Sopir Angkot Bekasi Tolak Transjakarta

Jumat, 20 Januari 2017 – 08:55 WIB
Bus Transjakarta akan beroperasi hingga dini hari pada malam tahun baru. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Ratusan sopir angkot K-01 jurusan Bekasi-Pulogadung mendatangi Kantor Wali Kota Bekasi, Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Kamis (19/1).

Mereka berunjuk rasa guna mendesak Pemkot menghentikan operasional Bus Transjakarta rute Pulogebang-Stasiun Bekasi. Alasannya, karena bersinggungan dengan trayek angkot mereka.

BACA JUGA: Ikut Demo Anti-FPI, Sukmawati: Rizieq Harus Tersangka!

"Ini merupakan bentuk ketidakpuasan kita kepada Pemkot Bekasi yang memasukkan Transjakarta di Kota Bekasi, dan seluruh kami semua seluruh pengusaha angkot menolak adanya Transjakarta trayek Bekasi-Pulogebang," kata Samosir (43), sekretaris perkumpulan pengusaha angkot K-01 tersebut di lokasi aksi.

Ia mengatakan, sejak ramai ojek online, pendapatannya sudah menurun. Kemudian diperparah dengan bertambahnya angkutan massal Transjakarta, yang menurut dia, lebih nyaman ketimbang angkutan umum lainnya.

BACA JUGA: Aksi di Gedung Sate, GMBI Cs Tuntut Pembubaran FPI

"Nyari pendapatan Rp 50 ribu cukup susah," ujarnya.

Menurut Samosir, angkot K-01 masih mampu membawa penumpang tujuan DKI Jakarta dan sebaliknya. Jadi tidak perlu lagi ada Transjakarta yang saat ini sangat menurunkan pendapatan para sopir.

BACA JUGA: DPRD DKI Minta Kejaksaan Usut Pembangunan Koridor XIII

“Kehadiran Transjakarta semakin menyulitkan sopir angkot mendapatkan penumpang. Akibatnya setoran mereka juga semakin berkurang," ungkap Samosir.

Pendapat serupa juga disampaikan Suyono (49), sopir angkot yang juga terlibat dalam aksi tersebut. Ia merasa kehadiran Transjakarta telah merugikan dia dan rekan-rekannya sesame sopir angkot K-01.

"Kami merasa rugi sejak dioperasikannya bus Transjakarta trayek Pulogebang-Bekasi," keluhnya.

Lebih lanjut Suyono mengungkapkan, ada tiga ruas jalan angkot yang bersinggungan dengan Transjakarta, yaitu Jalan Raya Sultan Agung, Jalan Raya Jendral Sudirman dan Jalan Ir. H. Juanda. Menurutnya, ketiga ruas jalan itu sangat vital bagi sopir angkot untuk membawa penumpang.

Misalnya di kolong Jembatan Layang Cakung, Jakarta Timur. Di sana sopir angkot bisa membawa penumpang dengan penuh di dalam mobil. Namun semenjak Transjakarta dioperasikan pada 28 Desember 2016 lalu, sudah jarang penumpang yang ingin naik angkot.

"Para penumpang jadi beralih ke Tranjakarta. Kami semua hanya kebagian penumpang jarak dekatnya saja. Paling jauh tujuan Kranji atau Harapan Indah Bekasi yang ongkosnya Rp 2.000 per orang," terang Suyono.

Akibat gesekan trayek itu, kata dia, pendapatan para sopir kian lesu. Biasanya dalam sehari dia mampu mendapatkan uang sekira Rp 200.000. Uang sebanyak itu belum termasuk setoran Rp 110.000 kepada pemilik angkot, bahan bakar minyak Rp 50.000 dan sisanya Rp 60.000 dibawa sopir untuk keperluan di rumah.

"Kalau sekarang cuma bawa pulang uang Rp 30.000 saja per hari. Bahkan ada sopir yang tidak bawa uang pas pulang karena keburu habis untuk operasional di lapangan," jelas Suyono. (dhy/zul) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Asyik..Rawa Buaya-Harmoni Cuma 35 Menit


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler