BACA JUGA: SBY Balik Tepat Menjelang Pelantikan DPR
Yang sudah pasti, anak-anak korban gempa di Pengalengan Bandung kini masih menanggung kepedihanBACA JUGA: 70 Hancur, Ratusan Rumah di Pasaman Rusak Parah
Melainkan masih harus belajar di bawah tenda-tenda pengungsian.Ratusan siswa mulai berbaris didepan tenda itu, wajah mereka tetap riang, bahkan terlihat sesekali bercengkrama dengan teman disebelahnya dan ditegur ibu guru yang sudah sejak pukul06.00 menunggu kedatangan mereka
“Kelas kami semua hancur, jadi hari ini dan mungkin untuk beberapa bulan kedepan siswa harus belajar di tenda ini,” ujar Kepala Sekolah SD Gambung, Imas Rohani, yang ditemui saat melaksanakan tugasnya, kemarin
BACA JUGA: JK Langsung Pimpin Tanggap Darurat
Ia mengaku untuk menampung sekitar 260 siswa di sekolahnya, seharusnya ada sekitar enam tenda, namun ternyata apa daya tenda pleton yang tersedia hanya tujuh buah, itu pun harus berbagai dengan SD tetangganya SD Cisondari II yang juga habis terkena gempaAlih-alih satu tenda harus dibagi menjadi dua kelas, “Untuk siswa kelas I dan II mereka dalam satu tenda, sementara yang lain khususnya kelas enam satu tenda, sehingga mereka bisa lebih konsentrasi,” ujar Imas menambahkanAkibatnya guru pun harus bergantian mengajar, dan siswapun harus ekstra mendengarkan bahkan ekstranya lagi mereka bisa belajar sambil selonjor, meskipun harus membungkuk untuk menulis.”Jadi kami gentian, kalau ibu Titi mengajar, saya diam, kalau ibu Titi diam saya baru menerangkan,” ujar Ejet, guru SD kelas I SD Gambung.
Meskipun tanpa alas duduk dan tanpa bangku dan alas tulis, namun para siswa mengaku senang bisa belajar kembali.”Enak belajar ditenda jiga (kaya) camping,” terang Zenal siswa kelas III, SD GambungZenal pun mengaku gatal, karena ia terpaksa duduk dirumput tanpa alas tikar atau apapun.”Ateul the, tina jukut da teu aya koranna (gatal kak, karena ngga ada alas duduknya),” ujarnya sambil terus menulis dan menggaruk kakinya.
Keadaan itupun membuat beberapa orang tua resah, dan terpaksa mengantar para siswa untuk belajar, lapangan pun semakin ramai dengan kehadiran para orang tua.”Saya takut sih anak saya sakit, kan belajarnya diluar, terus ngga pake bangku terus debu,” ujar Rini orang tua Hasta kelas IV, SDN Cisondari II.
Sedikitnya selama tiga bulan mereka diprediksikan akan belajr di dalam tenda di lapangan sepak bola Desa Mekarsari, pasalnya hingga kini sekolah mereka masih rusak total dan dana bantuan perbaikanpun belum turun sehingga sekolah belum dapat diperbaiki.(*/aj)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempa, Sejumlah Pesawat Putar Balik
Redaktur : Tim Redaksi