Solusi Atasi Kemacetan, BP Batam Komit Kerjakan Proyek LRT

Rabu, 03 Mei 2017 – 21:50 WIB
Pembangunan LRT. Foto: KRIS SAMIAJI/Sumatera Ekspres/JPG

jpnn.com, BATAM - Deputi IV Badan Pengusahaan (BP) Batam, Robert Purba Sianipar menegaskan pihaknya tetap komit dengan rencana mega proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Pulau Batam.

BP Batam menilai moda transportasi LRT dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mempersiapkan Batam menjadi kota maju karena dapat mengatasi kemacetan.

BACA JUGA: Liburan Weekend Usai, Turis Singapura dan Malaysia Padati Pelabuhan

"Batam itu butuh insfrastruktur yang maju dan modern. Karena dengan penduduk mencapai 1,3 juta orang, Batam termasuk kota metropolis. Makanya BP Batam mempersiapkan transportasi massal untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat metropolitan," ujar Robert Purba Sianipar seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

LRT merupakan alat transportasi massal berukuran kecil dan ringan yang biasa dioperasikan dalam kawasan perkotaan.

BACA JUGA: Diterjang Angin Puting Beliung, 20 Rumah Rusak di Batam

Untuk pengoperasiannya, LRT selalu ditempatkan di antara lalu lintas jalan mengingat ukurannya yang kecil dan kecepatannya yang tidak terlalu tinggi, hanya 30-40 kilometer per jam.

BP Batam saat ini tengah melakukan studi awal pembangunan LRT dan akan segera mencari mitra investor untuk membangunnya.

BACA JUGA: Wonderful Indonesia Crossborder Festival Batam Berdampak Positif

Sehingga pihaknya saat ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak seperti dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Badan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Namun dukungan yang paling utama tentu saja diharapkan dari Pemerintah Kota (Pemko) Batam.

Karena untuk menentukan jalur LRT, BP Batam juga membutuhkan persetujuan dari Pemko Batam.

"Kami butuh dukungan dan persetujuan dari Pemko Batam untuk jalurnya dan akan segera berkoordinasi dengan mereka," ungkapnya.

Dalam peta rancangan BP Batam, proyek LRT dibagi atas dua koridor. Koridor pertama dimulai dari Tanjunguncang menuju Batamcentre sepanjang 27,54 kilometer. Jalur ini melewati 19 stasiun. Nilai investasi untuk koridor pertama mencapai Rp 3.372.362.400.000.

Sedangkan koridor kedua akan dimulai dari Bandara Hang Nadim menuju Batuampar sepanjang 27,93 kilometer. Jalur ini melewati 25 stasiun. Dan total investasinya mencapai Rp 3.758.893.600.000.

Stasiun-stasiun di koridor pertama yang rencananya akan dibangun untuk LRT nanti antara lain dimulai dari stasiun Drydock, stasiun Bintang IP, stasiun Makam Pahlawan, stasiun Mall Top 100, stasiun Panbil Mall, stasiun Kepri Mall dan berakhir di stasiun Batamcentre.

Sedangkan stasiun di koridor kedua dimulai dari stasiun Bandara, stasiun UNIBA, stasiun UIB dan berakhir di stasiun Nagoya. Total keseluruhan pembangunan proyek LRT ini mencapai Rp 7.131.256.000.

Dukungan pembangunan LRT juga mengalir dari akademisi. Pakar transportasi kota Batam, Atik Wahyuni mengungkapkan LRT ini merupakan jenis kereta api ringan yang pengoperasiannya berbarenangan dengan lalu lintas.

"Cocok untuk daerah perkotaan karena radius putarnya kecil dibanding Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta," katanya.

Dia mengatakan manfaat LRT nanti setelah selesai dibangun akan sangat besar untuk masyarakat Batam."Masyarakat akan mempunyai pilihan angkutan umum selain angkutan kota dan bus Trans Batam," imbuhnya.

LRT juga bersifat efisien karena memiliki jalur khusus yang berbeda dari moda transportasi lainnya sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kemacetan atau terlambat masuk kerja.

Beberapa tahun belakangan ini, Batam mulai akrab dengan sejumlah kemacetan di simpang-simpang besar seperti Simpang Jam, Simpang Kabil, Simpang Franky, Simpang Indomobil dan lainnya. Hal ini terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan melebihi dari pertambahan atau pelebaran jalan.

Disamping itu, jumlah masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi sangatlah tinggi. Hal ini terjadi karena sistem transportasi kota Batam tidak mampu mengakomodirnya. Keberadaan Trans Batam belum mencukupi. Selain itu banyak masyarakat yang mengeluhkan angkutan umum di Batam.

Angkutan umum yang beroperasi saat ini bisa dikategorikan tidak layak, begitu juga pelayanannya sangat buruk, sehingga membuat masyarakat enggan menaikinya.

"LRT mampu mampu beroperasi dengan lalu lintas kapasitas antara 10.000 hingga 30.000 perjam karena kecepatannya juga rendah," jelasnya.(leo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Ramadan, Bulog Bakal Salurkan Pasokan Daging ke Batam


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler