jpnn.com, TARAKAN - Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIA Tarakan Fernando Kloer mengeluhkan tindakan petugas yang mengaku dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Senin lalu (12/6). Pasalnya, ada petugas BNN yang menangkap anak buah Fernando yang bernama Hendra Delpian tanpa koordinasi terlebih dahulu.
Menurut Fernando, persoalan itu muncul ketika tim dari Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) XIII/Tarakan berupaya mengungkap kasus penyelundupan sabu-sabu seberat 5 kilogram dari Malaysia pada Minggu lalu (11/6). Lantamal Tarakan lantas menggandeng BNN.
BACA JUGA: Mantap! Layanan AHU Online Tingkatkan Perekonomian Nasional
Selanjutnya, BNN mencium adanya keterlibatan petugas di Lapas Kelas II A Tarakan. Akhirnya, BNN menciduk Hendra.
Namun, yang dipersoalkan Fernando adalah cara BNN menjemput paksa anak buahnya. Mulanya, sebelum peristiwa penjemputan, Fernando dan para warga ninaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Tarakan menggelar salat tarawih.
BACA JUGA: Lagi, Imigrasi Sulut Mendeportasi Enam WNA Filipina
Potongan video saat petugas yang mengaku dari BNN menjemput paksa sipir Lapas Kelas IIA Tarakan. Foto: istimewa
BACA JUGA: Indonesia-AS Kompak Perkuat Perlindungan Kekayaan Intelektual
Pelaksanaan salat sunat itu digelar di Masjid At-Taubah di dalam kompleks Lapas Tarakan. Seusai pelaksanaan tarawih, seluruh WBP pun menuju ke sel masing-masing.
“Saya bersama istri pun menuju ke portir (pintu penjagaan untuk masuk dan keluar ke kompleks lapas, red) untuk pulang ke rumah,” ujar Fernando, Sabtu (17/6).
Untuk keluar dari Lapas Tarakan, Fernando dan istrinya memang harus melewati tiga pintu penjagaan. Saat itu, ada Kepala Regu Pengamanan (Karupam) bernama Lanuli yang berada di antara pintu 2 dan pintu 3.
Karupam tersebut sedang mengawasi WBP wanita yang mau memasuki blok masing-masing usai salat tarawih. Sedangkan di pintu 2 ada petugas lainnya yang bernama Mujiadi.
“Di pintu satu portir ditempati oleh petugas Hendra Delpian,” tutur Fernando.
Lebih lanjut Fernando mengatakan, saat hendak keluar melalui pintu 1 tiba-tiba ada suara pintu digedor dari luar. Saat itu, dari sisi luar pintu ada seorang dari luar pintu memperlihatkan tas keresek berwarna hitam kepada petugas lapas.
Namun, Fernando berinisiatif mengingatkan anak buahnya agar tidak menerima titipan barang atau makanan saat itu. “Karena situasi masih ramai, WBP berkeliaran,” ujarnya menjelaskan.
Namun, seseorang di liar pintu langsung menarik tangan Hendra sembari memperlihatkan tas keresek hitam itu. Saat itu memang sempat terjadi keributan, namun petugas berpakaian preman yang mengaku dari BNN lantas memboyong Hendra dengan mobil.
Fernando pun berinisiatif mengejar sejumlah orang yang menangkap anak buahnya. Namun, upayanya justru berbuah bentakan dari petugas BNN. “Saya petugas BNN,” kata Fernando menirukan ucapan petugas berpakaian preman itu.
Saat itu, kara Fernando, dirinya sudah mengaku sebagai Kalapas Kelas IIA Tarakan. Namun, lagi-lagi Fernando memperoleh jawaban bernada arogan dari petugas lainnya yang diduga dari TNI AL.
“Ikut saja ke Polres,” tutur Fernando kembali menirukan ucapan lawan bicaranya.
Setelah itu, Fernando pun bergegas meluncur ke Polres Tarakan. Namun, pihak Polres Tarakan justru mengaku tak menerima tahanan titipan dari BNN.
Karenanya, Fernando menuju ke kantor BNN Kota Tarakan untuk menanyakan keberadaan anak buahnya. “Saya disarankan untuk ke rumah Kepala BNN wilayah Tarakan oleh petugas yang berjaga BNN di sana,” ujarnya.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tembok Lapas Kelas IIA Jambi Roboh, Ini Kronologisnya
Redaktur & Reporter : Antoni