Soal Kebahagiaan, Kaltim Nomor 4 tapi Angka Depresi Tinggi

Jumat, 18 Agustus 2017 – 00:12 WIB
Stres. Foto: Pixabay

jpnn.com, BALIKPAPAN - Provinsi Kalimantan Timur menempati posisi keempat Indeks Kebahagiaan Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (15/8).

Namun, dengan skor mencapai 73,57 dalam skala 0-100, angka ini tertinggi untuk regional Kalimantan.

BACA JUGA: Soal Kebahagiaan, Jatim Nomor 11: Renungan di Hari Kemerdekaan

Meski demikian, menurut Yulia Wahyu Ningrum dari biro psikologi Mata Hati Samarinda, hal tersebut jauh berbeda dengan kenyataan di lapangan.

“Temuan kami, angka depresi masih tinggi di Kaltim. Hal ini diketahui saat Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) melakukan konseling gratis untuk masyarakat," ucapnya kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Hasil Survei BPS: Pria Lebih Bahagia Dibanding Perempuan

Dia mengatakan, penyebab depresi masyarakat di Benua Etam sangat beragam. Dalam dua tahun terakhir, sebutnya, faktor ekonomi jadi pemicu utama.

Dijelaskan Yulia, kepuasan pendapatan bakal memengaruhi banyak hal. Termasuk kepuasan perkawinan bagi pasangan rumah tangga, hingga makna hidup secara pribadi.

BACA JUGA: Pak Jokowi Ingin Tol Balikpapan-Samarinda Tuntas Desember 2018

Yulia menerangkan, data yang dipotret Badan Pusat Statistik (BPS) tidak bisa menggambarkan secara utuh kondisi yang dialami masyarakat Kaltim.

“Saya baca dari media, di Balikpapan setiap hari ada 2-3 perceraian. Alasannya karena finansial. Sering kali saya juga menerima klien yang depresi akibat pemutusan hubungan kerja. Berat untuk mereka merasakan bahagia," ucap perempuan yang bekerja di Dinas Kesehatan Kaltim, itu.

Sementara, menurut Siti Mahmudah Indah Kurniawati dari biro psikologi Inka Alzena, bisa jadi pemicu rasa bahagia berasal dari kehangatan keluarga.

Dia mengatakan, di Kaltim, hubungan sosial antarmasyarakat masih cukup baik. Belum lagi tipisnya pengaruh dari gejolak politik ataupun intimidasi. Hal ini membuat Kaltim cukup aman dan nyaman.

“Walaupun heterogen, Kaltim cukup kondusif. Percuma bila serba melimpah, tapi tidak aman. Jauh dari rasa bahagia," kata dia.

Sementara itu, menurut data BPS, warga di rentang usia 25-40 tahun ternyata yang paling bahagia. Nia, sapaan psikolog lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta, itu menerangkan, pada usia tersebut, seseorang lebih stabil dalam mengelola emosi.

Meski demikian, Nia menjelaskan bahwa menjalin pola komunikasi asertif antar-pasangan wajib dilakukan.

Kemudian, sejak dini disarankan menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anak. "Hal ini penting untuk menyiapkan generasi berikutnya agar kuat dan tangguh dalam problematika hidup," jelasnya.

Diwartakan sebelumnya, Kepala BPS Kaltim M Habibullah mengatakan, pada 2017 indeks kebahagiaan Kaltim Mencapai 73,57 pada skala 0–100. Angka ini meningkat bila dibandingkan pada 2014, yakni 71,45.

Habibullah menjelaskan bahwa indeks kebahagiaan Kaltim pada 2017 merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi. Yakni kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup.

Diperinci menurut kawasan, indeks kebahagiaan warga yang tinggal di perkotaan tercatat sebanyak 74,80. Kemudian, penduduk yang tinggal di pedesaan sebesar 71,05.

Hal yang perlu dicatat dalam survei tahun ini ketimbang tiga tahun lalu adalah pada tahun ini ada penambahan dimensi variabel, yakni variabel makna hidup dan perasaan dalam menghitung indeks kebahagiaan.

“Jika dirinci per dimensi, maka besaran indeks di masing-masing kebahagiaan penduduk Kaltim adalah indeks dimensi kepuasan hidup tercatat 73,50, indeks dimensi perasaan 71,63, dan indeks dimensi makna hidup sebesar 75,41,” ucap Habibullah. (*/roe/riz/k15)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Didorong Maju Pilgub Bali, Kaltim, NTT, Bagaimana Peluangnya?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler