jpnn.com, SURABAYA - Jauh sebelum tren baju couple digunakan oleh remaja negeri ini, Tan Yong Yong dan Ru Ie sudah mengaplikasikannya sejak puluhan tahun silam.
''TENANG aja. Kalau pakaian yang dipakaikan (ke saya, Red) elek, kan dia yang malu. Dia yang dielekno orang-orang,'' ujar Tan Yong Yong, 75.Lelaki itu adalah suami Ru Ie, 72. Yong Yong dan Ru Ie telah menikah selama 48 tahun. Selama itu pula mereka mengenakan pakaian kembar. Sarimbit. Siang dan malam.
BACA JUGA: Pasutri Ini Ditangkap Polisi Lantaran Meresahkan Warga
Yong Yong memang suami yang tidak banyak celoteh. Dia manut dan pasrah dengan segala sesuatu yang sudah disiapkan istrinya. Mulai masakan hingga pakaian. Sebutan perempuan adalah manajer andal rumah tangga berlaku di keluarga itu.
Bukan berarti Yong Yong termasuk dalam golongan suami-suami yang takut istri. Dia hanya tidak pernah ambil pusing dan rewel. ''Kalau nggak percaya istri, mau percaya siapa?'' katanya.
Pergi ke mana pun, Yong Yong dan Ru Ie tidak pernah melewatkan waktu tanpa baju sarimbit. Hingga sebutan si kembar melekat di diri mereka. ''Sampai orang-orang itu belum tentu tahu nama kami. Manggilnya ya Pak Kembar atau Bu Kembar,'' ucap Yong Yong.
Sebagai pasangan kembar, Ru Ie dan Yong Yong sudah kenyang dengan komentar orang. Guyonan yang menanyakan apakah celana dalam mereka juga kembar pun sudah biasa. Ada pula yang mengusulkan untuk memasukkan kebiasaan tersebut di Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Namun, semua itu hanya jadi angin lalu. Didengar saja. Diiyain aja.
Sejak SMP Ru Ie hobi mendesain baju. Bagi dia, nama adalah doa. Nama Ru Ie yang diberikan sang kakek (engkong) memang membawa hoki. Ru ie dalam bahasa Tiongkok memiliki arti apa yang kamu inginkan akan tercapai. Nama itu juga merujuk pada kesuksesan.
Saat dewasa dia berhasil mewujudkan impiannya menjadi seorang desainer. Ru Ie membangun usahanya di bawah bendera Ru Ie Modest. Pada era 70-an, Ru Ie aktif berpartisipasi dalam berbagai pergelaran fashion show di Surabaya.
Saat tren baju couple belum merebak di kalangan pasangan muda seperti era sekarang, Yong Yong dan Ru Ie sudah melakoninya.
Pasangan tersebut menikah sejak 10 Agustus 1969. Kala itu Yong Yong berusia 27 tahun dan Ru Ie 24 tahun. Sebelum menikah, Yong Yong dan Ru Ie berpacaran selama dua tahun.
Cukup lama berpacaran, Ru Ie lantas menerima pinangan Yong Yong. Mereka sepakat untuk hidup bersama dan bertunangan. Hari pertama setelah pertemuan resmi keluarga tersebut, Ru Ie dan Yong Yong mulai mengenakan pakaian sarimbit.
''Dia kalau mau nikahi saya ya harus mau pakai baju kembar,'' tutur Ru Ie saat ditemui di rumahnya di Jalan Kamboja. Ucapan tersebut langsung memecah tawa. Tatapan dan senyum mesra sejoli berusia senja itu membanjiri rumah yang telah ditinggali selama 35 tahun tersebut.
Candaan itu spontan disahut Yong Yong, ''Dia pinter. Bilangnya waktu saya lagi sayang-sayangnya sama dia. Jadi, ya apa pun yang dia minta saya ya ya saja.''
Mengenakan baju kembar selama 48 tahun membuat pasangan tersebut memiliki jumlah baju yang nyaris sama. ''Jumlahnya sudah tak terhitung. Ratusan pasang. Soalnya, dia (Ru Ie) kalau bikin baju untuk dia sendiri pasti juga buatkan saya. Pasti,'' tegas Yong Yong yakin.
Jika salah satu baju hilang, pasangannya pun tidak bisa dipakai lagi. Baju-baju Yong Yong zaman dulu yang masih layak biasanya dikasihkan ke adik-adiknya. Untung, sanak saudara Yong Yong memiliki ukuran dan bentuk badan yang tidak jauh berbeda. Sementara itu, baju bekas milik Ru Ie tidak bisa diberikan ke adik dengan alasan tidak ada yang cukup. Jadi, kebanyakan sisa baju mereka disumbangkan.
Baju milik Yong Yong dan Ru Ie selalu digantung di hanger yang sama. Jadi, setiap pagi siapa yang mandi duluan boleh pilih baju. Namun, seringnya Ru Ie yang memilihkan baju untuk suaminya. Jadi, ketika mengambil salah satu hanger dari lemari, dua baju otomatis terambil. Dia lalu menggantungkan baju Yong Yong di luar lemari.
''Jadi, saya tahu hari ini pakai baju apa. Sudah disiapin,'' lanjut Yong Yong. Begitu pula baju yang akan dikenakan sore menjelang tidur. Sudah dicantolin di pintu lemari.
Bahkan, ketika salah seorang di antara mereka pergi ke luar kota, Ru Ie dan Yong Yong tetap mengenakan pakaian sama di tempat yang berbeda. Misalnya, ketika Yong Yong ke Banyuwangi beberapa hari lalu.
Sebelum bepergian, Ru Ie menyiapkan baju yang akan dikenakan. Baju diberi label hari dan ditata rapi berdasar urutannya. Kalau ada yang meleset atau tidak sama, Yong vYong mengalah ganti baju. ''Jadi, ketika saya menjemput di bandara, sudah sama pakaiannya,'' kata Ru Ie.
Untung, Yong Yong tidak pernah memedulikan gender warna. Dia pede memakai baju apa saja dengan warna apa saja. Sekalipun warna fuchsia, kuning terang, ungu, dan warna-warna yang identik dengan kesan feminin lain.
Meski demikian, Ru Ie tidak pernah salah memilihkan baju yang pantas untuk suami tercinta. Perempuan yang pernah mengambil kursus desain baju selama setahun di Jakarta tersebut punya selera yang tinggi.
Dia mendesain baju menggunakan ide yang muncul dari kepalanya sendiri. Perempuan kelahiran 19 Maret 1945 tersebut mengatakan tidak pernah mencari referensi dari majalah, TV, maupun hasil rancangan desainer lain.
Bahkan, inspirasi bisa datang tengah malam. Kalau sudah begitu, Ru Ie langsung terbangun, lalu menggambar sketsa. ''Pokok pengin buat baju, ya tinggal buat. Sesempatnya,'' kata Ru Ie.
Selain baju untuk suami, Ru Ie membuat baju sarimbit satu keluarga. Meski jumlahnya tidak sebanyak sarimbit bersama suami.
Jodoh memang saling melengkapi. Begitupun dengan Yong Yong dan Ru Ie. Jika dilihat berdasar silsilah keluarga, Yong Yong merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Adapun Ru Ie adalah sulung dari 10 bersaudara. Sesuai dengan karakter sebagian besar anak sulung, Ru Ie selalu bisa ngemong. Bisa mengalah karena sejak kecil dia harus mengurus adik-adiknya.
''Ru Ie selalu bisa meredam emosi. Tak pernah marah meledak-ledak, terutama di depan anak,'' lanjut Yong Yong. Hal tersebut membuat keluarga pasangan yang dikaruniai empat putra dan lima cucu itu harmonis.
Mengurangi ego masing-masing merupakan salah satu tip harmonis pasangan tersebut. Di dalam keluarga, Ru Ie menjadi Mrs Yes. Yang penting bilang iya dulu, walau emosi. Jangan sampai orang tua marah di depan anak.
Selain itu, hidup rukun akan terwujud jika setiap anggota keluarga bisa bersyukur. Mendidik anak bersama dan menciptakan kasih sayang di antara mereka adalah harapan semua orang tua. ''Kalau bapak-ibunya rukun, anaknya pasti niru,'' ungkap Ru Ie.
Menjalani masa tua bersama membuat pasangan tersebut bisa menekuni hobi masing-masing. Yong Yong sangat aktif di berbagai komunitas. Dia hobi menjadi pimpinan alias koordinator alias ''mandor'' di kelompok-kelompok kecil bersama teman-temannya. Mulai kelompok senam pagi, grup nyanyi, hingga pengobatan tenaga dalam Longevitologi. (ASA WISESA BETARI/c15/dos/JPNN/pda)
BACA JUGA: Istri Pinjam HP Suami tak Dikasih, Buk! Buk! Malah Adu Jotos
BACA JUGA: Karena Uang, Suami pun Minggat Tinggalkan Istri
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasutri Versus Pasutri, Terluka, Ribeeeeetttt
Redaktur : Tim Redaksi