Soal Stok Vaksin COVID-19, Budi Gunadi: Saya Lagi Deg-degan

Sabtu, 03 April 2021 – 06:12 WIB
Warga mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tampil secara daring bersama seorang pegawai humas membuka dialog khusus dengan wartawan untuk menyampaikan perkembangan penanggulangan COVID-19, pada Sabtu (27/3) malam.

Jarum jam malam itu menunjuk angka tujuh. Budi Gunadi beberapa kali memijat bagian tengkuk leher menggunakan telapak tangannya disertai raut wajah yang gelisah saat menginformasikan bahwa pengiriman vaksin AstraZeneca pada April 2021 ditunda akibat embargo di negara produsen, India.

BACA JUGA: Warga Sulut Demam dan Lemas Setelah Suntik Vaksin AstraZeneca, Ini Penjelasan Pemerintah

"Jadi kita harusnya dapat jatah ini sekitar 11,7 juta di Maret-April, dapatnya baru 1,1 juta yang 10,6 jutanya nyangkut. Bulan Maret kebetulan Sinovac masih cukup banyak. Namun bulan April Sinovac cuma 7 juta. Saya lagi deg-degan makanya,” kata Budi.

Pelaksanaan vaksinasi tahap kedua yang menyasar tidak kurang dari 38 juta jiwa kelompok petugas pelayanan publik dan lanjut usia (lansia) sampai April 2021, tampaknya cukup memberikan tantangan bagi para pemegang kebijakan layanan kesehatan.

BACA JUGA: Amerika Beri Sinyal Tak Gunakan Vaksin AstraZeneca

Faktanya baru sekitar 1,5 juta dari total 21,6 juta jiwa sasaran kelompok lansia yang telah menerima dosis pertama.

Belum lagi tantangan untuk menyelesaikan vaksinasi 5 juta lebih tenaga pendidik sebelum agenda belajar tatap muka di sekolah bergulir pada Juli 2021.

BACA JUGA: Inggris Temukan 30 Kasus Pembekua Darah, AstraZeneca Makin Terpojok

Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma melalui keterangan tertulis kepada wartawan yang disampaikan 31 Maret 2021 seakan menjadi jawaban atas kegelisahan ketersediaan stok vaksin yang dirasakan Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Usaha percepatan dan penambahan kapasitas produksi vaksin COVID-19 dilakukan Bio Farma dengan menambah fasilitas produksi dengan memanfaatkan gedung baru Bernomor 43 di Bandung, Jawa Barat.

Dengan adanya fasilitas baru itu, Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma Bambang Heriyanto optimistis stok vaksin bisa bertambah menjadi 11,9 juta dosis pada April 2021, dari yang tersedia saat ini 7,9 juta dosis jenis Sinovac.

"Itu pun tergantung suplai bahan baku nanti," katanya.

Untuk diketahui, bahan baku Sinovac yang akan datang sampai Juli 2021 adalah sebanyak 140 juta dosis yang pengirimannya akan dilakukan secara bertahap, dan dalam waktu dekat akan datang sekitar 30 juta dosis bahan baku pada April 2021.

Bio Farma hingga saat ini telah mendistribusikan 20,5 juta dosis vaksin COVID-19 ke seluruh provinsi di Indonesia.

Vaksin tersebut berasal dari vaksin produk jadi Sinovac (CoronaVac) dan AstraZeneca serta vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma dengan bahan baku dari Sinovac.

Adapun total vaksin yang sudah diterima Indonesia sampai saat ini adalah 3 juta dosis vaksin produk jadi dari Sinovac, 1,11 juta dosis vaksin produk jadi AstraZeneca dari Covax/Gavi dan 53,5 juta dosis bahan baku vaksin dari Sinovac.

“Total bahan baku yang sudah kami terima adalah sejumlah 53,5 juta dosis yang kami terima dalam empat kali kedatangan, dan sudah kami proses produksi sejak 13 Januari 2021 lalu dan diperkirakan menjadi sekitar 42 juta dosis, dan per 30 Maret sudah kami produksi sejumlah 26 juta dosis," ujarnya.

Upaya penambahan kapasitas produksi vaksin Bio Farma boleh jadi menjadi kabar baik di tengah tantangan keberlanjutan vaksinasi tahap kedua, mengingat perkembangan program vaksinasi nasional saat ini telah mencapai angka 10 juta vaksin dengan kecepatan harian vaksinasi mencapai 500.000 suntikan per hari.

Indonesia berhasil menjadi salah satu dari empat negara di dunia terbanyak dalam memberikan vaksin di luar negara produksi vaksin.

Brazil, Turki, dan Jerman merupakan tiga besar negara yang berhasil memenuhi target vaksinasi COVID-19 di masing-masing negara. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler