Sosialisasi Sadar Risiko, Dimas Syailendra: Kami Tidak Mengusik Kepentingan Pihak Lain

Jumat, 07 Oktober 2022 – 14:36 WIB
Ketua MASINDO Dimas Syailendra dalam Podcast JPNN.com di YouTube. Foto: dok. JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) gencar melakukan sosialisasi pada masyarakat terkait berbagai macam risiko yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Ketua Masindo Dimas Syailendra Ranadireksa mengatakan sejak dini manusia harus diberi sosialisasi soal budaya sadar risiko karena menyangkut kehidupan mulai dari bangun pagi hingga tidur di malam hari.

BACA JUGA: Pemerintah Didesak Susun Kebijakan Berbasis Riset soal Tembakau Alternatif

Budaya sadar risiko adalah sebuah kondisi di mana kita menyadari bahwa kita selalu dikelilingi oleh berbagai risiko.

Kita juga menyadari bahwa setiap tindakan, keputusan, dan aksi yang kita lakukan berpotensi mendatangkan risiko, baik besar maupun kecil,” ujar Dimas dalam podcast  yang ditayangkan akun JPNN.com di YouTube. 

BACA JUGA: Produk Tembakau Alternatif, Jadi Pilihan Perokok Dewasa untuk Beralih dari Rokok

Menurut Dimas, masyarakat terkadang menyepelekan soal sadar risiko padahal hal tersebut sangat penting bagi kelanjutan dan keselamatan hidup.

Dia menyontohkan masalah penggunaan helm yang diciptakan untuk keselamatan pengendara maupun penumpangnya. Namun, masyarakat menyepelekan penggunaan helm dan hanya akan memakainya untuk menghindari tilang dari polisi lalu lintas.

BACA JUGA: Anda Ingin Menjaga Kesehatan Jantung, Jangan Ragu Konsumsi 3 Minuman Ini

“Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran risiko yang dimiliki pengemudi tersebut masih rendah. Seharusnya cara berpikir kita dimulai dengan nanti gimana, bukan gimana nanti sehingga kita menyadari ada risiko yang terjadi dalam setiap keputusan,” sambung Dimas.

Saat ini, Masindo juga fokus menyosialisasikan sadar risiko terkait kebiasaan merokok yang bisa mengganggu kesehatan baik untuk si perokok maupun orang sekitarnya.

Dimas mengatakan Masindo tidak memaksakan seorang perokok untuk berhenti merokok seketika. Namun, Masindo menyarankan agar para perokok dewasa bisa mencoba beralih ke produk tembakau alternatif yang memiliki risiko lebih rendah daripada rokok.

Dia menegaskan faktor pengurangan risiko pada produk tembakau alternatif bukan saja terkait pengguna itu sendiri tetapi juga pada orang-orang sekitar yang sering terpapar asap rokok atau lebih dikenal sebagai perokok pasif. 

“Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, mempunyai risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok. Sebab, produk tembakau alternatif tidak melalui proses pembakaran sehingga tidak menghasilkan asap yang mengandung TAR dan bisa  memicu berbagai penyakit berbahaya seperti pada rokok biasa,” paparnya.

Dimas menegaskan sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan Masindo tersebut tidak untuk mengusik kepentingan pihak-pihak tertentu. Menurutnya, Masindo hanya ingin mengubah mindset atau pola pikir masyarakat terkait risiko kesehatan.

Menurutnya, pandangan bahwa produk tembakau alternatif sama berbahayanya dengan rokok adalah salah satu mispersepsi yang paling banyak ditemui di masyarakat

Faktanya, kata Dimas, sudah banyak hasil kajian ilmiah yang menyimpulkan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang berbeda dibandingkan dengan rokok.

Dia memberi contoh hasil riset Public Health England, menyebutkan penggunaan produk tembakau alternatif lebih rendah risikonya hingga 95 persen dibandingkan dengan rokok

 “Masindo itu tidak mengusik kepentingan siapapun, kami berdiri di tengah-tengah, in the name of the risiko bagi semua. Termasuk bagi industri itu sendiri. Masindo mau tetap istakamah, kami tidak mau mengganggu,” tegas Dimas.

Dimas mengungkapkan pemerintah bisa membantu mengurangi risiko kesehatan akibat rokok.

Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh pemerintah, sambungnya, dengan bersikap terbuka akan adanya produk tembakau alternatif yang saat ini sudah hadir di Indonesia. Namun, sikap terbuka ini, tuturnya, bukan diartikan bahwa pemerintah menelan secara mentah klaim bahwa produk tembakau alternatif bebas risiko.

Dia mendorong pemerintah melakukan kajian ilmiah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait seperti kementerian/lembaga, akademisi, praktisi kesehatan, pelaku industri, konsumen, hingga masyarakat sehingga hasil riset nantinya lebih komprehensif terkait hal tersebut.

“Atau pemerintah juga bisa memberikan dukungan terhadap pihak-pihak yang memiliki kompetensi dan kapabilitas untuk melakukan riset atas produk tembakau alternatif,” sambungnya.

 Langkah selanjutnya, sambung Dimas, pemerintah bisa menghadirkan regulasi yang berlandaskan dari hasil kajian ilmiah yang telah dilakukan.

Harapannya, regulasi tersebut disesuaikan dengan profil risiko produk tembakau alternatif yang berbeda dari rokok sehingga nantinya tidak disamakan dengan aturan-aturan yang mengikat rokok.

“Pemerintah juga harus aktif menyebarkan informasi kepada publik bahwa produk tembakau alternatif adalah pilihan yang lebih baik bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti merokok. Tentunya kembali lagi, informasi ini harus berdasarkan fakta penelitian,” pungkas Dimas. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler