Sinyal Panas The Fed soal Suku Bunga, Ekonom Meramal BI Akan Segera Bertindak

Selasa, 20 September 2022 – 16:41 WIB
Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) kembali menunjukkan sinyal hawkish dalam kebijakan kenaikan suku bunga pada pertemuan pekan ini. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) kembali menunjukkan sinyal hawkish dalam kebijakan kenaikan suku bunga pada pertemuan pekan ini.

Hawkish adalah respons untuk menggambarkan kebijakan moneter yang cenderung kontraktif.

BACA JUGA: Jelang Pertemuan The Fed, Rupiah Hari Ini Ambyar!

Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memproyeksikan Bank Indonesia (BI) juga akan mengambil sikap untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp).

BI akan melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari pada bulan ini, yakni 21-22 September 2022.

BACA JUGA: Sinyal Hawkish The Fed Mencuat, Harga Emas Langsung Ambrol

Dia memperkirakan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) akan naik dari 3,75 persen menjadi empat persen.

“Kami sejauh ini melihat, BI akan kembali menaikkan suku bunga dengan besaran 25 bp ke empat persen,” kata Irman di Jakarta, Selasa (20/9).

BACA JUGA: Pergerakan Rupiah Hari Ini Terkekang Pesan dari The Fed, Alamak

Menurutnya, BI mempertimbangkan adanya sinyal hawkish (suku bunga tinggi) dari The Fed yang masih membuka opsi kemungkinan menaikkan suku bunga acuannya hingga 100 bp pada pekan ini.

Data inflasi Amerika Serikat tercatat kembali melonjak sebesar 8,3 persen yoy pada Agustus 2022.

“The Fed makin hawkish dengan membuka opsi peningkatan bunga 100 bp jika dibutuhkan,” kata Irman.

Di sisi lain, BI juga mempertimbangkan berbagai survei pada minggu ketiga September 2022 yang memperkirakan inflasi domestik akan menyentuh angka 5,9 persen yoy pada akhir bulan ini.

Sebelumnya, tercatat inflasi domestik berada di angka 4,69 persen yoy pada Agustus 2022.

Irman menjelaskan upaya menaikkan suku bunga acuan dapat menahan lonjakan inflasi dan menarik arus investasi asing. Namun, di sisi lain, dapat mengerek biaya pinjaman hingga menurunkan harga aset keuangan.

"Pertumbuhan ekonomi dapat terhambat," bebernya.

Irman memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat mencapai 5,32 persen yoy, namun akan melambat pada 2023 menjadi 5,10 persen yoy. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
The Fed   suku bunga   BI   Ekonomi   inflasi  

Terpopuler