Sinta Ridwan: Museum Digital Permudah Mempelajari Peradaban Masa Lalu

Senin, 24 Januari 2022 – 22:46 WIB
Filologi Sinta Ridwan. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Filolog perempuan, Sinta Ridwan mengatakan banyak catatan peradaban masa lalu, gambaran gaya hidup, konten-konten sastra hingga pepatah yang bisa dijadikan pedoman kehidupan di masa sekarang.

Oleh karena itu, kandidat doktor di bidang arkeologi ini pun membuat museum digital agar lebih mendekatkan para generasi sekarang dengan masa lalu.

BACA JUGA: Benda Pusaka Kerajaan Bone di Museum La Pawowi Hilang, Polisi Bergerak Mengusut

Museum tersebut untuk memudahkan masyarakat mengakses catatan-catatan kuno di mana dan kapan saja tanpa harus ke lokasi secara langsung.

Menurut Sinta, selama ini orang-orang jarang mempelajari atau membaca naskah kuno karena kesulitan dalam mengakses catatan-catatan masa lalu yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.

BACA JUGA: Syafruddin Mengagumi Museum Sejarah Rasulullah

"Melalui museum digital ini saya berharap orang dapat lebih mudah belajar aksara karena mempelajarinya seperti mengenal kunci untuk masuk gerbang masa lalu," kata Sinta Ridwan, pada acara Live IG Nina Nugroho Solution #akuberdaya bertajuk ‘Cerita Perempuan di Balik Aksara Kuna’, baru-baru ini.

Desainer Nina Nugroho selaku host pada IG Live mingguan itu sempat menyinggung perihal wanita-wanita yang memiliki keberdayaan di masa lalu.

BACA JUGA: Peduli Gizi Anak Indonesia, Nina Nugroho Serahkan Donasi ke FoI

Cukup menakjubkan, Sinta dapat mempelajari kehidupan banyak wanita berdaya di masa lalu dari manuskrip-manuskrip yang ditelitinya.

Dia mengungkapkan kisah Gayatri sebagai wanita berdaya di masa lalu sangat menarik. Gayatri adalah guru strategi perang sang Mahapatih Gajah Mada.

"Gayatri sosok perempuan yang punya peran luar biasa di masa Majapahit. Itu luar biasa dan menarik banget ya,” papar Sinta, lagi.

Ke depan, Sinta ingin memperbarui kamus-kamus bahasa yang sudah dibuat oleh peneliti pendahulunya.

Dalam angannya ke depan, kamus-kamus ini akan menjadi kamus berjalan dan dibalut dalam nuansa kekinian.

Dia berharap dengan kamus-kamus dalam kemasan kekinian ini menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga akan semakin banyak generasi muda yang mampu membaca aksara kuno.

“Setelah dapat membaca, kita jadi makin tertarik lagi untuk mendalaminya karena dalam manuskrip-manuskrip itu terdapat karya seni yang indah," tuturnya.

Dia menyebutkan ada yang berupa bingkai-bingkai yang dinamakan iluminasi, biasanya terdapat di Al Quran.

"Di ukiran candi, kita bisa melihat tren busana di masa lalu. Ada wanita yang pakai kemben, tenun, batik. Jadi, motif pakaian-pakaiannya sudah beragam," ujarnya. (jlo/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler