Soal Subholding Pertamina, Pengamat UGM: Kinerja Masing-masing Bisa Diukur

Soal Pembentukan Subholding Pertamina, Pengamat UGM: Kinerja Masing-masing Bisa Diukur

Jumat, 23 Oktober 2020 – 04:21 WIB
Ilustrasi. Foto: Instagram Pertamina

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran menilai restrukturisasi di tubuh Pertamina bukan sebagai bentuk pemisahan perseroan. Sebab enam subholding yang dibentuk tersebut masih berada dalam kendali Pertamina.

“Bukan (pemisahan). Karena masih di bawah pengawasan holding-nya,” ucap Tumiran.

BACA JUGA: Soal Restrukturisasi Pertamina, Pegamat UGM Bilang Begini

Secara manajemen, kata Tumiran subholding yang dibentuk terpisah. Tetapi dalam arti, bahwa subholding masih menjalankan garis kebijakan Pertamina.

“Bahkan, dengan adanya manajemen baru pada subholding, maka kinerja masing-masing subholding bisa diukur. Dan kalau bisa diukur, berarti efisiensinya juga terukur,” lanjut mantan anggota Dewan Energi Nasional (DEN) ini.

BACA JUGA: Lewat Cara ini Pegadaian Dukung BNN Berantas Penyalahgunaan Narkoba

Melalui manajemen baru di tubuh subholding tersebut diharapkan berdampak positif untuk Pertamina. Artinya, baik kinerja Pertamina sebagai induk holding maupun masing-masing subholding akan meningkat.

“Diharapkan efisiensi meningkat, perfoma perusahan juga meningkat. Karena memang itu kan tujuan pembentukan subholding,” jelas Tumiran.

BACA JUGA: Greenpeace Indonesia: Beralih Gunakan BBM Oktan Tinggi, Pencemaran Udara Bisa Dikurangi

Tumiran juga berharap, ke depan Pertamina bisa mempertimbangkan keberadaan subholding yang membawahi industri energi bersih, termasuk baterai. 

Sebab, saat ini bidang energi di berbagai belahan dunia memang sedang mengalami transisi energi. Yaitu, dari ketergantungan energi fosil kepada energi bersih.

“Ini yang juga harus diantisipasi. Karena di sektor transportasi, misalnya, tren akan berubah dari ketergantungan terhadap fosil ke baterai. Pertamina sebagai pemasok BBM nasional, juga harus memperhatikan pergeseran seperti itu. Transisi tersebut tak bisa dihindari karena memang menjadi kesadaran global untuk mulai menggunakan energi bersih dalam mengurangi emisi,” pungkasnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler