Solar Langka, Sopir Truk Menganggur

Senin, 02 April 2018 – 10:49 WIB
Truk. Ilustrasi Foto: Wahyu Budianto/dok.JPNN.com

jpnn.com, KOTAWARINGIN TIMUR - Kelangkaan solar terjadi di Kota Sampit, Kotawaringin Timur, Kalteng, menyebabkan sejumlah sopir truk menganggur.

Mereka memadati jalanan di sekitar Stasiun Pengisian Bahan Umum (SPBU) Kota Sampit, mengeluh sulitnya mendapat solar untuk bekerja sehari-hari.

BACA JUGA: 2 Orang Tewas dalam Insiden Kebakaran Solar di Balikpapan

Wawan, sopir truk pengangkut material bangunan, mengaku sudah tiga hari tak bisa bekerja. Jika ingin tetap kerja, dia harus mengeluarkan uang lebih besar demi mendapatkan solar dari penjual eceran.

”Panjang antrean, kadang-kadang solar habis. Kalau ada dalam seminggu 4-5 hari saja adanya. Bahkan bisa satu kali seminggu. Tak pasti,” keluh Wawan, Minggu (1/4).

BACA JUGA: Solar Disubsidi, Pertamina Tetap Tanggung Beban

Beda halnnya dengan pria inisial SN. Dirinya mengantre di SPBU lantaran ingin mendapatkan solar untuk dijual kembali. Sebagai pelangsir, dia hafal permainan di lapangan.

Perannya sama seperti warga biasa yang melangsir, namun terkoordinasi. Namun belakangan ini, pekerjaan yang dijalankannya tak lagi lancar. Dalam satu pekan hanya bisa melangsir lima hari.

BACA JUGA: Viral! Istri yang Terbakar Cemburu Tabrak Mobil Suami

”Karena solar sudah habis. Sudah keliling rata-rata semua sama kosong. Kecuali BBM non-Subsidi,” kata SN.

Ada rencana para sopir bertahan di sekitar SPBU untuk mengajukan protes karena ketersediaan BBM subsidi kerap habis. Bahkan pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah organisasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya.

Koordinator Forbes LSM Kotim Audy Valent membenarkan hal tersebut. Dia sudah mencari tahu kondisi kelangkaan BBM bersubsidi yang dialami para supir truk.

”Hampir seluruh SPBU di Kotim tidak normal dalam melakukan pelayanan, khususnya BBM bersubsidi jenis solar dan premium (bensin) untuk warga. Dari informasi yang saya dapatkan kejadian ini sudah berlangsung lama, pelayanan solar paling lama tiga hari dalam satu minggu, bahkan ada yang melayani solar hanya satu hari dalam satu minggu, selebihnya semua menjual BBM non-subsidi,” jelas Audy.

Dibeberkannya, pelayanan untuk BBM bersubsidi tidak lancar sehingga terjadi antrean panjang. Pengawas atau petugas berwenang harus ikut mencari penyebab masalah tersebut.

”Pertamina perlu menjelaskan hal tersebut ke publik, agar informasi tidak simpang siur. Dan kami selalu mengawasi pelayanan di SPBU khususnya penggunaan BBM bersubsidi, memang saat ini terjadi pelayanan tidak normal,” ujarnya. (mir/yit)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penusuk Kapolsek Katingan Hulu Itu Tewas Ditembak Polisi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler