jpnn.com, DENPASAR - PDI Perjuangan sangat percaya diri dalam menghadapi Pemilu Legislatif (Pileg 2019). Merujuk hasil survei internal dan lembaga jajak pendapat lainnya, partai pemenang Pemilu 2014 itu akan mampu mempertahankan posisinya pada pesta demokrasi tahun depan.
Menurut anggota Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDP Deddy Yevri Sitorus, ada faktor khusus di partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu yang menjadi daya tarik kuat. Yakni persepsi bahwa PDIP menjadi partai nasionalis yang mewarisi pemikiran Proklamator RI Bung Karno.
BACA JUGA: Prabowo Percayakan Masa Depan Indonesia pada Emak-emak
Berbicara pada Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) DPD PDIP Bali di Denpasar, Minggu (22/10) Deddy mengatakan, pada pemilu-pemilu sebelumnya di era reformasi terdapat sejumlah partai yang mengusung ideologi Soekarno. Selain PDIP, ada pula PNI Marhaenisme, PNNK, Partai Pelopor, PDP dan sejumlah partai lain.
Namun, kata Deddy, PDIP menjadi satu-satunya partai pengusung ideologi Soekarno pada Pemilu 2019. “Pada Pemilu 2019 tinggal terkonsolidasi satu kekuatan banteng-soekarnois, yakni PDI Perjuangan,” ujarnya.
BACA JUGA: Sandi: Gaya Saya Sudah Seperti Pak Prabowo Belum?
Deddy menambahkan, kinerja kader PDIP dan efek elektoral Joko Widodo (Jokowi) memang ikut mengatrol elektabilitas partai berlambang kepala banteng itu. Namun, katanya, hal yang patut dicatat adalah kembalinya para nasionalis ke PDIP setelah sebelumnya berkiprah di partai lain.
Calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari PDIP untuk daerah pemilihan Kalimantan Utara itu menambahkan, sampai saat ini elektabilitas partainya masih teratas. Survei terakhir menunjukkan elektabilitas PDIP di angka 24,6 persen, atau jauh di atas Gerindra yang menjadi saingan terdekat.
BACA JUGA: PDIP Targetkan Jokowi-Maruf Menang Besar di Bali
Deddy lantas menyinggul soal efek ekor jas atau coat-tail effect calon presiden (capres) terhadap elektabilitas partai. Menurutnya, Gerindra meraih dukungan terbesar karena efek ekor jas sebagai pengusung Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Namun, katanya, partai-partai pengusung Prabowo di luar Gerindra justru tak menikmati efek ekor jas. “Justru yang terlihat Gerindra mampu menggerogoti Demokrat dan menarik dukungan dari Golkar mengingat kentalnya Prabowo dengan Orde Baru,” ulas Deddy.
Lebih lanjut Deddy mengatakan, kondisi itu berbeda dengan PDIP yang berkoalisi dengan sejumlah partai lain untuk mengusung Joko Widodo - KH Ma’ruf Amin. Deddy mengatakan, meski PDIP memang menikmati efek ekor jas dari popularitas Jokowi, namun tak serta-merta menggerus basis suara partai pain.
"PDI Perjuangan menurut hasil survei lebih diuntungkan oleh merapatnya kembali pemilih Soekarno dan tambahan dukungan dari kelompok pemilih pemula atau yang sering disebut dengan kaum milenial dengan angka sekitar 34,8 persen,” tutur Deddy menjelaskan hasil survei internal.
Deddy lantas menjelaskan hasil survei internal PDIP tentang elektabilitas Jokowi - Ma’ruf. Menurutnya, hingga saat ini elektabilitas Jokowi - Ma’ruf kian jauh di atas Prabowo - Sandi.
Salah satu yang membuat elektabilitas Jokowi - Ma’ruf terkerek adalah kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Sebelumnya mantan juru kampanye nasional Prabowo - Sandi itu mengaku menjadi korban penganiayaan.
Ternyata, lebam di wajah Ratna akibat operasi plastik. Padahal, kubu Prabowo - Sandi sudah kadung mengumbar klaim bahwa Ratna dianiaya.
Merujuk survei, Deddy mengaku tak melihat peningkatan elektabilitas pada Prabowo - Sandi ataupun partai koalisi pengusung duet politikus Gerindra itu. "Masyarakat juga mulai jenuh dengan metode kampanye negatif yang dilancarkan oleh kubu Prabowo - Sandi," ujar kepala Rumah Aspirasi Jokowi - Ma’ruf itu.(jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kubu Jokowi-Maruf Siap Ladeni Ajakan Debat di Kampus
Redaktur : Tim Redaksi