jpnn.com, JAKARTA - Puluhan Pelajar Islam Indonesia (PII) melakukan aksi diam di depan kantor DPR/MPR/DPD RI dengan membawa puluhan payung hitam.
Ketua Umum PB PII Rafani Tuahuns menyampaikan catatan terkait recana revisi UU Sisdiknas.
BACA JUGA: Memeriahkan Tahun Baru Islam, Warga dan Pelajar Pontianak Melakukan Pawai Taaruf
Rafani menilai RUU ini cacat proses. Pasalnya, tidak melibatkan komponen pelajar dalam penyusunannya.
“Padahal pelajar adalah komponen utama dalam sistem pendidikan kita,” kata Rafani, Senin (29/8).
BACA JUGA: Ketua MPR Ajak Pelajar Islam Indonesia Tangkal Paham Radikalisme
Lebih lanjut, Rafani menilai RUU Sisdiknas masih menjadikan pelajar sebagai objek pendidikan.
Padahal, sejatinya pelajar sebagai pelaku penting dalam sistem Pendidikan. Oleh karena itu, pelajar harus menjadi subjek utama pendiidkan.
BACA JUGA: RUU Sisdiknas Mengebiri Hak Guru & Dosen, PGRI Ajukan 5 TuntutanÂ
“Hal itu ditunjukkan juga dengan hilangnya hak-hak pelajar dalam draf RUU Sisdiknas. Bagaimana mungkin pelajar melaksanakan proses pendidikan jika hak-hak fundamen pelajar tidak terpenuhi,” kata aktivis asal Sulawesi Tengah tersebut.
Menurut Rafani, RUU Sisdiknas ini juga mengerdilkan makna pendidikan.
Dia menyebut pendidikan informal dan nonformal tidak mendapatkan porsi lebih dalam RUU tersebut.
“Bagaimana bisa terpenuhi pendidikan yang berkeadilan, sementara bagi kaum miskin kota dan kelompok di pedalaman yang masih saja mengalami ketimpangan akses pendidikan. Jangan sampai RUU ini justru mendiskriminasi pelajar,” ujar Rafani.
Sementara Ketua III PB PII Bidang Pemberdayaan Masyarakat Yaumal Akbar mengatakan pelajar membawa payung hitam dalam aksi ini merupakan simbol penolakan terhadap RUU Sisdiknas.
“Payung yang kami bawa adalah simbol kekecewaan dari kami kepada pemerintah yang terburu-buru dan terkesan memaksakan dalam perancangan RUU Sisdiknas,” ujar Yaumal Akbar.
Komandan Brigade PII Wilayah Jakarta Khairul Khadad menegaskan setelah melakukan aksi diam ini, PII akan melakukan aksi lanjutan ke Istana Presiden dan tidak menutup kemungkinan melakukan konsolidasi dengan santri dan pelajar STM.
“Setelah ini kami akan melakukan aksi lanjutan yang lebih besar ke Istana Presiden. Tidak menutup kemungkinan akan lebih masif mengonsolidasikan dengan kelompok santri dan pelajar STM," ujar Hadad.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari