jpnn.com, GUNUNGSITOLI - Sebanyak 230 siswa SMA Negeri 1 Gunungsitoli Utara, Kota Gunungsitoli, Provinsi Sumatera Utara sudah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sejak 12 Juli 2021.
Kegiatan PTM terbatas itu dilakukan secara bergantian antara kelas X, XI, dan XII dengan protokol kesehatan ketat.
BACA JUGA: Uji Coba Berhasil, SD di Pasuruan Siap Melaksanakan PTM Terbatas
Menurut Kepala SMA Negeri 1 Gunungsitoli Utara Selamat Telaumbanua, siswa yang masuk diatur per kelas.
Pengaturannya, pada Senin dan Kamis, kelas X. Kemudian, Selasa dan Jumat untuk kelas XI. Sedangkan Rabu dan Sabtu guliran kelas XII.
BACA JUGA: Pengumuman, FT Sudah Tertangkap, kepada Polisi Dia Menyebut Nama Wanita Ini
Selamat menjelaskan masing-masing angkatan dibagi per kelompok dengan jumlah siswa maksimal 15 orang setiap kelasnya sesuai protokol kesehatan.
"Jadi, enam kelas dipakai semua untuk setiap angkatan. Contohnya hari ini, yang masuk hanya kelas X. Mereka pakai enam kelas karena dibuat berjarak," kata Selamat Telaumbanua kepada JPNN.com, Senin (26/7).
BACA JUGA: Politikus Senior Demokrat di MPR Ini Dukung Keputusan Presiden Jokowi soal PPKM
Menurut dia, dalam kegiatan PTM terbatas ini setiap siswa mendapat kesempatan belajar luring sepakan dua kali. Setiap pertemuan mereka diberi tujuh mata pelajaran (mapel).
Masing-masing mapel itu, kata Selamat, diberikan waktu maksimal 30 menit. Sedangkan guru hanya memberikan penjelasan untuk materi sulit.
Guru juga memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah dan diserahkan pada pertemuan Senin pekan berikutnya.
Selanjutnya, sisa mapel lainnya (7 mapel), diajarkan pada pertemuan Kamis
"Tujuh mapel ini diajarkan mulai jam delapan pagi sampai 11.30 siang. Jadi, tidak ada istirahatnya," ucap Selamat.
Walaupun dijejali dengan tujuh mapel tersebut, Selamat mengeklaim bahwa para siswa tetap senang. Guru juga lega karena bisa mengontrol semua tugas yang diberikan kepada siswa.
Jika tidak ada yang kurang dipahami, katanya, siswa bisa membahasnya dengan guru pada pertemuan berikutnya.
Selamat Telaumbanua menilai cara tersebut jauh lebih baik daripada pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sebab, guru akan sulit mengontrol perkembangan siswa bila sekolah dari rumah.
"PTM terbatas ini lebih menghidupkan kegiatan belajar mengajar karena ada interaksi siswa dan gurunya," pungkas Selamat. (esy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad