Soeharto dan Lagu Dangdut 'Tidak Semua Laki-Laki' Basofi

Kamis, 08 Juni 2023 – 23:02 WIB
Presiden Kedua RI Soeharto sedang menelepon di kantornya di Bina Graha, Jakarta Pusat. Foto: Antara Foto

jpnn.com - Presiden Kedua RI Soeharto dikenal sebagai sosok yang ditakuti. Para pejabat di era pemerintahannya pun getol menghindari tindak tanduk yang berpotensi menyinggung tokoh kelahiran 8 Juni 1921 itu.

Pada 1992, Basofi Sudirman yang pada waktu itu menjabat wakil gubernur DKI Jakarta merilis lagu berjudul ‘Tidak Semua Laki-Laki’ yang berirama dangdut.

BACA JUGA: Kisah Pak Harto, Datang dari Keluarga Broken Home, Terusik Berita soal Silsilahnya

Lagu ciptaan Leo Waldy itu meledak di pasaran. “Kaset lagu itu diputar di mana-mana,” ujar Basofi dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories' terbitan Gramedia Pustaka Utama pada 2012.

Menurut Basofi, atasannya pada waktu itu, Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto, kurang sreg. Gubernur Wiyogo menyimpan keresahan soal kiprah wakilnya di Pemprov DKI itu.

BACA JUGA: G30S, Front Kostrad Vs Halim, Mengapa Soeharto Tidak Diculik?

“Maklum pada masa itu memang tidak biasa seorang pejabat juga menjadi penyanyi populer,” tutur Basofi yang saat dilantik menjadi wagub DKI pada 1988 merupakan anggota TNI berpangkat brigjen.

Mantan ketua DPD Golkar DKI Jakarta itu mengaku mendapat beragam tanggapan dari berbagai kalangan.

BACA JUGA: Ketidaksukaan Soeharto pada Keputusan Bung Karno soal Pranoto Pascaperistiwa G30S

Ada yang menuding pria kelahiran Bojonegoro, 20 Desember 1940, itu mencari popularitas.

“Rupanya perihal ‘Tidak Semua Laki-Laki’ itu sampai juga ke telinga Pak Harto,” kisah Basofi.

Kepala Staf Kodam Bukit Barisan periode 1986-1987 itu mengaku mengetahui hal tersebut saat dipanggil oleh Wiyogo.

Menurut Basofi, kala itu Wiyogo langsung memeluknya erat-erat. Gubernur DKI Jakarta periode 6 Oktober 1987 – 6 Oktober 1992 itu langsung mengaku salah.

“Wah, Pak Basofi, ternyata saya salah, Pak Harto justru tertawa mendengar laporan saya,” cerita Pak Bas -panggilan akrabnya- menirukan tuturan Wiyogo.

“Menurut Pak Harto langkah yang dilakukan Pak basofi sudah bagus. Untuk melakukan komunikasi dengan rakyat harus dengan cara yang merakyat pula, antara lain melalui kesenian. Jadi, cara Pak Basofi silakan diteruskan,” imbuh tokoh yang akhirnya menjadi gubernur Jawa Timur periode 1993–1998 itu menukil ucapan Wiyogo.

Basofi pun merasa bersyukur karena Pak Harto memperhatikan cara-caranya mendekati masyarakat.

Menurut dia, pada waktu itu para pejabat sering kali memberikan penafsiran sendiri terhadap hal yang diinginkan atau tidak diinginkan Pak Harto.

Namun, suara Golkar pada Pemilu 1992 bertambah dibandingkan saat Pemilu 1987. Basofi juga tidak mengetahui seberapa besar efek lagu ‘Tidak Semua Laki-Laki’ dalam mengerek suara partai yang menjadi juara di pemilu di era Orde Baru itu.

Namun, tak lama setelah Pemilu 1992, Basofi dipanggil menghadap Pak Harto.

“Beliau mengingatkan, kalau menjadi pejabat pemerintah itu harus amanah, tidak sewenang-wenang, dan harus dekat dengan rakyat,” tutur Basofi.

Syahdan, Pak Harto menunjuk Basofi menjadi gubernur Jawa Timur. Putra Pahlawan Nasional Letjen (Purn) H Sudirman itu menganggap jabatan baru itu sebagai anugerah untuknya.

Basofi pun mengaku sulit memercayai tuduhan yang menyebtu Pak Harto otoriter dan tidak peduli terhadap nasib rakyat.

“Pak Harto tidak banyak bicara, tetapi banyak bekerja,” ujarnya.(jpnn.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Memang Tidak Semua Laki-Laki seperti Basofi


Redaktur : Antoni
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler