jpnn.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) Arifin Tasrif meresmikan soft energize (pemberian tegangan listrik) ke smelter PT Ceria yang bersumber dari layanan energi baru terbarukan (EBT) PLN.
Hal itu dilakukan saat kunjungan kerja di Lokasi Proyek Strategis Nasional (PSN) smelter nikel ‘Merah Putih’ PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, pada Selasa, (2/7).
BACA JUGA: Pujian Menteri Airlangga untuk Smelter Freeport & Uang Besar dari Emas
Kunjangan itu dilakukan bersama Direktur Utama Bank Mandiri (Persero), Tbk, Darmawan Junaidi dan Direktur Retail dan Niaga PT PLN (Persero), Edi Srimulyanti.
Peluncuran ini berlangsung di Central Mining Office PT Ceria Nugraha Indotama yang disaksikan langsung oleh CEO Group Ceria, Derian Sakmiwata, Presiden Direktur PT Ceria, Abdul Haris Tatang, Ketua Forum Industri Pertambangan Nikel Indonesia, Alexander Barus dan Kepala Wilayah Kecamatan Wolo, Ilham.
BACA JUGA: Mbak CAT Bakal Pidanakan Ketua KPU Hasyim soal Kasus Asusila? Ini Jawabannya
Arifin mengapresiasi dan mendukung penuh langkah PT Ceria Nugraha Indotama untuk menggunakan energi terbarukan di seluruh rantai industrinya yang bersumber dari PLN.
Dia menyebutkan terobosan ini menjawab kebutuhan langkah dekarbonisasi global dan sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060.
BACA JUGA: Mbak CAT Korban Asusila Ketua KPU Hasyim Asyari Buka Suara, Begini Kalimatnya
“Climate Change menuntut kita mereduksi semua emisi karbon. PLN sudah menyediakan energi bersih. Selanjutnya untuk pengembangan diharapkan bisa memberikan energi bersih ke pelanggan, termasuk industri. Pemerintah berkewajiban untuk mendukung kebutuhan energi bersih ini,” kata Arifin.
Dia juga mengatakan saat ini Pemerintah memang sedang mengembangkan ekosistem untuk kelistrikan yang bersih ke depan.
"Saat ini yang sedang direncanakan adalah bagaimana kita bisa menyuplai listrik dari energi yang memiliki emisi karbon yang lebih rendah, antara memanfaatkan gas alam yang saat ini kita temukan potensinya sangat menjanjikan,” jelasnya.
Menurutnya, selama ini smelter-smelter yang di Sulawesi masih menggunakan sumber energi dari Batubara yang diperkirakan mencapai kurang lebih 20 giga watt dan menghasilkan emisi karbon cukup besar.
Dia menyebutkan hal itu akan menjadi tantangan untuk industri smelter yang ada, karena saat ini dunia menuntut industri menghasilkan green product dengan menggunakan energi bersih.
Arifin menjelaskan saat ini Ceria Nugraha Indotama satu-satunya yang bisa masuk standar The new Inflation Reduction Act (IRA) dan harus dipertahankan untuk pengembangan produk-produk selanjutnya.
"Karena aturan-aturan IRA ini nanti akan mempermudah produk industri itu terserap ke pasar Amerika Serikat (AS). Nah, saja kita memang harus mengantisipasi. Bagaimana industribisa berkembang agar cita-cita untuk elektrifikasi ini bisa tercapai,” urainya.
Adapun sumber pasokan listrik di industri Ceria Group antara lain Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN sebesar 414 MVA (352 MW) listrik dari sumber tenaga ramah lingkungan.
Penggunaan sertifikat REC oleh Ceria akan meningkat secara bertahap mulai dari sekitar 80.000 unit pada tahun 2024 menjadi 2,2 juta unit pada tahun 2030.
Setiap 1 unit sertifikat REC mewakili 1 Megawatt-jam (MWh) konsumsi energi listrik.
Untuk menjaga keandalan dan stabilitas listrik industri Ceria Group, PLN juga membangun Pembangkit Listrik Mobile Barge Mounted berkapasitas 2 x 60 MW (BMPP) dilengkapi dengan Terminal LNG dan fasilitas Regasifikasi di lokasi Ceria.
Selain itu, PLN melalui anak perusahaannya PLN Batam, akan segera membangun Pembangkit Listrik Terintegrasi di kawasan Ceria, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTMG) berkapasitas 200 MW.
Sementara itu, CEO Ceria Group Derian Sakmiwata mengungkapkan bahwa smelter RKEF Ceria line 1 akan beroperasi dalam dua hingga tiga bulan ke depan.
"Ukuran furnace-nya 72 MVA ini yang nanti akan input raw mineral sebesar 1,4 juta metrik ton per tahun di kadar 1,59," urainya.
Derian menyebutkan itu merupakan langkah awal Ceria dan RKEF masih memiliki target membangun 4 jalur RKEF yang akan dibangun secara bertahap.
Tidak hanya itu, jalur RKEF juga akan membangun smelter dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching) dan seluruh aktivitas industri CERIA berpedoman terhadap kaidah Environment, Social and Governance (ESG).
"Saat ini Ceria juga aktif untuk menerapkan IRMA (Initiative for Responsibility Mining Assurance), ini adalah cara Ceria untuk mengupgrade pola operasi untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dan sosial lebih detail lagi untuk mencegah bahaya-bahaya historis yang bisa terjadi lagi, dan mencegah bahaya-bahaya yang akan terjadi," pungkas Derian.(mcr8/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Kenny Kurnia Putra