Sonata Berburu Kader Di Penjara

Minggu, 27 Juni 2010 – 08:29 WIB

JAKARTA -- Teroris tak pernah kehabisan kaderSebaliknya, ketika mereka dipenjara, justru muncul rekrutan-rekrutan baru

BACA JUGA: DPR Diisukan Minta Jatah Anggaran Haji

Teror yang berasal dari narapidana "tobat" justru jauh lebih berbahaya
Mabes Polri kini sedang mengkaji cara terbaik agar para teroris tidak bisa merekrut kader dari dalam jeruji besi

BACA JUGA: Jafar Hafsah Siap Hadapi Prabowo

"Kita akan pikirkan caranya
Tentu akan ada komunikasi dengan semua stakeholder karena terorisme adalah masalah bersama," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang.

Jenderal dua bintang itu mencontohkan, Sonata yang sudah dipenjara justru bisa mencari kader-kader baru dan menjalin kontak dengan jaringan lama

BACA JUGA: Tolak Vaksin, CJH Tak Boleh Terbang

"Terbukti, bahwa dia tidak berubahIni harus jadi evaluasi terutama pada sistem rehabilitasi teroris," katanya

Secara terpisah, seorang penyidik menjelaskan pengakuan Sonata selama tiga hari sangat mengejutkan"Kekuatan kelompok ini lebih dari analisa awalDari senjata, pengorganisasian dan pembagian tugas semuanya berubah," kata sumber Jawa PosSonata sekarang berada di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua DepokKeterangannya menjadi bahan bagi Densus 88 untuk mengejar tokoh penting lain yang belum tertangkap

Diantaranya Musthofa alias Abu Tholut, mantan ketua mantiqi III Jamaah Islamiyah yang mempunyai keahlian survival (bertahan hidup), evasion (penghilangan jejak), resistance (melawan dari pelarian), dan  escape (melarikan diri)Ilmu SERE ini lazim dipelajari oleh militer dan kombatan dalam perang.  Musthofa belajar langsung dari para mudarrib (instruktur) di Afghanistan

Namun, belum banyak informasi yang bisa dikorek dari SonataBahkan, kata sumber itu, Sonata justru menantang Polri"Ikhwan di luar akan menuntut balas atas syahidnya Abu Ayas," ujar sumber itu menirukan sesumbar SonataAbu Ayas adalah kunyah atau nama julukan Yuli Harsono di kelompoknyaTapi, sesumbar itu tak membuat korps burung hantu gentarSebaliknya, mereka semakin yakin jaringan ini akan segera terbongkar habis"Insya Allah ada perkembangan baik," katanya

Abdullah Sonata adalah DPO polisi sebagai teroris residivis, lahir di kawasan Bambu Apus Jakarta Timur pada 4 Oktober 1978Sonata menjadi terkenal dan disegani setelah menjadi pimpinan Lasykar Mujahidin, Komite Penanggulangan Krisis (KOMPAK)"saat konflik di Ambon pada tahun 1999

Saat itu Sonata mempunyai sekitar 500 anggotaDia mempunyai kemampuan melakukan penyabotan gudang senjata"Brimob di Ambon pada tahun 2000Sonata juga memimpin kelompok Kayamanya dalam konflik di PosoSetelah bom Bali-1 (2002), Sonata bertemu dengan Dulmatin dan Umar Patek di JakartaSonata beserta Maulana (teroris yang tertembak di Cawang) juga termasuk yang membantu pembukaan kamp pelatihan Mindanao, Philipina dan juga menggorganisir pemasokan dana dari Timur TengahSonata juga diketahui telah membangun kamp pelatihan Olas di Seram Barat.

Abdullah Sonata berhasil ditangkap pada 6 Juli 2005 dan pada Mei 2006 dalam sidang pengadilan oleh hakim dihukum tujuh tahun penjara namun mendapat pembebasan bersyarat dan bebas pada Maret 2009

Pengamat intelijen dan terorisme Marsekal Muda (purn) Prayitno Ramelan menilai penangkapan Sonata dan empat anggota kelompoknya sangat bermanfaat bagi program kontra terorisme ke depan.  "Mapping perkembangan teroris gaya baru yang dikembangkan oleh Abdullah Sonata menjadi lebih jelasPergeseran pola dari kelompok Noordin M Top ke pola Abdullah Sonata menjadi bagian yang perlu didalami,"katanya di Jakarta kemarin

Yang terpenting, tambah penulis buku Intelijen Bertawaf itu,  adalah kemungkinan gaya serangan baruYakni, gabungan serangan antara bom dengan senjata serbu atau senjata runduk yang telah dilatih oleh group teror Sonata

"Kombinasi antara Sonata dengan Soghir (ahli bom) yang bersama-sama adalah gambaran jelas perubahan pola tersebutTeror sangat mungkin dilakukan dengan meledakkan bom pengalihan perhatian, kemudian serangan sesungguhnya dilakukan dengan tembakan yang dilengkapi dengan peredam," kata mantan staf ahli Menteri Pertahanan bidang intelijen itu

Prayitno menambahkan, program deradikalisasi dari Kemenkopolhukam perlu untuk dilaksanakan segera"Tindakan preventif dalam mengatasi tindak terorisme jelas akan jauh lebih besar"hasilnya dibandingkan tindakan represif," katanya.(rdl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Densus Kejar Perakit Bom Sonata Cs


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler