Harga Ayam Turun Tajam

Senin, 17 Oktober 2016 – 08:39 WIB
Pedagang. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - SURABAYA – Harga ayam di tingkat peternak mengalami penurunan cukup tajam. 

Saat ini rata-rata berada di level Rp 17 ribu per kg atau di bawah harga pokok produksi (HPP) peternak.  Rendahnya harga ditengarai karena daya beli yang melemah.  

BACA JUGA: Daftar Mobil Daihatsu yang Paling Laris

Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Indonesia Hartono menyatakan, harga di tingkat peternak bervariasi. 

Angka Rp 17 ribu per kilogram (kg) tersebut hanya secara rata-rata. Jadi, ada peternak yang dihargai di bawah itu. 

BACA JUGA: Transaksi Perdagangan Antarpulau Tembus Rp 804 Triliun

”Padahal, HPP minimal Rp 18 ribu per kg. Jadi, kalau tidak naik di atas itu, berat bagi peternak,” katanya kemarin (16/10).

Pada awal kuartal keempat tahun ini, permintaan cenderung fluktuatif. Bahkan, tren cenderung turun. Sebab, tidak ada lonjakan permintaan yang signifikan, terutama ditopang momen khusus.

BACA JUGA: Mitsubishi Ubah Struktur Bisnis, Diler Dibagi 3

Biasanya yang bisa mendongkrak penjualan adalah permintaan untuk acara tertentu. 

”Misalnya, hajatan. Sekarang Jabodetabek stabil. Selain itu, permintaan kota lain di Jawa sepi dan cenderung turun,” tandasnya. 

Bila di pasar tradisional cenderung turun, penjualan di pusat perbelanjaan, terutama ritel modern, relatif stabil. 

”Turunnya suplai ayam diimbangi dengan penurunan permintaan sehingga seimbang,” lanjutnya.

Suplai ayam diperkirakan terus turun hingga akhir tahun. Kondisi tersebut akan memengaruhi harga ayam. 

”Perkiraan kami, tiga bulan terakhir pada tahun ini, harga rata-rata di tingkat peternak bisa mencapai Rp 19.000 per kg.” Apalagi kalau sampai terjadi kenaikan permintaan. Misalnya, momen akhir tahun. 

Menurut dia, penurunan suplai ayam pada kuartal keempat tahun ini merupakan dampak dari pengurangan impor grand parent stock (GPS) atau bibit induk ayam. Pengurangan itu dilakukan pada 2015. Impor GPS pada 2013 tercatat 700 ribu ekor. Angka tersebut naik menjadi 960 ribu ekor pada 2014. 

Lantaran kelebihan suplai yang berdampak pada harga ayam, besaran impor dikurangi pada 2015 menjadi 665 ribu ekor. ”Ada pengurangan GPS hingga 30 persen jika dibandingkan dengan 2014,” paparnya. 

Tapi, permintaan hanya turun sementara waktu. Kalau turun, hanya 10–15 persen. Sementara itu, suplai telanjur turun 30 persen. 

”Harga day old chicken (DOC) atau bibit ayam mulai merangkak naik,” katanya. Biasanya DOC dijual Rp 4.000 per ekor, sekarang bisa mencapai Rp 6.000 per ekor. 

Berdasar data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, sejak Juli, tren harga daging ayam bergerak turun. Pada Juli, harga rata-rata Rp 32.791 per kg. 

Harga tersebut turun dari rata-rata September Rp 28.907 per kg. Kemudian, harga pada dua minggu pertama Oktober rata-rata hanya Rp 28.599 per kg. (res/c16/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Transaksi Flazz BCA Mencapai Rp 50 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler