Skor PISA Anak Indonesia Turun, Ada Bahaya Besar Mengintai 

Rabu, 23 Februari 2022 – 20:59 WIB
Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal. Foto tangkapan layar zoom

jpnn.com, JAKARTA - Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal, meminta seluruh elemen bangsa mewaspadai potensi penurunan skor Programme for International Student Assessment (PISA) anak didik di Indonesia akibat pandemi Covid-19.

Penurunan ini bukan sekadar masalah literasi dan numerasi saintifik, tetapi lebih dari itu.

BACA JUGA: Hasil Survei PISA Mendorong Hero Group Menggelar Program Donasi Buku Untuk Negeri

"Jadi, ini nanti bukan sekadar nilai tidak bisa masuk perguruan tinggi, tetapi turunnya ambang batas kecerdasan kolektif peradaban masyarakat," kata Muhammad Nur Rizal dalam Ngkaji Pendidikan Haruskah dengan Kurikulum untuk Mengubah Pendidikan secara daring, Selasa (22/2).

Hal ini menurut Nur Rizal, akan berpengaruh pada estafet kepemimpinan negeri ini di masa depan.

BACA JUGA: Angka Kompetensi Guru Rendah, Salah Satu Penyebab Skor PISA Konsisten Jeblok

Pasalnya, anak didik yang saat ini berada di bangku sekolah, tetapi dengan penguasaan literasi dan numerasi rendah, kelak bakal menjadi pemimpin.

"Ketika dia menduduki jabatan, misalnya jadi presiden, wakil presiden, menteri dan jabatan lainnya, maka kemungkinan kebijakan yang dilahirkan tidak bisa memberikan added value atau daya tawar yang tinggi," kata pengamat dan praktisi pendidikan ini.

BACA JUGA: Aneh, Jumlah Sekolah Terakreditasi A Meningkat Namun Rangking PISA Jeblok

Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informasi (TETI), Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menyebut, anak-anak yang memiliki skor literasi dan numerasi rendah akan sangat lemah merumuskan kebijakan. Literasi dan numerasi rendah berbanding lurus dengan kemampuan atau daya pikirnya.

"Padahal, untuk melihat banyak aspek, itu membutuhkan daya kritis dan daya nalar untuk mengintisarikan dan mensintesakan berbagai macam informasi, fakta, aspirasi dan sebagainya," kata jebolan Monash University Australia ini.

Dia juga berpesan kepada guru dan kepala sekolah karena mereka elemen fundamental membangun kecerdasan anak didiknya.

Dikatakannya, membangun kecerdasan itu bukan hanya raganya, tetapi juga jiwanya.

"Itu sesuai dengan pembukaan dasar negara kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler