Sinabung Masih Siaga

Selasa, 17 September 2013 – 08:26 WIB

jpnn.com - SIMPANG EMPAT- Ribuan pengungsi korban letusan Gunung Sinabung mengeluhkan kurangnya sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) di lokasi penampungan. Keterbatasan itu membuat mereka harus antre berjam-jam. Kondisi itu terlihat di lokasi penampungan Jambur Sempakata Kabanjahe.

Antrean panjang terjadi, Senin (16/9), karena jumlah kamar mandi yang ada di sana terbatas, sementara jumlah pengungsi semakin banyak. Di lokasi ini fasilitas kamar mandi yang tersedia hanya 5 unit, masing-masing 2 untuk laki-laki, dan 3 untuk perempuan. Sementara jumlah pengungsi yang berada di sana sebanyak 2.730 orang.
 
"Harus menunggu lama kita kalau mau menggunakan kamar mandi. Beginilah situasinya di sini," kata S Beru Ginting, salah seorang pengungsi.

BACA JUGA: Lampung Krisis Buku Nikah

Situasi serupa juga terjadi di sejumlah lokasi penampungan lainnya. Antara lain di Jambur Taras, di Kec. Berastagi yang menjadi lokasi penampungan 1.560 orang pengungsi. Selain masalah MCK, ternyata para pengungsi juga mengkhawatirkan keselamatan dan nasib ternak-ternak mereka yang terpaksa ditinggal di desa.

Saat Gunung Sinabung mulai 'batuk-batuk', warga sekitar langsung melarikan diri. Banyak dari mereka yang kabur tanpa membawa apa pun, kecuali pakaian yang melekat di badannya.
 
Mereka juga khawatir soal keamanan barang-barang yang ditinggalkan di rumah serta binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kambing, babi dan ayam nya ditakutkan mati karena tidak ada yang memberi makan.

BACA JUGA: Kementerian PU Kirim Bantuan ke Sinabung

Sementara Polisi Wanita (Polwan) yang bertugas di Polres Karo turut ambil bagian dalam upaya mengatasi trauma anak-anak korban bencana alam letusan Gunung Sinabung yang berada di pengungsian. Anak-anak itu diajak bernyanyi dan bermain bersama di lokasi pengungsian Jambur Taras, Kec. Berastagi.

Lima orang polwan aktif mengajak anak-anak itu bermain, serta menyanyikan lagu kebangsaan maupun lagu tradisional Karo.
 
Di dalam bangunan jambur, anak-anak itu berteriak gembira. Bertepuk tangan, dan saling tertawa melihat temannya bertingkah lucu saat dikenalkan tentang rambu-rambu lalu-lintas.

BACA JUGA: Pelamar CPNS Wajib Mencantumkan Akreditasi BAN-PT

Mereka pun berseru senang karena ada acara bagi-bagi permen dan coklat. "Ini upaya kita untuk menghibur adik-adik ini, upaya untuk menghilangkan rasa trauma mereka terhadap letusan gunung berapi," kata Inspektur Polisi Satu (Iptu) Waskita Sembiring, salah satu Polwan yang terlibat dalam kegiatan itu.
 
Disebutkan Waskita, mereka prihatin dengan bencana alam yang tengah terjadi, dan berharap anak-anak yang menjadi korban bencana ini dapat keluar dari situasi yang muram. "Kalau mereka masih berada cukup lama di penampungan, kita akan melakukan kegiatan seperti ini, mengajak adik-adik ini bermain," kata Waskita yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Kepala Polsek Berastagi.

Hingga kemarin Gunung Sinabung masih menyemburkan asap dan abu vulkaniknya. Meski volumenya sudah mulai menurun dibanding sehari sebelumnya, tapi kondisi ini tak serta merta membuat pihak berwenang berani menurunkan status siaga (level III) gunung setinggi 2.460 meter dpl tersebut menjadi waspada. Karena itu, para pengungsi yang jumlahnya telah mencapai 5877 jiwa itu belum diijinkan kembali ke desa masing-masing.

Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Armen Putra, hingga Senin (16/9) sore, gempa vulkanik yang terjadi memang tak sebanyak sehari sebelumnya, dimana tercatat hingga pukul 12.00 WIB gempa terjadi sebanyak 13 kali.

Meski begitu pihaknya masih terus mempelajari dan memantau perkembangan Gunung Sinabung. “Meski volume dan tremornya sudah berkurang, tapi kita masih tetapakan status siaga bagi radius 3 Km. Ini harus dipelajari secara terus menerus, apalagi gunung ini punya keunikan,” ujar Armen. Keunikan yang dimaksud adalah, bisa meletus secara tiba tiba (explosive).
 
Ini jelas berbeda dengan gunung berapi lain di Indonesia yang bisa diperkirakan waktu meletusnya. Tapi, karena Sinabung termasuk dalam kelas gunung yang tak besar, letusan yang mengeluarkan bola pijar dan awan panas biasanya hanya mengenai radius 2 Km. Hal senada juga dikatakan Plt Kaban Kesbang Pol dan Linmas Kab Karo, Ronda Tarigan. Dalam keterangannya, Pemkab Karo tetap akan melaksanakan operasi tanggap bencana melalui pengelolaan pengungsi yang berada di beberapa tempat, seperti Berastagi, Kabanjahe dan Kec. Payung.
 
“Meski volume letusannya menurun, tapi para pengungsi belum diperbolehkan pulang, kita harapkan agar pengungsi dan masyarakat luas mengikuti arahan Pemkab Karo,” tegas Tarigan.

Sejauh ini, sejak Senin pagi debu vulkanik yang sebelumnya menerpa Berastagi mulai berkurang. Kini hanya sisa-sisa debu vulkanik yang tertinggal di atap-atap rumah warga, pohon dan areal terbuka bebas. Sedang sisa asap berembus ke arah timur laut. Melewati sejumlah desa yang berada di Kec. Naman Teran. Desa Sukandebi termasuk yang paling parah dilanda abu vulkanik. Desa ini sebenarnya relatif jauh dari gunung, namun karena menjadi lintasan abu, maka sebagian besar warganya juga sudah mengungsi.
 
Sementara di lokasi terpisah, sebanyak 1.560 jiwa pengungsi yang  sebelumnya menempati Jambur Taras Rumah Berastagi terpaksa dipindah lagi ke tiga lokasi berbeda. Pemindahan  ini dilakukan karena jambur tersebut mau dipergunakan sebagai tempat pesta adat. Perpindahan ini berlangsung sesuai kesepakatan antara pengelola jambur dengan pemerintah.

Di mana sebelumnya, saat pertama ditampung di sana, pengelola jambur Taras Rumah Berastagi telah menegaskan kalau pengungsi hanya bisa sementara waktu mengisi jambur, karena jauh hari sebelumnya telah ada jadwal pemakaian dalam rangka pesta perkawinan.
 
"Kami sudah deal dari awal karena memang sudah ada yang menyewa ini untuk Selasa (17/9), namun kami pun tak akan tinggal diam membantu mereka di tempat yang baru," ujar Naksir Purba, pengelola Jambur Rumah Berastagi.

Koordinator Penampungan Pengungsi Berastagi, Edison Karo-Karo pun tak menampik kalau telah ada kesepakatan sejak mula. Karo-Karo juga menyebutkan para pengungsi asal 13 desa itu dipindah ke tiga tempat, yakni Gedung KWK dan Kantor Klasis GBKP Jl. Udara Berastagi serta ke Masjid Istihrar.

Edison juga mengatakan jika semua pengelolaan pengungsi tetap berjalan seperti semula , hanya lokasi saja yang dialihkan. Di tempat yang baru juga pihaknya telah menyiapkan fasilitas umum yang penting bagi pengungsi. Khusus di Masjid Istihrar tambah koordinatornya, Kasman Sembiring jumlah pengungsi sebanyak 174 jiwa, disini mereka mengisi kamar kamar bangunan baru di masjid yang berlokasi di Jl. Perwira Berastagi itu.(nang/fer/roy/deo/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bandung Resmi Punya Wali Kota Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler