Sejumlah negara di dunia berlomba-lomba untuk pengadaan vaksin virus corona dengan mengembangkan potensi vaksin hingga membuat kesepakatan dengan negara lainnya.

Enam bulan sejak pertama kali kasus COVID-19 diumumkan di Indonesia, angka penularan virus corona masih terus naik.

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Dorong Masyarakat Bergotong Royong Hadapi Pandemi Covid-19

Keberadaan vaksin menjadi harapan banyak kalangan, termasuk Presiden Joko Widodo yang berharap masyarakat sudah bisa disuntik vaksin COVID-19 awal tahun depan.

"Saya meyakini, insya Allah di bulan Januari kita sudah mulai suntik vaksin [COVID-19]," ujarnya yang disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, akhir Agustus lalu.

BACA JUGA: Laporan Pentagon Sebut Tiongkok Mau Bangun Pangkalan Militer di Indonesia

Ada berapa vaksin yang sedang dikembangkan di Indonesia? Photo: Uji klinis tahap pertama dari vaksin potensial untuk COVID-19 di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Amerika Serikat. (AP: Ted S Warren)

 

Setidaknya ada dua jenis vaksin yang saat ini sedang dikembangkan oleh Indonesia.

BACA JUGA: Sudah Enam Bulan Penularan Corona di Indonesia Terus Naik, Apa yang Bisa Dilakukan?

Bio Farma telah ditunjuk oleh Kementerian BUMN untuk bermitra dengan Sinovac Biotech Ltd, perusahaan biofarmasi asal China, untuk memproduksi vaksin.

Kemudian Bio Farma mengajak Tim Riset Fakultas Kedokteran Unpad dan Kementerian Kesehatan untuk mengembangkanya, terutama untuk tahap uji klinis.

Uji klinis dilakukan terhadap 1.620 sampel dengan rentang usia 18-59 tahun.

Selain Bio Farma, ada juga kandidat vaksin lain yang dibuat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sama seperti Fakultas Kedokteran Unpad, LIPI juga mengatakan tak mungkin vaksin tersedia dalam waktu dekat.

"Sangat mungkin mundur dari target awal 2021, itu pasti. Perlu waktu lebih lama karena baru di tahapan awal," kata biosafety officer sekaligus peneliti LIPI Ratih Asmana Ningrum.

"Saya juga tidak berani menjanjikan peluang keberhasilannya berapa. Kita tidak dapat mengklaim apa pun sebelum menguji," tambah Ratih. Photo: Mengembangkan vaksin untuk mengatasi virus corona Sars-CoV-2 memiliki banyak tantangan dan sejauh ini belum ada yang berhasil pada manusia. (National Institute of Allergy and Infectious Diseases, NIH)

  Mengapa begitu lama tersedia?

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, Slamet, seperti dilansir Setkab.go.id (04/08), saat ini Indonesia dan beberapa negara lain tergabung dalam Solidarity Trial WHO (World Health Organization).

Tujuannya bergabung kelompok ini adalah untuk mendapatkan bukti klinis yang lebih kuat dan valid terhadap efektivitas dan keamanan terbaik dalam perawatan pasien COVID-19.

Slamet menjelaskan proses produksi obat diawali dengan upaya penemuan bahan, zat, atau senyawa potensial obat melalui berbagai proses penelitian, sehingga membutuhkan waktu lama.

Selanjutnya, temuan tersebut harus melewati berbagai proses pengujian, termasuk uji klinik yang dilakukan beberapa tahap, sebelum akhirnya masuk ke tahap proses izin edar setelah dinyatakan aman.

"Banyak lembaga internasional dan nasional sedang bekerja keras untuk mendapatkan obat ataupun vaksin COVID-19. Sebagian kandidat vaksin juga sudah memasuki tahap uji klinis tahap akhir," kata Slamet. Apakah Kebijakan COVID-19 Berdasarkan Sains?
Sejumlah ilmuwan di Indonesia merasa tidak dilibatkan pemerintah saat mengambil keputusan menangani virus corona.

  Apakah ada vaksin artinya pandemi hilang?

Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Pandu Riono mengingatkan vaksin sebenarnya tidak mengatasi wabah.

Sebaliknya, vaksin adalah cara menekan, mengatasi, dan menghilangkan penyebaran penyakit secara jangka panjang.

"Enggak ada vaksin yang bisa mengatasi wabah dalam waktu singkat. Belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia," kata Pandu merujuk pada vaksin cacar dan polio.

Apalagi menurut Pandu dalam kasus COVID-19, virus yang dihadapi adalah virus yang sekeluarga dengan virus HIV, yakni arenavirus.

"Karakteristik dari arenavirus ini mudah bermutasi. Kalau mudah bermutasi, sulit sekali mengembangkan vaksin karena begitu vaksinnya sudah ada, virusnya sudah berubah," tutur Pandu.

"Vaksin yang dikembangkan dari virus yang sebelumnya [belum bermutasi] menjadi tidak efektif," tambah Pandu. "Indonesia Terserah"
Pekerja medis mengungkapkan rasa frustrasi mereka melihat kondisi penanganan pandemi virus corona.

  Berapa banyak vaksin yang sedang dikembangkan di dunia?

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini ada 138 kandidat vaksin yang dalam tahapan evaluasi praklinis.

Dari 138 kandidat vaksin tersebut, 6 di antaranya dalam posisi terdepan pada tahap uji klinis fase yang ketiga.

Enam vaksin yang sudah masuk ke uji klinis tahap ketiga itu adalah vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford/AstraZeneca (Inggris), Sinovac (China), Wuhan Institute of Biological Products/Sinopharm (China), Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm (China), Moderna/NIAID (Amerika Serikat), dan BioNTech (Jerman)/Fosun Pharma (China)/Pfizer (Amerika Serikat). Jadi, kapan vaksin COVID-19 bisa tersedia?

Tak ada yang dapat menjamin kapan vaksin COVID-19 bisa tersedia, karena perkiraan selama ini barulah harapan dari perusahaan pengembang atau pemerintah.

Ada yang mengatakan bisa sebelum tahun ini, tapi ada juga yang memperkirakan baru akan tersedia 1,5 sampai 2 tahun lagi, seperti yang dikatakan konsultan Independen Genetik Molekuler, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, seperti yang dikutip dari Tirto.

Sementara di Australia, Pemerintah Australia telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan obat yang berbasis di Inggris, AstraZeneca untuk mengamankan potensi vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford.

Jika vaksin tersebut lolos uji coba, Pemerintah Australia akan memproduksinya dan membuatnya gratis untuk semua warga Australia.

Tapi menurut Perdana Menteri Scott Morisson, hal itu tidak akan terjadi sampai paling cepat tahun depan.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapitra Menduga Inilah Penyebab Penularan Covid-19 di Indonesia Begitu Cepat

Berita Terkait