Sistem Finansial AS Butuh USD 2 Triliun

Atasi Krisis, Amerika Cari Dana ke Teluk

Jumat, 21 November 2008 – 13:44 WIB
NEW YORK - Langkah pemerintah AS menyiapkan bailout USD 700 miliar diperkirakan belum bisa meredam dampak krisis finansial globalAnalis memprediksi sistem finansial AS masih butuh sedikitnya USD 1 triliun-USD 2 triliun (sekitar Rp 11.500 triliun-Rp 23.000 triliun dengan kurs Rp 11.500 per USD).

Menurut Paul Miller, analis Friedman Billings Ramsey, bank investasi yang bermarkas di Arlington, Virginia, dana tesebut diperlukan untuk memulihkan kepercayaan dan juga meningkatkan likuiditas di pasar kredit

BACA JUGA: Tahun Depan Citilink Operasikan 10 Pesawat

Dia menilai delapan perusahaan keuangan besar di AS (Citigroup Inc., Morgan Stanley, Goldmand Sachs Group Inc., Wells Fargo & Co., JPMorgan Chase & Co., AIG Inc., Bank of America Corp., dan GE Financial-- paling membutuhkan dana segar.

''Program rekapitalisasi atau TARP (Troubled Assets Relief Program) itu bukan modal sebenarnya
Pembiayaan utang jangka panjang itu bukan solusi tepat

BACA JUGA: Defisit Anggaran Diperkirakan Menyusut 1,1 Persen

Hanya injeksi common equity nyata yang bisa mengatasi krisis saat ini,'' papar Miller Rabu (19/11) waktu AS


Dia mencatat, saat ini sistem finansial AS punya utang outstanding USD 37 triliun (sekitar Rp 425.500 triliun)

BACA JUGA: Cicilan Utang LN RI Bengkak

Jika digabung, delapan perusahaan itu hanya memiliki aset USD 12,2 triliun (sekitar Rp 140.300 triliun) dan USD 406 miliar (sekitar Rp 4.669 triliun) modal bersama atau hanya sekitar 3,4 persen

Padahal, lanjut Miller, delapan institusi itu butuh dana sekitar USD 1 triliun-USD 1,2 triliun untuk menjadikan neraca keuangan mereka lebih solid dan bisa mengucurkan kredit kembaliItu karena ketergantungan pada dana jangka pendek meski aset mereka tidak likuid.

Sejak musim panas 2007, Wall Street terus terpukul oleh gejolak di pasar utangHal itu dimulai dari kredit macet properti dan akhirnya berkembang menjadi krisis kreditItu menyebabkan perlambatan ekonomi di seluruh dunia.

Miller menyebut, bagian terbesar dana itu akan berasal dari pemerintah ASMenurut dia, pemerintah AS perlu mengambil langkah awal untuk memulai proses ituLalu, modal dan pendapatan sektor swasta bisa menuntaskan.

''Makin cepat pemerintah bertindak, akan makin cepat sistem finansial bisa mengatasi masalah sekarang dan mulai mengucurkan kredit lagi bagi perekonomian,'' ujarnya.

Dia juga menyebut pemerintah AS harus mengumumkan bahwa bank tak boleh membagi dividen sementara waktuSelanjutnya, dana TARP dikonversi menjadi modal umum agar pasar kredit berfungsi lagiPemerintah AS juga harus mendukung lembaga kliring CDS (credit default swaps) tersentralisasi yang mendukung semua transaksi sekaligus mengeliminasi masalah gagal bayar

Regulator AS menyatakan Jumat (14/11) bahwa mereka sedang mengembangkan lembaga kliring CDS, instrumen yang memicu krisis finansial beberapa bulan terakhir ini.

Pelemahan ekonomi dan krisis kredit global memaksa pemerintah Amerika menyediakan bailout bagi perusahaan keuanganTermasuk, raksasa asuransi AIG, serta lembaga penyedia KPR, Fannie Mae and Freddie Mac.

Tahun ini regulator di AS juga menunjukkan kesediaan mengintervensi saat bank kena masalahMereka memaksa Wachovia Corpmencari pembeli serta mengatur agar JPMorgan membeli aset bank KPR, Washington Mutual IncItu terjadi setelah nabasah yang panik ramai-ramai menarik dana mereka.

Kendati begitu, Miller mengatakan, bisa perlu waktu 3-5 tahun bagi sistem finansial untuk pulih sepenuhnya dengan rasio modal yang mencukupi serta tingkat suku bunga dan risiko kredit yang wajar.

Dalam perkembangan lain, pemerintah AS dikabarkan meminta bantuan sekitar USD 300 miliar (sekitar Rp 3.450 triliun) ke empat negara kaya penghasil minyak di kawasan Teluk untuk mengatasi krisis finansial global.

Mengutip sumber sangat tepercaya, Harian Al-Seyassah Kuwait melaporkan kemarin (20/11) bahwa Washington meminta bantuan USD 120 miliar dari Arab Saudi, USD 70 miliar dari Uni Emirat Arab (UEA), USD 60 miliar dari Qatar, dan USD 40 miliar dari Kuwait.

Menurut Al-Seyassah, bantuan itu diajukan Washington untuk menghadapi krisis finansial dan membantu mencegah perekonomiannya terjatuh dalam resesiKonon, dana itu akan dipakai AS membantu industri otomotif yang sakit, perbankan, dan perusahaan-perusahaan lain yang terpukul gejolak finansial global

Empat negara Teluk itu --seluruhnya anggota OPEC-- memproduksi total sekitar 14 juta barel minyak per hari atau separo dari total produksi harian kartel tersebut dan 17 persen suplai minyak duniaEmpat negara itu diperkirakan surplus USD 1,5 triliun dalam enam tahun terakhir akibat meroketnya harga minyak hingga menembus USD 147 per barel Juli lalu(RTR/AFP/aan/ina/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menhub Yakin Uni Eropa Melunak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler