----------------------------------------
NURANI SUSILO, London
----------------------------------------
"Sungguh sangat menyakitkan," ujar Steve Abbott, warga di Bristol, Inggris Barat, sesudah menyaksikan tayangan langsung laga Jerman kontra Inggris melalui layar raksasa
BACA JUGA: Jadi Bocah , Sebelum Mengajar Anak
Jelas terlihat kekecewaan yang mendalam di raut wajahnyaBACA JUGA: Kenangan Sidarto Danusubroto Dampingi Bung Karno di Ujung Kejatuhan
"Saya marah dan kesal karena wasit menganulir gol Frank Lampard
BACA JUGA: Eno Sigit, Cucu Pak Harto yang Terjun di Dunia Pendidikan Anak-Anak
Mereka bermain buruk sekaliMereka tidak layak mewakili Inggris," tambah Abbott.Mathew Lloyd, mahasiswa asal Leeds di Inggris Utara, berkata, "Apakah permainan mereka memang seburuk itu" Tidak mengherankan mereka disebut sampah."
Masyarakat Inggris sebenarnya siap kalah melawan JermanBayangan mereka, kalau Inggris harus kalah, caranya terhormatMisalnya, kalah lewat adu penalti seperti yang terjadi dalam beberapa turnamen besar sebelumnyaKarena itu, berbagai media Inggris pada Minggu (27/6) memberitakan pelatih The Three Lions "julukan tim Inggris" Fabio Capello telah menyiapkan lima algojo untuk adu penalti menghadapi sang musuh bebuyutan, Jerman.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa para pemain Inggris "skuad tertua yang pernah dikirim ke Piala Dunia" sudah tak berdaya menghadapi tim Jerman "yang kebetulan merupakan tim termuda yang dikirim sejak Piala Dunia 1930" pada 90 menit waktu normal pertandinganKekalahan itu tergolong paling buruk yang pernah dialami Inggris dalam sejarah keikutsertaan di Piala Dunia.
Kemarahan publik tersebut terekam di semua media yang terbit Senin (28/6) di LondonThe Sun, harian dengan oplah terbesar, menulis berita utama dengan judul Kakek-Kakek Melawan Tim Remaja untuk menyindir performa buruk Inggris di lapanganDi halaman lain, koran milik konglomerat media Rupert Murdoch itu menurunkan judul Pesan untuk Para Pemain Inggris: Anda Semua Sungguh Membuat Masyarakat Inggris Sangat Kecewa.
Harian Daily Telegraph tidak kalah nyinyirKoran itu menulis bahwa generasi emas (golden generation) sepak bola Inggris ternyata hanya mitosSebelumnya, masyarakat begitu berharap nama-nama besar, seperti Wayne Rooney, Steven Gerrard, John Terry, Ashley Cole, Frank Lampard, dan Jerman Defoe, mempersembahkan Piala Eropa atau Piala DuniaKenyataannya, dalam tiga kali Piala Dunia terakhir, para pemain yang digaji miliaran rupiah per pekan tersebut tidak ubahnya tim kelas RT di laga antarkampung
Koran The Guardian juga menyoroti generasi emas ituBagi Lampard dan Gerrard, dua jenderal lapangan terbaik di Premier League, tidak ada lagi kesempatan mempersembahkan Piala Eropa atau Piala Dunia kepada masyarakat Inggris"It"s all over for the golden generation (Semuanya sudah berakhir bagi generasi emas, Red)," tulis koran berhaluan kiri tersebut
Akhirnya, sejarah hanya bisa mencatat bahwa prestasi terbesar Lampard dan Gerrard adalah mengantarkan Inggris ke babak perempat final Piala Eropa 2004 dan Piala Dunia 2006"Ketika usia mereka sudah di atas 30 tahunan, bahkan mendekati 40 tahun, peluang berlaga di Piala Dunia tentu sangat kecil," tulis The Guardian.
Ulasan yang sangat pahitSepahit suasana di Inggris kemarinTidak ada lagi semarak Piala Dunia di London dan kota-kota besar lainBahkan, sejak Minggu sore, tidak lama setelah Inggris digilas Der Panser -julukan timnas Jerman-, banyak warga yang menurunkan bendera Inggris dari kendaraan, warung minum, dan jendela-jendela rumahDi kereta dan moda transportasi umum lain, para penumpang tidak lagi membahas timnas Inggris dan Piala Dunia yang masih berlangsung di Afrika SelatanBagi sebagian rakyat Inggris, Piala Dunia dianggap sudah berakhir.
"Saya tidak ingin membicarakan tim Inggris lagiSaya tidak ingin luka di hati saya kembali terbukaSebab, rasanya sungguh sangat menyakitkan," kata Jonathan Allen, bapak satu anak yang gila bola di Inggris Barat. (*/c11/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perjuangan Aryanti R. Yacub Memimpin Ikatan Sindroma Down Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi