SMA SMK tak Gratis Lagi, Bu Risma Sedih, Takut

Senin, 02 Januari 2017 – 07:46 WIB
Tri Rismaharini (kiri). Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com – Memasuki 2017, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menghadapi tantangan berat di bidang pendidikan.

Pihaknya masih akan berjuang untuk memperoleh kembali hak pengelolaan untuk pendidikan menengah di Surabaya.

BACA JUGA: Demi Tunjangan, Guru SMA Pilih Dimutasi ke SMP

Pasalnya ia tidak ingin banyak anak putus sekolah (drop out/DO) di Surabaya, setelah pengelolaan SMA/SMK dialihkan ke provinsi.

Hal itu disampaikan Risma saat refleksi akhir tahun 2016 di Balai Kota Sabtu (31/12) malam. Risma mengatakan pendidikan adalah kunci dari membentuk generasi yang unggul.

BACA JUGA: Mulai Bulan Ini tak Gratis Lagi

Jika pendidikan gratis di Surabaya hilang, maka ia takut akan banyak anak Surabaya yang mendadak putus sekolah lantaran tidak bisa membayar uang sekolah.

“Di Surabaya itu ada anak SMK, sebelum sekolah itu dia jualan koran. Terus setelah itu dia sekolah, dia hidup ikut neneknya. Dia bilang ke aku, kalau sampai sekolahnya nggak gratis dia mending putus sekolah saja, dia kasihan pada neneknya,” kata Risma.

BACA JUGA: Surabaya Bakal Bangun Gedung Park and Ride 5 Lantai

Oleh karena itu, Risma terus memperjuangkan pendidikan anak-anak tetap di kelola oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Harapannya, tidak akan ada lagi anak-anak yang putus sekolah yang akhirnya berdampak pada tindakan kriminalis.

Sebab berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian outreach dari anak-anak yang melakukan tindak kriminalitas di bawah umur biasanya adalah anak yang memang ada kekurangan dalam hal ekonomi keluarga.

"PR terbesarku adalah bagaiman pendidikan ini bisa dikelola oleh pemkot. Jujur aku khawatir kalau sampai anak-anak dipungut biaya SPP, kalau anak tidak mampu bagaimana. Dia bisa putus sekolah, lalu masuk ke dunia kriminalitas, radikalisme, terus mau jadi apa mereka nantinya. Ini yang aku takutkan," kata Risma.

Banyaknya kriminalitas yang terjadi pada anak-anak usia dini, merupakan salah satu faktor dari putusnya sekolah yang diakibatkan tidak adanya biaya.

Ini lah yang akan menjadi pekerjaan rumah paling besar bagi mantan kepala Bappeko Surabaya ini..

Kondisi anak saat ini kata Risma, jauh berbeda dengan zaman dahulu. Anak-anak sekarang menurutnya lebih rapuh dan mudah dipengaruhi lingkungan.

Sehingga membutuhkan pengawasan dari semua pihak, baik keluarga dan lingkungan. Dengan begitu, anak bisa terhindar sejak dini ajak-ajakan negatif.

BACA: Mulai Bulan Ini tak Gratis Lagi

"Kondisi ini gak mudah buat aku, aku takut sekali kalau anak-anaknya sampai terjerumus. Aku takut kalau mereka tidak bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Ini merupakan PR besar yang harus aku segera selesaikan, karena ini gak mudah," tandasnya. (ima/no)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menhub Minta Pembangunan Trem Surabaya Dipercepat


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler