jpnn.com, JAKARTA - Direktur Imparsial Gufron Mabruri menyinggung pola rotasi antarmatra ketika menanggapi wacana pergantian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang memasuki masa pensiun pada November 2021 ini.
Sebab, katanya, pergantian Panglima TNI bisa berdampak kepada kekuatan soliditas internal di militer Indonesia.
BACA JUGA: Respons Terbaru Dasco Soal Calon Panglima TNI Pengganti Marsekal Hadi
"Dalam konteks tersebut (membangun soliditas, red), proses pergantian Panglima TNI sekiranya juga tetap perlu mempertimbangkan pola rotasi antarmatra," kata Gufron dalam keterangan persnya, Kamis (24/6).
Dia menilai, penerapan rotasi bisa menumbuhkan kesetaraan antarmatra yaitu TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
BACA JUGA: Selamat, 30 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat Termasuk Letjen Dudung Abdurachman
Toh, ujar Gufron, memakai pola rotasi dalam pergantian orang nomor satu di militer Indonesia juga diamanatkan Pasal 13 ayat (4) UU TNI.
Adapun pasal itu menyatakan bahwa jabatan Panglima TNI dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi aktif dari tiap-tiap angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan.
BACA JUGA: Bripka SP Ditangkap di Indekos, Kasusnya Bikin Malu Polri
"Pola rotasi jabatan Panglima TNI yang telah dimulai sejak awal reformasi ini tentu perlu untuk dipertahanankan, apalagi hal tersebut juga telah diamanatkan dalam UU TNI," beber Gufron.
Selain isu rotasi, Gufron turut berbicara tentang perlunya agenda reformasi militer terus didorong dari wacana pergantian Panglima TNI.
Dalam konteks tujuan itu, katanya, kandidat Panglima TNI diharapkan tidak hanya mampu mendorong arah pembangunan militer yang kuat dan profesional.
Namun, memiliki juga komitmen untuk menjalankan agenda reformasi TNI yang belum dijalankan.
"Pergantian Panglima TNI juga semestinya dapat digunakan sebagai momentum untuk mendorong kembali agenda reformasi TNI yang saat ini stagnan," beber Gufron. (ast/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan