujarnya.

Pemerintah sendiri sudah coba mengatasi kondisi ini dengan menyampaikan akan melakukan imunisai ulang pada masyarakat yang diduga mendapat vaksin palsu.

BACA JUGA: Ini Yang Dilakukan Marwan Atasi Hambatan Terbesar Kemajuan Desa

Secara akal sehat, lanjutnya,  rasanya tidak mungkin RS atau dokter mau menggunakan vaksin palsu  untuk pasiennya. Karena sudah pasti dokter akan tahu dampak jika seseorang mendapatkan vaksin palsu.

Wakil Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) itu menjelaskan, salah satu vaksin yang dipalsu adalah vaksin untuk hepatitis virus A dan B. 

“Kita tahu dalam evaluasi pasca imunisasi hepatitis B dokter akan melakukan pemeriksaan titer antibodi untuk mengetahui apakah sudah terbentuk antibodi atau belum,” terangnya.

Dijelaskan, vaksin yang masih dapat diberikan saat dewasa adalah vaksin virus hepatitis B. Jelas orang yang melakukan vaksinasi hepatitis B tersebut ingin terbebas dari penyakit virus hepatitis B yang saat ini angkanya masih cukup tinggi di masyarakat kita. Diperkirakan ada 2,9 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi oleh virus hepatitis. 

Bagaimana kalau seseorang yang dirinya sudah divaksinasi hepatitis B dan merasa dirinya sudah kebal? Tentu pasien tersebut sudah percaya diri dan yakin dirinya aman dan  tidak mudah terinfeksi oleh virus hepatitis B. 

“Tetapi ternyata tidak, karena sebenarnya tidak ada kekebalan sama sekali dalam tubuhnya terhadap infeksi virus hepatitis B karena menggunakan vaksin palsu. Sehingga apa yang terjadi kemudian mereka bisa saja tertular virus hepatitis B,” terangnya.  

Berbeda dengan infeksi virus A yang umumnya berlangsung akut yaitu pasien mengalami demam tinggi mendadak, mata kuning, BAK seperti air teh dan badan lemas. Pasien dengan hepatitis B kronis biasanya tidak mengalami gejala akut. 

“Pasien tidak menyadari bahwa dalam dirinya terdapat infeksi hepatitis B. Perlahan tapi pasti pasien yang sudah terkena infeksi virus hepatitis mengalami kerusakan pada hatinya sampai terjadi penciutan hati,” bebernya. 

Perjalanan dari mulai terinfeksi virus sampai siosis hati bisa berlangsung selama 5 tahun. Kondisi liver yang sudah mengalami sirosis dengan jumlah virus dalam tubuh yang masih tinggi akan menyebabkan sebagian  liver akan berubah menjadi  ganas dan terjadi kanker hati. 

Hakekatnya infeksi virus hepatitis dengan perjalanan waktu dapat menyebabkan kanker hati. Vaksinasi akan menyebabkan seseorang terhindar dari infeksi virus hepatitis B dan terhindar dari kanker hati.

“Akibat menggunakan vaksin palsu, seseorang yang merasa dirinya sudah terlindungi akan mengalami infeksi  hepatitis dan yang dapat berakhir  pada  kanker hati,” terang dokter yang dekat dengan kalangan jurnalis ini.

“Dengan keterangan seperti ini rasanya, sekali lagi, dengan akal sehat tidak mungkin dokter atau RS memberikan dengan sengaja vaksin palsu kepada pasien-pasiennya,” kata dia. (sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPD RI: Jangan Terulang Tragedi Brexit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler