Sori, GMNI Memang Bukan PKI

Senin, 06 Februari 2017 – 20:16 WIB
Kesepakatan perdamaian di Cikini. Foto: GMNI

jpnn.com - jpnn.com - Polemik antara alumnus kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Abraham Lagaligo dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berakhir dengan perdamaian.

Abraham resmi meminta maaf terkait tulisannya yang menuding GMNI adalah perubahan dari Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).

BACA JUGA: SBY Merasa Terancam, Wibawa Pemerintahan Jokowi Jatuh

Permintaan maaf secara terbuka itu dituangkan dalam kesepakatan perdamaian antara presidium GMNI dengan Abraham.

Kesepakatan perdamaian itu ditandatangani Ketua Presidium GMNI 2015-2017 Chrisman Damanik J dan Abraham yang merupakan Ketua HMI Cabang Surabaya 2002-2003 di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (6/2).

BACA JUGA: Pramono: Sekretaris MA Pilihan Presiden Lebih Lumayan

Koordinator Presidium Nasional KAHMI Mahfud MD dan Ketua Umum PA GMNI Ahmad Basarah turut menandatangani dan menyaksikan kesepakatan perdamaian itu.

"Saya tidak akan ulangi perbuatan serupa," kata Abraham.

BACA JUGA: Ryamizard Ryacudu: Saya Juga enggak Tahu

Dia mengharapkan, permintaan maaf secara terbuka itu bisa menepis rumor yang mengatakan bahwa GMNI underbouw PKI.

"Saya selaku alumni HMI minta maaf. Dan alhamdulillah, kami sama-sama menentang komunisme," tegasnya.

Di sisi lain, Basarah mengatakan, tidak ada alasan bagi pihaknya untuk tak mengampuni Abraham yang sudah meminta maaf.

Apalagi, Abraham juga menyadari kekeliruan tulisannya yang sudah viral di media sosial.

Bagi GMNI, hal itu menjadi semacam asbabul nuzul atau momentum awal untuk meluruskan sejarah yang sebenarnya mengenai GMNI.

Mulai kelahiran hingga pada era Orde Baru yang mengalami politik desoekarnoisasi.

"Penyelesaian di luar jalur hukum yang ditempuh dalam masalah ini menunjukkan bahwa kami semua masih memegang teguh apa yang menjadi jati diri bangsa Indonesia. Hari ini kami mengeimplementasikan Trisakti yang ketiga, yaitu kepribadian yang berbudaya Indonesia," kata Basarah.

Dia menambahkan, menyelesaikan permasalahan yang melibatkan anak bangsa memang tidak harus melalui penegakan hukum atau saling hujat.

"Terlebih, situasi sekarang ini adanya perbedaan atau perselisihan dari anak-anak bangsa rawan diperkeruh oleh pihak-pihak yang memang ingin mengadu domba antara golongan Islam dan nasionalis," ungkapnya.

Dalam kesempatan sama, Mahfud mengatakan, perdamaian itu menjadi penjelasan kepada publik bahwa HMI dan GMNI sama-sama pendukung Pancasila sebagai dasar negara.

"Alhamdulillah ini sudah selesai, apa yang menjadi kegundahan kami karena ada yang mengalir di air keruh. Karena di Indonesia sedang keruh, ada hal seperti ini dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu," kata Mahfud.

Di sisi lain, Ketua Presidium GMNI Chrisman Damanik mengatakan, penyelesaian ini sudah melalui proses komunikasi secara kelembagaan.

Kesepakatan perdamaian juga didorong proses mediasi KAHMI dan PA GMNI.

"Kami tidak ingin terpancing dengan berbagai upaya adu domba di antara komponen bangsa Indonesia, khususnya antara keluarga besar GMNI dan keluarga besar HMI maupun antara keluarga besar alumni GMNI dan keluarga besar alumni HMI," katanya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istana: Pak SBY Tak Usah Khawatir


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
GMNI  

Terpopuler