Soal Fufufafa, Reza Ungkap Bahaya Otak Kecanduan Film Dewasa

Minggu, 22 September 2024 – 08:12 WIB
Ilustrasi - Reza Indragiri Amriel. Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel bicara soal bahaya otak kecanduan film dewasa, dikaitkan dengan unggahan-unggahan akun Fufufafa di Kaskus.

Reza menyampaikan analisis soal perilaku Fufufafa dalam siniar yang ditayangkan Diskursus Net melalui YouTube.

BACA JUGA: Roy Suryo Ungkap Temuan soal Akun Fufufafa

Menurut Reza, yang menjadi soal sesungguhnya sekarang bukan tentang akun Fufufafa yang mengumpat, bicara sumpah serapah, doyan porno, dan seterusnya, tetapi ini soal waktu.

"Fufufafa pada hari ini siapa? Nah, itu, menurut saya itu persoalannya. Fufufafa yang hari ini 99,99 persen diyakini sebagai Gibran, yang notabene wakil presiden terpilih," ujar Reza dalam siniar itu.

BACA JUGA: Jimly: Fufufafa Cermin Tingkat Peradaban Demokrasi Masih Rendah

Soal akun Fufufafa 99,99 persen adalah Gibran itu sebelumnya disampaikan pakar telematika Roy Suryo yang jadi narasumber. Ada pula peneliti senior Drone Emprit Yan Kurniawan.

Reza lantas membuat rumusan, misalnya, Fufufafa alias 99,99 persen adalah Gibran yang doyan berkunjung ke situs porno dan kalimat-kalimatnya pada akun media sosial itu juga cabul.

BACA JUGA: IS Tersangka Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan Ditangkap, Ada yang Membantu Selama Pelarian?

Lantas, kata Reza, pertanyaannya menjadi serius; apa sih sesungguhnya dampaknya ketika seseorang sudah mengalami kecanduan pornografi? Apakah berpengaruh terhadap kerja dia?

Pertanyaan lainnya, ketika ada wakil presiden yang otaknya sudah seperti itu, bagaimana dampaknya terhadap entah itu kebijakan dia? Keputusan-keputusan dia yang akan dihasilkan?

Reza menilai masalah ini bukan soal Fufufafa semata-mata, tetapi juga tentang kerisauan publik karena Fufufafa hari ini diduga adalah wakil presiden terpilih.

"Sanggup tidak, kita ini memiliki seorang wakil presiden 99,99 persen bernama Gibran alias Fufufafa yang otaknya sudah terikat pada pornografi, misalnya begitu?" lanjut Reza.

"Disclaimer, saya tidak memberikan pembenaran apa pun pada pornografi, jadi, jangan salah kaprah," kata Reza.

Reza lantas menyinggung soal dugaan skandal yang pernah menimpa mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky yang berujung upaya memakzulkan Clinton.

"Pertanyaannya, Bill Clinton ini mau kita makzulkan dengan alasan apa, ya?" kata Reza Indragiri.

Menurut Reza, ada dua alasan publik Amerika berpikir kenapa seorang kepala negara harus dimakzulkan, pertama, presidennya dianggap tidak lagi cakap secara fisik.

Artinya, mungkin ada keterbatasan fisik luar biasa yang membuat dia tidak lagi cakap menjadi kepala negara, atau kedua, alasan moral.

Faktanya, kata Reza, Bill Clinton tidak jadi dimakzulkan. Namun, paling tidak kita bisa memotret bahwa publik Amerika Serikat yang liberal dan sekuler pun, ternyata juga tidak bisa menerima kepala negara mereka main gila, yang otaknya mesum.

"Itu Amerika Serikat saja seperti itu," lanjut pakar penyandang gelar MCrim dari University of Melbourne Australia itu.

Maka, lanjtu Reza, hari ini pun publik tanah air juga punya alasan lebih-lebih lagi untuk tidak hanya bingung, tidak hanya risau, tidak cuma kaget, tetapi juga takut bahwa wakil presiden yang otaknya cabul semacam ini, kelak akan berpengaruh apa terhadap kehidupan kita.

"Sementara, studinya memang mengerikan. Ini tidak mendramatisasi. Ketika otak manusia itu sudah terikat pada pornografi, sebutlah kecanduan, itu akan berpengaruh terhadap volume otak depannya," tutur Reza.

Reza menjelaskan bahwa otak depan itu fungsinya adalah untuk executive functioning, fungsi eksekutif, yaitu bagaimana seseorang berlogika, bagaimana seseorang melewati persoalan, bagaimana seseorang mencari penyelesaian, bagaimana seseorang membuat keputusan.

"Sekarang bayangkan, kalau wakil presiden kita, volume otak depannya sudah menyusut, sehingga kecakapan dia dalam berpikir terganggu, keputusan-keputusan dia sangat rentan menjadi error, maka nasib kita bakal sengsara nantinya," ujar Reza.

Jadi, katanya, kehidupan bangsa ini berisiko di ujung tanduk kalau kemudian wakil presidennya semacam itu. Meski publik masih bisa berkata "untunglah dia cuma wakil presiden".

Kemudian moderator bertanya, bagaimana kalau misal presiden berhalangan? "Baru tidak beruntung kita," jawab Reza yang pernah mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK) itu.

Reza pun berharap Presiden terpilih Prabowo Subianto selalu dalam keadaan sehat, panjang umur serta efektif dalam menjalankan peraturan kepemimpinannya.

Namun, Reza tidak memungkiri dirinya bertanya-tanya bagaimana ketika terjadi situasi yang sungguh-sungguh tidak diharapkan, yaitu presiden berhalangan tetap.

"Kalau Pak Prabowo berhalangan, bagaimana? Ya, wakil presiden dong yang maju, betul? Tidak ada option. Sama pula, no option, kita bakal punya wakil presiden yang otaknya seperti itu, yang sangat berbahaya ketika membuat keputusan," tuturnya.

Sebelumnya, pakar telematika Roy Suryo dalam diskusi itu mengatakan akun Fufufafa di kaskus adalah 99,99 persen Gibran Rakabuming Raka (GRR).

Roy menggunakan akurasi penilaian 99,99 persen, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan.

"Kita tidak boleh melebihi Tuhan, Allah SWT," kata Roy dalam siniar yang ditayangkan Diskursus Net melalui YouTube, dilihat pada  Sabtu (21/9/2024).

"Jadi, sudah persis ini, seperti temuan beberapa kawan-kawan netizen, ini adalah (99,99 persen) wakil presiden terpilih," lanjutnya.

Moderator lantas bertanya kepada Roy Suryo tentang siapa nama akun Fufufafa yang dia maksud itu?

"Namanya, ya, GRR-lah, Gibran. Jelaslah, ya sudah, sulit untuk kita mengelak dari situ," jawab Roy.(*/dn/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler