Sosiolog Soroti Berbagai Konten Kritikan Terkait Tragedi Kanjuruhan

Senin, 03 Oktober 2022 – 12:09 WIB
Ilustrasi - Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

jpnn.com - JAKARTA - Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menyoroti maraknya konten di media sosial yang memuat kritikan terkait tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) kemarin.

Dia menilai maraknya konten tersebut dapat menjadi kontrol atau medium pengawasan yang tepat agar peristiwa serupa tidak terulang di kemudian hari.

BACA JUGA: Anies Merespons Soal Tragedi Kanjuruhan, Simak

Warganet diketahui beramai-ramai membuat konten terkait peristiwa Kanjuruhan.

Mulai dari menyatakan keprihatinan kepada para korban hingga mengkritisi penyelenggara dan sistem keamanan yang tidak sesuai dengan standar.

BACA JUGA: Hanindhito: Tragedi di Stadion Kanjuruhan Jangan Terjadi Lagi

"Warganet diharapkan berperan aktif dalam mengedukasi sesama, termasuk ikut melakukan kontrol juga mencermati kesiapan dan kematangan penyelenggara," ujar Ida dalam keterangannya, Senin (3/10).

Konten-konten warganet banyak mengkritisi penembakan gas air mata yang tidak sesuai standar FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) hingga penyelenggara yang mengabaikan kapasitas serta waktu main yang diundur.

BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, PSS Sleman Dukung Penuh Liga 1 Dihentikan

Tak sedikit juga warganet menyayangkan sikap sebagian kecil suporter yang pada akhir pertandingan malah mengejar pemain klub lain setelah klub kesayangannya kalah.

Dengan adanya konten-konten yang membangun tersebut diharapkan proses evaluasi yang dijanjikan pemerintah terhadap tragedi Kanjuruhan bisa lebih terarah dan bisa cepat ditemukan titik terangnya.

Meski begitu, warganet diharapkan dapat bijak dalam membagikan konten terkait tragedi Kanjuruhan dengan tidak membagikan konten terkait korban.

Hal itu untuk menjaga agar keluarga dari korban maupun korban tidak berakhir trauma.

"Di era digital, kontrol atau membatasi distribusi informasi tidak mudah, tetapi selayaknya ada pembelajaran kolektif, bukan salah menyalahkan atau merasa benar," ucap wanita yang juga menjabat Kepala Departemen Sosiologi FISIP UI itu.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10), insiden itu bermula dari kericuhan yang terjadi setelah pertandingan Liga I antara Arema FC melawan Persebaya berakhir dengan skor 2-3.

Kekalahan yang terjadi di kandang Arema itu membuat sejumlah suporter masuk ke dalam area lapangan.

Kondisi makin ricuh setelah sejumlah benda-benda seperti flare dan botol minum dilemparkan ke arah lapangan.

Petugas keamanan sebenarnya sudah berusaha menghalau agar para suporter tidak memanas.

Di tengah kondisi itu, petugas melakukan tembakan gas air mata.

Kondisi justru makin memanas sehingga mengakibatkan korban jiwa sekitar 125 orang. (Antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Madura United Gelar Doa Bersama dan Hening Cipta untuk Korban Tragedi Kanjuruhan


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler