Soeharto Bapak Pembangunan atau Guru Korupsi?

Senin, 24 Desember 2018 – 22:06 WIB
Halaman depan The New York Times edisi 22 Mei 1998 dengan headline mundurnya Presiden Soeharto yang dilanjutkan naiknya BJ Habibie sebagai penggantinya. Foto: NY Times

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menyatakan, sampai saat ini belum ada putusan pengadilan yang menyatakan Presiden Kedua RI Soeharto terbukti bersalah karena korupsi. Namun, faktanya Soeharto sudah membuat orang-orang dekatnya kaya.

“Masalah politik kan bukan hukum saja. Tanpa dikatakan siapa Soeharto sejak awal kita sudah tahu siapa dia,” ujar Indria dalam diskusi bertitel Soeharto: Bapak Pembangunan Atau Guru Korupsi di Jakarta, Senin (24/12).

BACA JUGA: Aktivis 98 Luncurkan Gerakan #LawanOrdeBaru

Mantan asisten wakil presiden bidang politik dan keamanan di pemerintahan BJ Habibie itu mengatakan, aktivis 1998 menganggap Soeharto sebagai inspirator bagi koruptor. Selain itu, ada pula yang menyebut Soeharto sebagai guru korupsi.

“Kita sudah sepakat dengan semua itu dan masalah itu adalah hanya soal istilah saja. Lantas apakah Soeharto sebagai guru korupsi, ya kita semua sepakat lah," katanya.

BACA JUGA: Saor Siagian: Pelapor Ahmad Basarah Pengkhianat Negara

Akademisi yang bergabung di LIPI sejak 1975 itu mengaku telah mengkaji banyak hal tentang Orde Baru, termasuk pribadi Soehato. Menurutnya, Soeharto memang pintar karena mampu berkuasa selama 32 tahun dengan memainkan peran sebagai entrepreneur politik.

“Sehingga setiap orang tunduk dan patuh pada kekuasaan yang dipegangnya. Sosoknya demikian kuat,” ulas dalam diskusi yang digelar Kaukus Muda Indonesia (KMI) itu.

BACA JUGA: Pernyataan Basarah Bisa jadi Obat Menolak Lupa Dosa Orba

Selain itu, kata Indria menambahkan, Soeharto juga menggunakan tentara dan intelijen untuk menopang kekuasaan. Bahkan, indonesianis kondang Benedict RO Anderson menyebut Soeharto sebagai bapak neopatrimonialisme.

Soeharto, tutur Indira, memegang dan mengontrol kekuasaan dengan ketat. Siapa pun yang berseberangan dengannya langsung disikat, sedangkan yang dekat diberi berbagai kemudahan.

“Nah di sinilah terjawab mengapa banyak orang yang dekat dengan Pak Harto menjadi kaya. Jika yang dekat adalah penguasaha, maka ia akan semakin kaya," beber Indria.

Meski demikian Indria mengaku tak terlalu megkhawatirkan glorifikasi sosok Soeharto, sebagaimana dilakukan Partai Berkarya pimpinan Hutomo Mandala Putra. Sebab, zaman sudah berubah sehingga publik tak akan mau diajak mundur.

“Tidak perlu khawatir dengan Partai Berkarya. Silakan bikin partai, tenang saja sebab masing-masing zaman punya tantangan sendiri," tutur Indria.(jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Spanduk Soeharto Tersebar, Bawaslu Tak Bisa Bertindak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler