jpnn.com - JAKARTA - Presiden Joko Widodo hingga saat ini masih panen kritik akibat memilih HM. Prasetyo sebagai Jaksa Agung baru. Dengan pemilihan yang terkesan mendadak dan tertutup itu, presiden yang dikenal dengan panggilan Jokowi itu dianggap melupakan visinya untuk mengedepankan revolusi mental.
Menurut tokoh agama sekaligus pemerhati politik, Romo Benny Susetyo, salah satu ciri revolusi mental adalah mengedepankan perubahan dengan memilih tokoh yang sesuai. Namun, kata dia, yang dilakukan Jokowi justru sebaliknya.
BACA JUGA: Siapkan Deklarasi Ikatan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara
"Kita melihat apa yang dikatakan revolusi mental jadi terpental ketika tidak memberi sebuah kepastian. Presiden mencari Jaksa Agung diam-diam, tiba-tiba baru dipublikasikan dan langsung dilantik kita belum tahu rekam jejak orang ini," kata Romo Benny dalam diskusi 'Pak Jokowi Ikut Parpol, Apa Nasib Gerakan Anti Mafia dan Korupsi?' di Jakarta Pusat, Minggu, (23/11).
Romo Benny menyebut sikap kritis yang ditunjukkan publik atas pemilihan Prasetyo bukan berarti karena sikap antiparpol. Hanya saja, kata dia, Jokowi kini dianggap lebih patuh pada partai dibanding membuktikan janjinya melakukan revolusi mental dengan mengedepankan transparansi.
BACA JUGA: Tunjuk Prasetyo untuk Akhiri Pengaruh SBY di Kejagung
Karenanya Romo Benny juga menyatakan, kini yang menjadi tugas utama Prasetyo adalah membuktikan pada khalayak bahwa Jokowi tidak salah pilih. Prasetyo diberi waktu 6 bulan untuk memperbaiki institusi Kejaksaan Agung.
"Berani enggak Prasetyo membersihkan oknum-oknum kejaksaan yang ada di kasus sarang penyamun dan mafia. Kalau tidak bisa membuktikan, maka revolusi mental terpental," tegas Benny.(flo/jpnn)
BACA JUGA: Perbanyak Kegiatan Bareng untuk Akhiri Bentrok TNI-Polri
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Dinilai Mengabaikan Prinsip Good Governance
Redaktur : Tim Redaksi