SMP sudah Taklukkan Mahasiswa di Ajang Lomba Pidato

Jumat, 14 Januari 2011 – 06:34 WIB
Ibunda Denny Indrayana, Hj Titien Sumarni

Denny Indrayana saat ini sangat terkenalStaf Khusus Presiden Bidang Hukum dan Sekretaris satgas mafia hukum yang dalam penampilannya sering mengenakan sasirangan, kain khas Kalimantan Selatan, ternyata memang asli putera banua

BACA JUGA: Kisah Marina, Ibu Muda yang Selamat Bersama Balitanya meski Terseret Banjir Lahar Dingin

Berikut laporan Rahmat Hidayatullah, Banjarbaru, Radar Banjarmasin (Grup JPNN).
---------
Mengenakan kain sasirangan, seolah Denny ingin menunjukkan identitas, sekaligus penghargaan terhadap daerah asalnya
Wartawan koran ini pun menelusuri, dimana keluarga Denny saat ini.

Ternyata tidak sulit, karena Ibunda Denny, Hj Titien Sumarni (56) adalah tokoh yang cukup dikenal di kalangan tokoh perempuan

BACA JUGA: Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo yang Aktif sebagai Juru Kampanye Perubahan Iklim

Ia adalah Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Kota Banjarbaru.

Wartawan koran ini pun meluncur ke Gang Purnama di Jln A Yani Km 36 Simpang 4 Banjarbaru
Disinilah rumah orang tua Denny yang juga digunakan sebagai tempat usaha Ny Titien, Butik Varras.

Setelah memperkenalkan diri kepada penjaga butik, hanya menunggu sebentar, Ny Titien keluar dari rumah, sambil tersenyum ia mempersilahkan wartawan koran ini untuk masuk

BACA JUGA: Riza Marlon, 20 Tahun Jadi Fotografer Spesialis Alam Liar Indonesia



Ketika ditanya soal putranya, Denny Indrayana, perempuan yang Desember 2010 lalu menjuarai lomba Sasirangan dalam rangka Hari Ibu di Kota Banjarbaru, kembali tersenyum banggaCerita pun lancar mengalir dari mulutnya.

“Sejak kecil Denny memang aktif anaknya, percaya diri, cepat menghafal, suka membaca, tapi malas belajar bila mau ujian, begitulah Denny ketika kecil,” ujar istri Acep Hidayat ini.

Saking mudahnya menghafal, Denny kecil biasa pura-pura membaca majalah anak-anak di depan rumah dengan suara keras“Orang sampai bingung, dikira sudah bisa membaca, padahal ia cuma mengulang cerita yang saya bacakan,” ujarnya tertawa lepas.

Memasuki usia sekolah, Denny pun didaftarkan ke TK Tunas Rimba, selanjutnya ke SD Mawar Banjarbaru, SMPN 2 Banjarbaru dan SMAN 1 Banjarbaru.

Sedangkan bakat Denny berbicara di depan publik, menurut Titien sudah terlihat ketika ia duduk di bangku SMP“Ketika itu ada lomba pidato di kampus Unlam, rata-rata pesertanya mahasiswa, tapi ternyata yang juara Denny, saya ingat temanya soal peranan wanita,” ungkapnya.

Sebelum tampil, Titien terlebih dahulu membelikan Denny sebuah bukuDari buku itulah Denny membuat sendiri bahan untuk pidato yang akan dibawakannya pada lomba keesokan harinya“Dia ngetik sendiri, pakai mesin ketik,” kenangnya. 

Setelah diumumkan pemenang, juri yang rata-rata Dekan di Unlam mengatakan, pidato yang dibuat Deny sangat bagus“Mereka sampai terheran-heran,” tambahnya

Selain itu, Denny ternyata juga suka berpuisi dan memenangi beberapa lomba puisi di sekolahBegitulah, prestasi demi prestasi ditorehkan Denny dari bangku sekolahnya, sampai ia lulus di SMAN 1 Banjarbaru dan berhasil menembus persaingan ketat, untuk menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universtitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Bahkan sebenarnya keluarga khawatir, Denny tidak bisa lulus seleksi, padahal ia sangat menginginkannyaKarena itu, sebelum mengikuti tes di UGM, Denny pun diberikan les tambahan lagi.

Totalitas keluarga ini dalam mendukung pendidikan anak-anaknya, ternyata tidak setengah-setengahBegitu Denny kuliah di Jogja, satu keluarga pun ikut-ikutan pindah dan menetap di sana“Makanya, ini rasanya album keluarga ketinggalan di Jogja,” ujar Titien ketika wartawan koran ini ingin melihat foto kenangan masa kecil Denny

”Saya meninggalkan teman-teman, keluarga dekat dan usaha bisnis, padahal salon ini (Butik Varras-red) sangat maju pada saat itu, jadi semuanya pindah dan adek-adek Deny bersekolah di Yogja,” ucap Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) tersebut.

Menunggu anak-anak kuliah di Yogyakarta, hal yang berat untuk Titien, karena pada saat di Banjarbaru, ia mempunyai teman ngobrol dan sehari-hari akrab dengan pelanggannya.”Apalagi kalu musim yudisiuman, rame para mahasiswa kesini (salonnya-red),” kenangnya.

Perjuangan yang dilakukan, setimpal dengan hasil yang didapatKata sia-sia dalam perjuangan tersebut tidak pernah keluar dari mulut ibu ini.”Yakinlah kalau bersungguh-sungguh akan berhasil,” ucapnya.

Sebelum lulus Deny pun sempat di iming-imingi sebuah hadiah, jika cepat lulus di perguruan tinggi tersebut.”Ketika itu Deny, ingin diberikan mobil oleh papahnya, karena pada saat kuliah ia cuman memakai sepeda,” ucapnya.

Tiga setengah tahun kuliah di UGM menjadi lulusan termuda dan terbaik, dan kembali membuat bangga orang tua.  Setelah lulus Deny tidak memberitahukan Titien mewakili mahasiswa lainnya untuk menyampaikan pidato.”Saat saya mendengar, Deny sebagai sebagai perwakilan, dan maju untuk berpidato, saya pun kaget karena si Deny itu menjadi lulusan termuda dan juga terbaik,” kenangnya.

Setelah lulus UGM, Deny menagih janji ayahnya, yang jika lulus akan memberikan hadiah berupa mobil, namun tak disangka, hadiah tersebut tidak diambil, malah dia menginginkan kuliah lagi melajutkan S2 ke Amerika Menasota.”Saya dan papihnya pun kaget, tidak pernah terpikir ujung-ujungnya Deny ingin ke Amerika,” ucapnya.
Dengan penuh pertimbangan, Titien beserta keluarga lainnya, menyetujui kepergian Deny untuk melanjutkan pendidikannya selama setahun di Amerika.

Sama seperti S1 tadi, S2 pun perlu kemampuan bahasa inggris lebih.”Memang waktu UGM sudah bisa berbahasa inggris, namun untuk memperkuat pelajaran tersebut perlu dilatih lagi dengan mengikuti les,” ucapnyaSetelah benar-benar bisa kemudian masuk ke Universitas di Amerika tersebut.”Karena bukan beasiswa, jadi setiap bulan dikirimi uang saku sbesar 2ribu dolar atau Rp5juta,” ucapnya.

Tahun 1997 Deny lulus, namun tidak langsung pulang ke rumah, karena mencari pekerjaan dulu di Jakarta, setelah mendapatkan pekerjaan sebagai dosen, kemudian pulang ke Banjarbaru.

Pulang ke Banjarbaru hanya sebentar, kata Titien, padahal keluarga ingin berlama-lama melepaskan rasa rindu karena sudah lama tidak bertemuIbunda Deny Titien dan ayahnya Acep Hidayat mengakui, kehebatan anak pertamanya ini.Waktu S2 di kantor sebagai Dosen, Titien pernah melihat dan mendengar, kemampaun hafalan Deny terhadap undang-undang.”Temannya mengatakan ini no sekian, tapi Deny berkata, bukannya itu undang-undang no sekian sekian, ketika diuji kebenaran, ternyata Deny lah yang benar,” kenangnya.

Tak berapa lama, Deny melanjutkan S3 nya di Australia dan September tadi sudah berhasil meraih pendidikan terakhir yakni Profesor termuda di umur 38.”Deny memang mempunyai kemauan keras dalam dunia pendidikan,” ungkap Titien.

Waktu sekolah Deny memang sudah berprestasi, juara satu dua SD, SMP, SMA selalu didapatnyaSelain menyukai baca buku, Deny juga senang berpuisi, ia sering mewakili sekolah untuk ikut lomba puisi.”Anak itu juga sering juara,” ucapnya dengan bangga.

Deny dikatakan Titien memang keras dalam pembelajaran, Deny punya satu kelemahan sewaktu dia kecil yakni menghamburkan buku-buku bacaanya.”Dia menangis kalau sampai buku-buku bacaanya dihamburkan adek-adeknya,” kenang Ibunda Deny yang mulai memunculkan air mata.

Titien mengatakan, Deny mempunyai cita-cita ingin menciptakan rumah dengan desain interior buku, dan cita-cita tersebut sudah terkabul, karena jika melihat rumah Deny di Yogya, dinding ruang tamu dan keluarga penuh dengan buku.”Kalau sudah punya rumah, ingin bikin perpustakaan,”  ucap Deny sewaktu kecil kepada Titien .

Daftar berangkat sendiri, pulangpun sendiriNiat untuk melihat anak yudisium sudah

direncakan, namun karena bapak Deny sakit jantung, keberangkatanpun digagalkan.

Sebelum Deny masuk ke dalam istana, ia minta pendapat dulu kepada dua orang tuanya, awalnya tidak mau, karena keyakinan orang tua Deny bisa mengemban sebuah tanggung jawab dalam cakupan besar yakni perbaikan Indonesia.

“Sebenarnya Deny mau masuk dalam dunia politik tersebut karena mempunyai kesamaan visi dan misi dengan pemerintah yakni memberantas korupsi,” ucap Titien.

Sebelum menjadi Staff Khusus Presiden Bidang Hukum, Deny sebenarnya belum bisa menerima tanggung jawab yang diberikan kepadanya, namun karena dukungan orang tua dan juga keluarga dekatnya akhirnya Deny mau ikut serta dalam dunia politik tersebut.”

Konsul dengan bunda, tawarin ini tidak datang dua kali, selama ini Deny bisa mengkritik saja, selama ini tidak tau dalam pemerintahan itu seperti apa, jadi apa salah jika mencoba untuk masuk didalam pemerintahan tersebut,” nasehatnya kepada Deny sebelum menjadi Staff Khusus Presiden.

Sebulan tawaran tersebut masih mengambang dan sempat membuat ragu, Titien terus mensuport buah hatinya tersebutHari Jumat deadline pemberian keputusan, kemudian Titien menyuruh Deny untuk salat istiharah.”Jika hendak berjuang inilah kesempatan, asalkan tetap istiqomah hendak memperbaiki Indonesia, tujuan tetap di awal,” nasehatnya lagi kepada Deny.

Setelah salat istirahah, Denypun menerima tawaran tersebutSelama menjadi staff khusus tersebut, ketika ada kabar dimarahin atau dibentak-bentak dengan pertanyaan-pertanyaan yang memojokan dirinya, pihak keluarga merasa sedih melihat Deny diperlakukan seperti ituTitienpun sering menasehati Deny agar tidak mudah terpancing emosi.”Jangan sampai terpancing emosi, sabar ” kenang Titien menasehati Deny yang biasanya via telepon.

Seringnya Deny memakai sasirangan dikatakan Titien, berawal dari pertama dikirimkan baju tersebut ke Jakarta, karena Deny suka, saat datang ke Banjarbaru dibawalah ke Toko Sasirangan yang pemiliknya bernama Idrus.

Kedatangan Deny, membuat Idrus yang sangat ngefans sosok ayah dua anak tersebut kagetSehingga toko Idrus menjadi langganan tetap baju sasirangan, bahkan kata Titien, setiap ada motif baru, Idrus langsung memberitahukan Deny“Yang mengasihkan ke Deny biasanya saya, karena tiap bulan ke Jakarta, beli pakaian untuk Butik Varras sekalian berkunjung ke tempat Deny,” ucap Titien.

Deny Desember kemarin datang ke Banjarbaru, dan langsung ke Banjarmasin dalam rangka Satgas MafiaBeberapa hari yang lalu Deny juga menjadi pemateri disebuah seminar tiga hari di SamarindaLucunya pada saat waktu pernyataan, ada seorang mahasiswa yang bertanya kepada Deny terkait Bank Century.”Pa Deny, terkait Bank Century harusnya Presiden ikut terlibat,” ucap mahasiswa terebut“Terlibat dari mananya,” ucap Deny

Kemudian mahasiswa tersebut menjawab.”Kenapa Pa Deny nanya balik, saya jadi hilang konsentrasi,” ucap mahasiswa tersebut dan semua peserta terbahak-bahak mentertawakannya.

Deny, dikatakan Titien adalah sosok yang sangat memperhatikan agama, puasa daud dilakukannya mulai dari S3, tidak lepas salat tahajud.”Itulah cara Deny untuk dekat dengat sang penciptanyaTitiern mengatakan, Deny tidak mempercayai hal yang ghaib seperti ikut mandi-mandi kesana kemari.”Deny biasanya hanya minta doa dari saya, karena menurutnya doa ibu mempunyai nilai lebih untuknya,” ucapnya.

Teringat pada masa ujian Deny, Titien mengatakan, pada saat ujian pernah di banguni tengah malam sekitar pukul 02.00 Wita, namun pada saat di luar negeri pukul 09.00.” Deny merasakan, jika bersama ibunya dia yakin bisa, disamping dirinya memang lebih kuat agamanya,” ucapnya.

Keberhasilan yang dicapai Deny pada tahun 2010 kemarin yakni keluar menjadi seorang Profesor, bisa menyelesaikan kasus besar dan juga pergi hajar.”Deny  punya istri orang taat beragama juga dari pekalongan, sehingga keluarga kuat di agama,” ungkapnya suami Rosidah

Bersama Rosidah, Deny menghasilkan dua keturunan yakni Varris Haidarosidin dan Varras putri hanifaKesibukan Deny, biasanya menghambat acara keluarga seperti adanya rapat dadakan, namun keluarga memaklumi pekerjaan Deny.”Sudah biasa, kalau ada rapat mendadak, tidak jadi waktu acara keluarga,” ucapnya.

Terkait masalah gayus, Titien sebagai orang tua, hanya bisa mendoakan sajaTerkait pekerjaan anaknya yang begitu kontra, Titien mengakui tidak pernah mendapatkan ancaman-ancaman.”Memang banyak minta tolong, namun kalau memang salah, ya harus salah,” ucapnya.

Deny yang sangat memperhatikan keluarga walaupun berada dikejauahan sana, pernah menasahati ibunya, supaya tidak menerima bingkisan dari orang lain.

Tidak jarang Titien sering mengunjungi anaknya ke Jakarta, ikut diwawancari, dibentak, diberikan pertanyaan yang memojokan, diakui Titien sudah terbiasa.”Kalau ada berita colling down saja, ken Jakarta untuk mendukung moril Deny dan tak lupa menasehati supaya tidak mudah terpancing emosi,” ucapnya.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Tahun Zeby Febrina Getol Kampanyekan Komodo Jadi Keajaiban Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler