jpnn.com - JAKARTA - Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mustaghfirin Amin mengatakan, peminat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) didominasi warga tidak mampu.
"Ini luar biasa, karena banyak masyarakat miskin yang menyekolahkan anaknya di SMK. Paling tidak, sudah ada kemauan orangtua melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang menengah atas," kata Mustaghfirin dalam diskusi SMK Menjawab Daya Saing Nasional di Kantor Kemdikbud, Rabu (7/10).
BACA JUGA: Jumlah Siswa SMK Kalahkan SMA, Ini Datanya
Dia mencontohkan, orang tua yang menyekolahkan anak ke SMK harus mengeluarkan uang SPP Rp 350 ribu per bulan. Pada tahun ketiga, anak SMK ini akan diikutkan magang di industri selama 3-12 bulan. Setelah magang, lulusan SMK ini langsung bekerja dan digaji sekitar Rp 2,5 juta per bulan.
"Dengan gaji 2,5 juta per bulan, investasi orangtuanya bisa kembali dalam tiga bulan saja. Inilah yang mendorong masyarakat miskin menyekolahkan anaknya di SMK, meski SPP-nya lebih mahal ketimbang SMA," terangnya.
BACA JUGA: Ini Penjelasan Kemenristek-Dikti terkait 243 Perguruan Tinggi Dinonaktifkan
Kepsek SMKN 1 Depok Rohmatul Cholil menambahkan, mahalnya biaya SPP SMK karena untuk menyediakan fasilitas praktik. Sebab, SMK tidak mendapatkan bantuan anggaran penuh dari pemerintah. (esy/jpnn)
BACA JUGA: Berstatus Nonaktif, Perguruan Tinggi tak Dapat Layanan Ini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rektor Berkley Sakit, Pemeriksaan Kasus Pemalsuan Ijazah Ditunda
Redaktur : Tim Redaksi