Situasi Eropa Makin Parah, Austria Jadi yang Pertama Menyerah

Minggu, 21 November 2021 – 00:38 WIB
Ilustrasi COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, WINA - Austria akhirnya jadi negara Eropa pertama yang meninggalkan program hidup bersama dengan COVID-19 dan kembali memberlakukan lockdown total seiring dengan terus meningkatnya jumlah kasus baru di Benua Biru.

Negara tetangga Austria, Jerman, juga kemungkinan menyusul pemberlakuan tersebut, memicu kekhawatiran pasar keuangan akan keruntuhan ekonomi.

BACA JUGA: Angka Kematian Akibat COVID di Eropa Meningkat 10 Persen, Indonesia Waspada

Gelombang infeksi keempat telah menjebloskan Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar di Eropa, ke dalam keadaan darurat nasional, kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn.

Ia mendesak masyarakat untuk mengurangi kontak sosial dan memperingatkan bahwa vaksinasi saja tidak akan dapat menekan jumlah kasus.

BACA JUGA: Uni Eropa Harus Konsisten Atas Implementasi Lisensi FLEGT

Austria mengatakan pihaknya membutuhkan seluruh penduduk untuk divaksin per Februari mendatang.

Sekitar dua per tiga penduduk Austria sudah divaksin lengkap, namun angka itu merupakan salah satu tingkat yang terendah di Eropa Barat.

BACA JUGA: Menlu Retno Sampaikan Peringatan untuk Seluruh Warga, Lihat Situasi di Eropa

Sementara itu, tingkat infeksi COVID-19 di Austria merupakan salah satu yang tertinggi di benua tersebut dengan 991 kasus per 100.000 orang dalam seminggu.

“Kami belum berhasil meyakinkan cukup banyak orang untuk menjalani vaksinasi,” kata Kanselir Austria Alexander Schallenberg dalam konferensi pers.

Ia mengatakan penguncian akan dimulai Senin dan kewajiban vaksinasi pada 1 Februari 2022.

Saat ditanya apakah Jerman akan mengesampingkan gaya penguncian total Austria, Spahn mengatakan, “Kita saat ini berada dalam situasi tidak bisa mengesampingkan apa pun kendati ini bisa menjadi peringatan,” katanya.

“Kita berada dalam darurat nasional,” katanya.

Saham Eropa tergelincir dari rekor tinggi, sementara imbal hasil obligasi pemerintah, harga minyak, dan euro jatuh seiring penguncian baru COVID-19 di Jerman dan bagian lain benua itu membayangi ekonomi global.

Karena kasus meningkat lagi di seluruh Eropa, pemerintah sejumlah negara mulai memberlakukan pembatasan kegiatan, mulai dari penguncian total di Austria, penguncian sebagian di Belanda, hingga pembatasan wilayah yang penduduknya belum divaksinasi di Jerman, Republik Ceko, dan Slowakia.

Hongaria melaporkan 11.289 kasus COVID-19 baru pada Jumat --atau jumlah harian tertinggi-- dan akan mewajibkan suntikan booster bagi seluruh tenaga medis serta mewajibkan warga memakai masker di sebagian besar tempat dalam ruangan mulai Sabtu (20/11).

Langkah-langkah baru di seluruh Eropa itu tidak terlihat menghantam ekonomi separah penguncian maksimal tahun lalu, kata para analis.

Namun menurut mereka, penguncian itu akan menghambat pemulihan di Triwulan IV tahun ini, terutama jika pemberlakuan itu memukul sektor ritel dan perhotelan.

Bagaimanapun, penguncian total di Jerman akan lebih serius.

“Penguncian total di Jerman akan menjadi berita yang sangat buruk bagi pemulihan ekonomi,” kata Ludovic Colin, manajer portofolio senior di perusahaan manajemen aset Swiss, Vontobel.

“Ini yang kita lihat pada Juli, Agustus tahun ini di beberapa bagian dunia di mana varian Delta membeludak, COVID-19 kembali lagi dan memperlambat lagi pemulihan,” ujarnya.

Tekanan pada unit perawatan intensif (ICU) belum sampai menyentuh puncaknya, kata Spahn.

Karena itu, lanjut dia, masyarakat diminta untuk mengurangi kontak guna memecah gelombang penularan.

“Natal akan seperti apa,  saya tidak berani mengatakannya. Saya hanya berani mengatakan semua kembali pada diri kita sendiri,” katanya.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pada Kamis bahwa Jerman akan membatasi sebagian besar kegiatan masyarakat di sejumlah area, tempat rumah-rumah sakit menjadi sangat penuh oleh pasien COVID-19, baik yang sudah divaksinasi maupun sudah sembuh dari penyakit tersebut.

Merkel mengatakan pada Kamis bahwa pemerintah federal akan mempertimbangkan permintaan dari daerah untuk mewajibkan pekerja perawatan dan rumah sakit untuk divaksin.

Saxony, wilayah Jerman yang paling parah terdampak gelombang keempat, tengah mempertimbangkan untuk menutup bioskop, gedung konser, dan stadion sepakbola, surat kabar harian Bild melaporkan.

Negara bagian di bagian timur itu mencatatkan tingkat vaksinasi terendah di Jerman.

Infeksi harian baru melonjak 14 kali lipat bulan lalu di Saxony, basis sayap kanan partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yang banyak anggotanya bersikap skeptis terhadap vaksin dan antipenguncian.

Banyak masyarakat Austria juga yang skeptis terhadap vaksin. Pandangan tersebut dipengaruhi sayap kanan Partai Kebebasan, partai ketiga terbesar di parlemen.

Kubu tersebut merencanakan unjuk rasa melawan pembatasan pembatasan COVID-19 pada Sabtu. (ant/dil/jpnn)

 

Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler