jpnn.com, JAKARTA - SociopreneurID menutup program Expert dan Youth Volunteering periode pertama dengan acara peluncuran video edukasi untuk anak-anak, orang tua, guru, dan masyarakat umum, Minggu (25/10) lalu.
Program ini merupakan rangkaian dari Empathy Project Virtual yang puncaknya pada November mendatang.
BACA JUGA: BCreator Bersama SociopreneurID, Setiap Orang Pada Dasarnya Kreatif
Sebanyak 113 orang relawan yang terdiri dari 34 profesional dan 79 anak muda terjaring pada program ini dan berkolaborasi menghasilkan video edukasi, yang totalnya sebanyak 29 video.
Sepanjang Juli-September, para sukarelawan telah mendonasikan waktunya sebanyak 6.096 jam.
BACA JUGA: SociopreneurID Gelar Be A Creative Innovator di HelloMotion
Konten-konten tersebut dibuat bertujuan untuk memberi wawasan dan meningkatkan kemampuan praktis bagi anak dan remaja, yang saat ini proses belajarnya terdampak akibat pandemi Covid-19.
Menurut hasil penelitian internal SociopreneurID, sepanjang Maret-Juni 2020, diketahui hanya 9,8% konten edukasi yang beredar di dunia digital.
BACA JUGA: SociopreneurID Gelar Program Anak Hebat Anak Indonesia di Tangerang
Konten ini mencapai 90% berupa webinar atau workshop untuk anak muda/dewasa.
Sementara, konten untuk pembelajaran anak dan remaja masih sedikit, padahal mereka juga membutuhkan konten-konten edukasi.
Atas dasar inilah program Expert dan Youth Volunteering dibuat.
Konten-konten tersebut dapat diakses secara gratis melalui https://sidlab.id/konten-edukasi/.
Tidak hanya peluncuran video edukasi, acara penutupan juga diisi dengan talkshow yang mengundang perwakilan dari sukarelawan profesional dan relawan muda untuk berbagi pengalaman dan inspirasi kepada partisipan umum.
Tiga orang perwakilan sukarelawan profesional yaitu, Niki Prastomo (akademisi bidang sains), Arum Fatmasari (tenaga kesehatan), dan Wahyu Edy Sutran (gamestorming specialist) berbagi kesan mereka.
Ketiganya bercerita hal yang sama, bahwa meskipun di tengah situasi yang serba terbatas seperti saat ini, masih ada peluang untuk berbagi.
"Saya jadi belajar, hal yang menurut saya kecil untuk dibagikan, bisa jadi besar untuk orang lain,” ujar Niki.
Mereka pun sepakat bahwa sesungguhnya setiap orang bisa berbuat baik terlepas dari program ini, karena yang terpenting adalah keberlanjutan tindakan baik itu sendiri.
"Saya jadi dapat banyak inspirasi juga membuat game," kata Wahyu.
Sementara itu, perwakilan dari sukarelawan muda ada sebanyak empat orang, Muhamad Aditya (Jawa Timur), M. Hakeem Mahzan (Putrajaya, Malaysia), Jumadil Iqbal (Jawa Tengah), dan Maria Angela (Tangerang Selatan).
Keempat relawan muda ini terlihat begitu antusias berbagi pengalaman mereka selama tiga bulan menjalankan tugas sebagai relawan daring.
Adapun hal yang menjadi kesamaan dari cerita-cerita yang mereka bagikan adalah tentang semangat belajar satu sama lain.
Keterbatasan berkomunikasi justru tidak menjadi penghalang untuk belajar hal baru baik dari relawan profesional maupun antarsukarelawan muda.
"Ada istilah 'Semua Murid, Semua Guru', tidak ada yang merasa lebih tahu dan semuanya belajar memahami satu sama lain,” tutur Iqbal.
Program ini memiliki tema besar 'A Small Act of Kindness' yang diharapkan mampu menginspirasi banyak orang untuk tetap menebar kebaikan, melakukan hal baik sekecil apa pun itu untuk orang lain yang ada di sekitar.
Terutama di tengah situasi pandemi, program ini ingin menunjukkan bahwa masih ada hal sederhana yang dapat dilakukan untuk membuat situasi menjadi lebih baik dan lebih kondusif untuk semua orang. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek