jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Syarifuddin Hasan menghadiri sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Kecamatan Sukanegara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/8).
Dia mengapresiasi penyelenggaraan sosialisasi Germas. Menurut dia, kunci pembangunan sumber daya manusia adalah pendidikan dan hidup sehat.
BACA JUGA: Kinerja Garuda Dinilai Terus Membaik, Syarief Hasan: Fokus Sehatkan Keuangan Perusahaan
"Pemerintah harus memprioritaskan pendidikan dan kesehatan. Itu prioritas utama, bukan infrastruktur," katanya dalam Sosialisasi Germas.
Turut hadir sebagai pembicara sosialisasi Germas terkait penyakit TBC ini adalah praktisi kesehatan dr. Herni Anggraeni dan Sulistyo, SKM (Tim Kerja TBC Kemenkes).
BACA JUGA: Syarief Hasan Sebut Peresmian Museum & Galeri SBY-ANI di Pacitan Sejarah Bagi Indonesia
Menurut Syarief Hasan, sapaan Syarifuddin Hasan, masalah pokok bangsa ini adalah pendidikan dan kesehatan.
"Itu tolok ukur suatu negara dikatakan maju. Orang miskin salah satunya karena kesehatan. Karena kalau orang sakit maka biaya yang dikeluarkan cukup besar. Karena itulah kesehatan sangat penting," ujarnya.
BACA JUGA: Ini Alasan Syarief Hasan Nilai MK Tidak Berwenang Mengatur Batas Usia Capres-Cawapres
Dia menambahkan hidup sehat sangat penting. Meski ekonomi mampu, kedudukan, pangkat, tetapi jika tidak sehat, maka tetap saja. "Jadi, seseorang harus sehat lebih dulu," sambungnya.
Menanggapi data yang menunjukkan Indonesia menempati urutan kedua tertinggi di dunia dalam penyakit TBC, Syarief Hasan mengemukakan dua penyebab tingginya penderita TBC di Indonesia.
Pertama, karena jumlah penduduk Indonesia cukup besar. Indonesia menempati urutan keempat dunia dalam jumlah penduduk, setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Penyebab kedua adalah karena pertumbuhan ekonomi. Bila pertumbuhan ekonomi turun, maka dapat dipastikan anggaran kesehatan juga turun.
"Itulah yang menyebabkan ranking penderita TBC di Indonesia naik. Tapi dengan kinerja Kementerian Kesehatan, pada tahun 2024 dan seterusnya, jumlah penderita TBC bisa dikurangi," kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Demokrat ini.
Syarief Hasan memaparkan pertumbuhan ekonomi ketika Presiden Susilo Bambang Yudhyono memulai pemerintahan 2004 hanya berkisar 4 persen. Namun, selama 10 tahun masa pemerintahan SBY, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata tumbuh enam persen.
"Artinya anggaran untuk kesehatan pun semakin tinggi. Dengan demikian sektor kesehatan kita bisa dimanage dengan baik karena kepedulian pemerintah terhadap kesehatan semakin besar. Meskipun masih muncul masalah, tetapi selalu bisa diperbaiki," ujarnya.
Syarief Hasan kemudian membandingkan dengan masa pandemi Covid-19. Pada masa pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun drastis, bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat minus 2,9 persen.
"Ternyata, masalah kesehatan pada waktu itu sangat luar biasa. Kondisi kesehatan masyarakat pada saat itu cukup buruk. Banyak orang sakit, rumah sakit pun penuh karena Covid-19 dan penyakit lainnya," imbuhnya.
Namun, lanjut Syarief, pemerintah bisa mengatasi kondisi kesehatan masyarakat pada waktu itu.
"Sekarang rata-rata pertumbuhan ekonomi 4-5 persen. Ini belum cukup, karena itu kita selalu mendorong agar anggaran kesehatan karena untuk sumber daya manusia menjadi perhatian," kata anggota DPR dari Daerah Pemilihan Kabupaten/Kota Cianjur dan kota Bogor ini.
Bila pertumbuhan ekonomi naik, tambah Syarief Hasan, maka anggaran untuk sumber daya manusia pun yang dikelola antara lain oleh Kementerian Kesehatan akan lebih besar.
"Ke depan, anggaran kesehatan akan ditingkatkan sehingga meskipun jumlah penduduk Indonesia bertambah, masalah kesehatan masih bisa ditangani," pungkasnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Syarief Hasan Ajak Masyarakat Bogor Memperkuat Komitmen Terhadap Empat Pilar MPR
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian