Menemukan seorang belahan jiwa hanya lewat pertemuan satu malam memang tidak mudah. Apalagi di pedesaan yang memiliki populasi saat kecil, maka peluang Anda bahkan jauh lebih sedikit.

Vickie Warren mengatakan ketika dirinya bercerai, ia tidak pernah mengira akan menemukan pasangan baru saat tinggal di kawasan pedalaman Renmark, Australia Selatan. Kota kecil ini hanya memiliki populasi 7.500 orang.

BACA JUGA: Situs Badan Prakiraan Cuaca Australia Disusupi Iklan Penipuan

Menurutnya, warga di kawasan pedalaman dan pedesaan Australia memiliki perasaan yang sama, mereka tahu pilihan mereka sangat terbatas.

"Akan ada beberapa orang sekolah, atau bekerja di sini, dan mereka akan merasa 'Cukup, saya tahu semua orang, jadi kalau saya ingin menemukan seseorang, saya harus pindah keluar kota ini'," kata Vickie.

BACA JUGA: Gereja di Adelaide Ini Hadirkan Atraksi Sirkus Dalam Kebaktiannya

Untuk mengatasi masalah ini, sebuah acara kencan singkat, atau speed dating, digelar di kawasan pedesaan Mildura, Victoria. Acara ini ditujukan bagi mereka yang berusia diatas 35 tahun dan mencari cinta. Tiketnya pun langsung habis terjual.

Acara ini berhasil menarik perhatian kalangan luas, dimana peserta diharapkan datang dari penjuru Australia, dan beberapa dari daerah yang populasinya kecil, hanya 700 orang.

BACA JUGA: Muhammadiyah: Umat Islam Indonesia Perlu Moderat dan Maju

Penyelenggara acara ini, Christina Sheridan mengatakan acara tersebut menjadi popular, bagi mereka yang merasa terisolasi secara sosial karena jam kerja yang melelahkan dan luas pedesaan yang besar.

"Kami sebenarnya mendapat gagasan ini dari seorang petani yang datang ke salah satu acara kami yang lain dan berkata 'Tolong lakukan sesuatu bagi para lajang'," kata Christina.

"Kami sudah banyak mendengar dari mereka [para petani] bahwa ini adalah acara yang luar biasa dan mereka sudah lama menantikan acara seperti ini.

"Menjadi seseorang yang berusia lebih dari 35 tahun, yang lainnya [di atas 35 tahun] tidak akan mendekati. Mereka cenderung menganggap sudah menikah, memiliki kehidupan mapan dan sebagainya."Masalah dalam menemukan cinta di pedesaan

Lauren Charnstrom masih muda dan belum siap menikah, tapi ia tahu tantangan berkencan di sebuah kota kecil. Lauren Charnstrom mengatakan sulit menemukan cinta di kota-kota pedesaan karena semua orang tahu sejarah setiap orang.

ABC Riverland: Sowaibah Hanifie

Dia mengatakan di pedesaan kehidupan masyarakatnya sangat terbuka dan kebanyakan orang tahu saat seseorang datang dengan 'masa lalu mereka'.

"Orang banyak berbicara dan memberikan pandangan kepada orang-orang tertentu dan mengatakan 'mereka memiliki reputasi'," kata Lauren.

"Padahal jika Anda berada di kota, ada lebih banyak orang dan Anda tidak mengenal mereka, jadi memang jauh lebih mudah."

Lauren juga mengatakan kebanyakan anak-anak muda bertemu di pub atau klub malam. Selain itu, tidak banyak kesempatan lain untuk bertemu dengan calon kekasih baru.

"Saya merasa ini menjadi satu-satunya cara," katanya.

"Banyak teman saya menggunakan Tinder tapi saya merasa cara ini lama-lama tidak berfungsi, orang-orang yang ada di desa itu-itu saja.”

Bagi orang-orang berusia di atas 35 tahun pergi bersenang-senang ke klub di malam hari sudah menjadi hal yang jarang dilakukan, Jadi Lauren mengaku mereka butuh alternatif bukan hanya agar bisa jatuh cinta, tapi juga demi kesehatan mental mereka.

Menurutnya, orang-orang yang tinggal di pedesaan membentuk hubungan yang kuat dan dekat, jadi setengah dari lingkaran pertemanan akhirnya hanya berakhir pada "zona berteman saja’.

"Orang-orang pernah bersekolah bersama, mereka dibesarkan bersama, mereka ingin bertemu orang baru," kata Lauren.

Tapi Vickie mengatakan ada kemudahan untuk menemukan cinta di pedesaan. Kebanyakan hubungan sepertinya bertahan lebih lama.

"Saya pikir banyak orang di pedesaan bahkan menikahi pacar pertama mereka dari bangku sekolah. Saya rasa hal seperti itu tidak akan terjadi di kota. Saya kenal banyak orang yang menikahi teman di sekolah menengah," katanya.Cara lama tetap lebih baik

Pada acara kencan singkat yang digelar akhir pekan lalu (17/02), Christina mengatakan penyelenggara membuatnya dengan cara lama dan secara sosial membuat peserta nyaman untuk mengekspresikan cinta mereka dalam kata-kata dan bukan 'emoji'.

Ia mengatakan mereka menggelar sejumlah permainan "nakal" untuk memecah kecanggungan, agar orang-orang yang terisolasi secara sosial merasa tidak malu.

"Ya ampun, saya berharap tidak ada yang mengirimi saya emoji," kata Christina.

"Kami dibesarkan dengan kebiasaan mengirim surat cinta di bawah meja, ketika itu kita masih polos, saat itu keadaannya masih sederhana."

Christina mengaku dirinya berharap bisa menjadi menggelar lebih banyak lagi acara kencan di pedalaman dan pedesaan di seluruh Australia.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelasan Soal Perbedaan Warna Telur

Berita Terkait