Solar Langka di Jatim, Indonesia Mulai Krisis Energi?

Rabu, 20 Oktober 2021 – 20:02 WIB
Nelayan mulai pasrah karena solar langka di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jatim, seperti Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Nelayan mulai pasrah karena solar langka di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jatim, seperti Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro.

Mereka mengaku tidak memiliki kepastian kapan bisa kembali melaut.

BACA JUGA: Pertamina: Jangan Khawatir, Stok Solar Cukup

Deretan perahu yang bersandar di pantai dekat perbatasan Gresik-Lamongan, tepatnya di Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Gresik itu seolah tak bertuan.

Perahu-perahu itu dibiarkan terombang-ambing air laut, dan sudah sepekan ini tidak dipakai melaut.

BACA JUGA: Gudang Penimbunan BBM di Semarang Digerebek, Pertamina Amankan Pasokan Solar Subsidi

Salah satu nelayan di Desa Campurejo, Solihun mengakui sudah tak melaut lima hari akibat solar langka.

"Solar merupakan kebutuhan mendasar dalam menjalankan perahu, dan salah satu pengharapan kami. Mau beli di SPBU terdekat kuotanya juga dibatasi. Belum lagi kalau dapat harus mengantre panjang. Kalau harus nyari keluar stoknya kosong," katanya.

BACA JUGA: Bank Mandiri Hadirkan Program Cicilan untuk Pemasangan Solar Panel SUNterra

Hal itu membuat pria berusia 53 tahun itu terpaksa tidak melaut, dan tercatat ada ratusan nelayan yang memilih tak melaut karena kelangkaan solar.

Solihun menyebut kerugian satu hari tak melaut sekitar Rp 1 juta hingg Rp 1,5 juta.

Pasalnya, dia biasanya rata-rata membutuhkan 125 liter solar dengan menggunakan kapal dibawah 8 gron ton (GT) dengan sepekan melaut.

"Jika dihitung lima hari nelayan tak melaut, kerugian mencapai Rp 5 juta hingga Rp7,5 juta. Kalau begini terus bisa-bisa kami tidak mempunyai penghasilan," katanya, mengeluh.

Dia berharap pemerintah memberikan solusi secepatnya, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga setiap harinya.

"Saya hanya bisa pasrah mas, dan berharap ada solusi terhadap kelangkaan solar," tuturnya.

Nelayan lain yang mengalami hal serupa adalah Nur Qomari. Nelayan petambak itu mengakui solar sulit didapat dalam beberapa hari terakhir.

Qomari mengakui bahwa sempat mengantre bersama nelayan lain di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Desa Golokan Sidayu, Kabupaten Gresik.

Antrean panjang itu dilakukan karena mendengar sulitnya solar didapat, sehingga dia bersama nelayan lain terpaksa berduyun-duyun ke SPBU tersebut untuk mengantre.

Area Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani mengaku telah menerjunkan tim di lapangan.

Pertamina masih terus berkoordinasi dengan pemegang kebijakan atau stakeholders agar kebutuhan solar tercukupi di seluruh SPBU.

"Kami berusaha menjaga biar aman sampai Desember 2021, namun kami mengimbau kepada kendaraan yang tidak layak menerima subsidi untuk dapat mengisi BBM jenis gasoil/diesel seperti Dexlite atau Pertamina Dex," kata Deden.

Deden menyebut tingginya kebutuhan solar dikarenakan seiring keberhasilan pemerintah dalam penanganan COVID-19 di Indonesia. Akibatnya, aktivitas masyarakat terus meningkat dan kembali normal.

Secara umum, dibandingkan periode awal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), saat ini demand BBM untuk jenis gasoline, yang meliputi Pertalite dan Pertamax series, serta gasoil (biosolar dan dex series) meningkat sekitar 12 persen untuk wilayah Jatim.

Pertamina mencatat peningkatan aktivitas masyarakat, juga tercermin dalam peningkatan konsumsi BBM sektor retail Pertamina yang secara nasional pada kuartal III (Q3) 2021 mencapai 34 juta kilo liter (KL), atau meningkat hingga 6 persen dibandingkan Q3 2020.

Sedangkan untuk BBM gasoline (bensin) ada peningkatan sekitar 4 persen, dan untuk gasoil (diesel), bahkan mencapai 10 persen.

Menurut Deden, kebutuhan solar subsidi di Jawa Timur konsumsi hariannya sejak September meningkat 16 persen dibandingkan rerata harian di periode Januari sampai Agustus 2021.

Namun, Pertamina akan terus berkomitmen memenuhi kebutuhan masyarakat, serta secara paralel dan terpusat akan berkoordinasi dengan BPH Migas untuk penambahan kuota Solar subsidi.

"Kami memastikan stok maupun proses penyaluran (supply chain) aman berjalan dengan baik," tegas Deden. (antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler