jpnn.com - JAKARTA – Gerhana matahari sebenarnya bukan kali ini saja melintasi Indonesia. Pada tahun 1901 gerhana matahari melintas di Sumatera. Kemudian pada 1962 gerhana sebagian kecil terlihat di Indonesia bagian timur. Yang terakhir, pada 1983 terjadi di Pulau Jawa dan sebagian kecil Papua.
Tapi, beda dulu, beda sekarang. Terutama saat terjadi di zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Gerhana matahari total zaman Soeharto ditakuti, karena pemerintah kala itu menyampaikan bahwa gerhana matahari total akan menyebabkan kebutaan permanen.
BACA JUGA: Kangen Rakyat, SBY Safari Politik Keliling Jawa
Tak jarang banyak orang yang malah bersembunyi di bawah ranjang saat gerhana matahari terjadi. “Waktu gerhana matahari tahun 1983, saya masih kelas 5 SD. Waktu itu kita disuruh sembunyi di dalam rumah dan tak boleh lihat gerhana. Katanya bisa membuat buta,” ujar warga Belitung Timur, Toni, 45.
Nah, di zaman pemerintahan Presiden Jokowi ini, gerhana matahari justru diburu. Tak hanya warga yang antusias menyambut gerhana matahari total di Indonesia. Wisatawan asing pun rela berkunjung ke Indonesia hanya untuk menyaksikan fenomena langka itu.
BACA JUGA: Teriakan Histeris dan Tetes Air Mata buat Labora
Bahkan, Presiden Jokowi dikabarkan akan nobar gerhana matahari di Belitung, sedangkan Wapres Jusuf Kalla nobar di Palu, Sulteng.
Tak hanya itu, untuk memeriahkan gerhana matahari total kali ini, beberapa pihak berlomba-lomba menyiarkan secara langsung detik-detik gerhana matahari total di sejumlah titik.
BACA JUGA: Jumlah PNS Tak Perlu Dikurangi, Simak Alasannya
Warga yang tidak bisa mendatangi lokasi gerhana matahari bisa menyaksikan fenomena yang terjadi sekali dalam 350 tahun itu melalui live streaming.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan, gerhana matahari total yang melintasi wilayah Indonesia sangat langka. Karenanya, sangat disayangkan jika masyarakat Indonesia melewatkannya.
“Ini kesempatan bagus sekali bagi masyarakat untuk melihat fenomena itu (gerhana matahari total) di tempat yang jarang sekali. Karena kebetulan langka sekali tempatnya hanya di Indonesia, bisa sekali seumur hidup,” ujar Eka Sakya. (one/ps/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Labora Sitorus..Dari Naik Ojek, NAM Air Sampai LP Cipinang
Redaktur : Tim Redaksi