Solusi Alternatif Atasi Krisis Air, BP Batam Bakal Daur Ulang Air Limbah

Jumat, 04 September 2015 – 04:43 WIB
BP Batam mewacanakan daur ulang (recycle) air limbah menjadi air baku. Foto: Batam Pos / JPNN.com

jpnn.com - BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam menyiapkan beberapa skema mengatasi krisis air bersih di kota ini. Diantaranya dengan memanfaatkan air di lahan pascatambang pasir di Batubesar, Nongsa.

Selain  itu, BP Batam juga mewacanakan daur ulang (recycle) air limbah menjadi air baku. Namun kedua skenario ini masuk rencana jangka menengah dan panjang, sehingga belum bisa direalisasikan dengan segera.

BACA JUGA: Kabut Asap, Kembali Ganggu Penerbangan Di Batam Ratusan Titik Panas Terpantau

"Yang paling mudah dan paling cepat adalah recycle ini. Jadi semua air tidak terbuang," kata Tato Wahyu, Direktur Pengelolaan Air dan Limbah BP Batam, Kamis (3/9).

Tato mengatakan saat ini sudah ada mulai pengelolaan air limbah dan sedang dalam progress pembangunan di Bengkong. Instalasi ini diproyeksikan mampu menghasilkan air baku sebanyak 600 liter per detik.

BACA JUGA: Nilai Kebutuhan Hidup Layak Batam Bulan Ini Capai Rp2.810.785

Setelah air limbah itu diolah menjadi air baku, selanjutnya akan didistribusikan ke waduk atau dam yang dikelola PT Adhya Tirta Batam (ATB). Baru kemudian diolah menjadi air bersih dan didistribusikan ke pelanggan ATB.

Langkah lain adalah memanfaatkan genangan air di bekas galian tambang pasir di Batubesar, Nongsa. Air di dalam galian yang selama ini mengalir ke laut, akan dibendung menjadi sebuah waduk.

BACA JUGA: Duh, Kecelakaan Maut, Seorang Bocah Tewas

"Di sana akan kami buat seperti dam untuk menampung air," katanya.

Selebihnya, BP Batam menunggu beroperasinya Waduk Tembesi dan Waduk Rempang. Termasuk rencana mendatangkan sumber air baku dari Kabupaten Lingga yang memang memiliki sumber air bersih yang cukup melimpah.

"(Dari Lingga) itu yang paling memungkinkan," katanya.

Sementara opsi desalinasi atau mengubah air laut menjadi air tawar untuk saat ini dipandang sangat tidak mungkin. Ini dikarenakan biayanya yang super mahal.

Menurut Tato, dengan desain 3.900 liter per detik, kebutuhan air untuk semua warga di Batam masih mencukupi. Tetapi diharapkan semua warga bisa berhemat. Ia meminta kepada semua warga untuk tidak panik dan memperbanyak stok air di rumah.

"Saya minta agar warga menghemat. Air kita masih cukup kok," katanya.

Sementara Sekretaris Komisi III DPRD Batam, Helmy Hemilton, meminta dugaan penjualan air bersih ke kapal melalui pelabuhan resmi di Batam, diusut segera. Jika dugaan itu benar, Helmy menyebut PT ATB sudah menyalahgunakan amanahnya sebagai pemegang konsesi pengelolaan air bersih di Batam.

"Jika benar, ini sangat keterlaluan. Sebab banyak warga yang menderita karena kekurangan air," kata Helmy, kemarin (3/9).

Helmy juga meminta PT ATB segera menghentikan kebijakan penggiliran aliran air kepada konsumen. Karena pada faktanya, pasokan air baku di Batam masih surplus.

Politisi Partai Demokrat ini mengungkapkan, kebijakan ini membuat warga panik. Sebab air merupakan salah satu kebutuhan utama warga.

"Setiap malam warga harus siaga nungguin air ngalir. Apa ini harus dibiarkan terus menerus?" ujarnya.

Komisi III DRPD Batam, kata dia, telah menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan BP Batam RDP itu terungkap bahwasannya kondisi dam di kota ini masih aman untuk menyuplai air bersih. Bahkan ada surplus hingga 50-an juta liter per hari.

"Kami minta ATB terbuka termasuk dugaan penjualan air ke kapal tanker asing itu. Jika benar, kami akan minta aparat penegak hukum untuk usut masalah ini secara hukum," ujar mantan aktivis HMI ini.

Ia juga mewanti-wanti pihak ATB agar tidak menjadikan kondisi krisis air ini sebagai alat bargaining baik kenaikan tarif maupun perpanjangan masa konsesi yang akan berakhir beberapa tahun lagi.

"Tugas ATB hanya melayani masyarakat karena telah mendapat konsesi dari pemerintah dalam hal ini BP Batam. Jangan bikin opini untuk alat bargaining," ujarnya ketus.

Selain ATB, Helmy juga minta BP Batam tidak tinggal diam. Segala upaya harus dipikirkan terutama program jangka panjang bagi ketersediaan air bersih di Batam. 

Menanggapi hal ini, Coorporate Communication Manager PT ATB, Enriqo Moreno, menjelaskan bahwa air baku di sejumlah dam sudah terbatas. Jika dilakukan distribusi atau produksi normal, maka ketahanan stok air di waduk tidak akan lama lagi.

Kebijakan water supply rationing atau penggiliran dengan mengurangi produksi air bersih di setiap dam yang dilakukan ATB saat ini dinilai sudah sangat tepat.

"Bisa saja kami lakukan produksi normal. Tetapi dam akan langsung kering dalam waktu singkat," katanya.

Menurut Enriqo, pengurangan produksi air bersih ini dilakukan untuk kepentingan semua warga Batam. Sambil berharap adanya turun hujan dalam waktu dekat, sehingga debit air baku di lima dam yang dikelola ATB akan bertambah.

"Tetapi masalahnya siapa yang bisa menjamin akan turun hujan. Seperti prediksi BMKG, hujan baru akan turun pada Desember mendatang," katanya.

Ia berharap agar masyarakat untuk bersabar dan memahami situasi yang ada saat ini. Caranya, dengan menghemat konsumsi air bersih.

Sebab, PT ATB berencana melakukan kebijakan pengurangan produksi hingga Februari 2016 mendatang. "Kita harus komitmen untuk menghemat dan menggunakan air seperlunya saja," katanya.

Sementara hingga kemarin (3/9), masyarakat Tiban masih belum mendapatkan pasokan air bersih dari ATB. Padahal, sebelumnya ATB menyampaikan pemberitahuan bahwa aliran air akan terhenti selama 12 jam saj. Namun faktanya, aliran air mati hingga tiga hari.  

Warga Tiban makin panik karena stok air yang mereka tampung sudah mulai menipis. Jika hingga hari ini air ATB tak juga mengalir, warga Tiban dipastikan akan kesulitan mendapatkan air bersih.

"Stok air di rumah hanya cukup untuk besok (hari ini, red) saja," ujar Iqbal, salah satu warga Tiban BTN, tadi malam.

Warga Tiban Global, Graha Permata Indah, Villa Sampurna, Tiban Permata Indah, Sun Beach, dan lainnya mengaku tak mendapat pasokan air dari ATB sejak Selasa (2/9) lalu. "Kran kami tak ada airnya sejak hari Selasa," kata Udin, salah satu warga Graha Permata Indah.

Kecemasan juga menghantui warga Perumahan Villa Mukakuning, Kecamatan Sagulung. Pasalnya, volume aliran air ke rumah warga semakin mengecil. Padahal, menurut penjelasan ATB, kawasan tersebut belum mendapat giliran pengurangan pasokan air.

Warga mulai melakukan antisipasi dengan menampung air di dalam drum, ember, dan wadah lainnya. "Apa saja yang bisa untuk dijadikan penampung, kami pakai. Warga sudah stres memikirkan air akan mati," kata Isma, warga setempat, kemarin.

Penghentian aliran air ini sudah merembet ke Perumahan MKGR, Batuaji. Sekitar pukul 13.30 WIB kemarin, aliran air ke perumahan tersebut mati.

"Kami nggak tau sampai kapan matinya. Untung saya sudah nyuci pagi tadi," ujar Wildaini, 34, Warga Perumahan MKGR, Batuaji. (ian/spt/rna/cr14/ray)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin Merinding, Anak TK Terserempet Kereta di Depan Mata Ayah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler