jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menanggapi sikap dan etika calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka saat debat keempat pilpres 2024.
Menurut dia, sepanjang debat Gibran secara membabi buta menyerang, merendahkan, dan mengolok-olok karakter personal kandidat lainnya.
BACA JUGA: Sudah Dilarang, Gibran Tetap Bertanya Istilah Asing kepada Mahfud, Lalu Kena Tegur
"Berkali-kali meremehkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara debat dengan tidak mematuhi aturan dan tata tertib debat yang berkali-kali diulang oleh moderator,” ucap Pangi dalam keterangannya, Selasa (23/1).
Dia pun mengemukakan argumen mengapa calon presiden-calon wakil presiden harus berusia minimal 40 tahun pada aturan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu).
BACA JUGA: Mahfud MD Tampil Memukau Saat Debat Cawapres, Pengamat: Manuver Gibran Tidak Berhasil
"Inilah sebabnya mengapa founding father republik merancang bahwa calon presiden dan wakil presiden harus memiliki usia minimal 40 tahun. Saya yakin bahwa keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang spontan dan tidak punya alasan yang kuat,” jelasnya.
Alumnus Universitas Andalas itu bilang bahwa debat cawapres semakin menguatkan argumentasi bahwa kematangan dan kedewasaan itu penting.
BACA JUGA: Nasib Warga Kampung Bayam Memprihatinkan, Anies: Negara Tidak Boleh Zalim
Pangi bahkan menyebutkan debat tersebut sebagai debat paling memalukan sepanjang sejarah debat capres-cawqpres.
“Sikap kekanak-kanakan, tidak bijaksana, suka merendahkan orang lain, bicara di luar konteks serta penampilan penuh gimmick dan gestur yang mengejek menjadi tontonan paling memalukan sepanjang sejarah debat capres-cawapres di negeri ini,” tutur Pangi.
Salah satu sesi debat saat Gibran menggunakan istilah 'Grendflation' dinilainya bukan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban melainkan hanya ingin mengolok-olok Mahfud MD sebagai seorang profesor.
Hal itu dilakukan untuk menciptakan kesan bahwa wakil presiden tersebut tidak cerdas atau tidak memiliki pemahaman dan wawasan yang luas.
“Jika itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa si penanya punya pengetahuan dan wawasan yang luas, maka itu adalah kekeliruan dan justru sebaliknya si penanya sedang mempertontonkan kualitas rendahan,” tambah Pangi.
Adapun, debat tersebut mengambil tema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa.(mcr4/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi