Sosok Almarhum Parlin Siagian di Mata Legenda PSMS Tumsila

Senin, 16 November 2020 – 23:27 WIB
Dari kiri : Parlin Siagian, Nobon Kayamuddin, Tumsila. Foto : dok pri untuk pojoksatu

jpnn.com, MEDAN - Kepergian legenda PSMS Medan Parlin Siagian pada , Senin (16/11/2020) siang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat dan sahabatnya.

Parlin merupakan satu dari tiga legenda PSMS pada era emas perserikatan yang selama ini aktif di PSMS. Dua lainnya yang masih tersisa adalah Nobon Kayamuddin dan Tumsila. Selama ini, ketiganya diplot sebagai penasehat teknik klub.

BACA JUGA: Berita Duka: Parlin Siagian Meninggal Dunia

Kehilangan Parlin membawa duka tersendiri bagi Tumsila. Ya, striker dengan julukan Si Kepala Emas itu kerap bersama-sama dengan Parlin sejak awal merintis sepak bola.

Sebelum ke PSMS, mereka mengawali karir di klub Medan Putra lalu Perisai dan ketemu lagi di PSMS. Bahkan, mereka bekerja di kantor yang sama di Dinas Perpajakan.

BACA JUGA: Buronan Pembunuh Emy Listiyani Warga Semarang Tertangkap di Lembar Lombok

“Dia sama saya beda beberapa tahun. Dia (Parlin) main di PSMS tahun 1972, saya tahun 1967. Kami sering bersama dari awal, satu klub di Medan Putra, satu klub di Perisai, satu kantor juga, dan satu tim di PSMS. Makanya walau sudah enggak jadi pemain, kami sering ketemu,” ujarnya kepada pojoksatu.id saat dihubungi, Senin (16/11/2020).

Bagi Tumsila, Parlin adalah pemain yang selalu 100 persen untuk PSMS. “Kalau membela PSMS dia itu mati-matian, serius di lapangan dia,” sebutnya.

BACA JUGA: Lihat Tulang Belulang dan Tengkorak, Soimah Langsung Histeris

Saking sering bersama, Tumsila mengaku sangat klop dengan Parlin. Di lapangan, keduanya sudah tahu apa yang dibutuhkan satu sama lain. Bahkan, Tumsila mengakui sebagian besar gol yang dicetaknya dari umpan Parlin.

“Saya bikin gol dari umpan-umpan dia. Hampir semua gol saya dari dia. Saya tahu maunya dia, dia tahu maunya saya, kami sudah klop,” jelasnya.

Satu kenangan yang sulit dilupakan Tumsila sepanjang karirnya di sepak bola bersama Parlin adalah pada tahun 1972. Saat itu, keduanya membela PSMS di ajang Soeharto Cup di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Di mana PSMS masuk empat besar, bersama tiga klub kuat lainnya yaitu Persija, Persebaya dan PSM Makassar.

“Satu gol yang saya buat di ajang itu tidak akan saya lupakan, dan itu umpan dari Parlin,” tegasnya.

Tumsila menceritakan pada laga penentuan, PSMS menghadapi Persebaya. Jika kalah waktu itu, maka yang akan jadi juara Persija. Pertandingan berjalan sengit sejak awal, meski Persebaya tidak ada peluang juara.

“Saat babak pertama kita kebobolan lebih dulu 0-1. Lalu kita bisa balas jadi 1-1. Dan tak lama kami kebobolan lagi jadi 1-2. Saat itu, bendera Persija berkibar di stadion pertanda mereka akan juara. Tetapi kami berhasil menyamakan lewat gol almarhum Wibisono jadi 2-2. Babak kedua kita ketinggalan lagi 2-3,” kenangnya.

Dan, momen emas yang sulit dilupakan Tumsila adalah 15 menit sebelum pertandingan akhir. Dia melihat Parlin berlari dari kiri lalu melewati empat pemain lawan.

“Saya lihat pergerakannya, lalu saya maju ke mulut gawang lawan. Parlin langsung tahu posisi saya, dia kasih operan ke saya dan saya langsung buat gol. Pertandingan jadi seri 3-3. Dan kami tidak jadi kalah, kami langsung juara. Karena kami seri sudah juara, tetapi kalau kalah Persija yang juara. Itulah PSMS juara Soeharto Cup pertama,” tuturnya.

Kenangan itu sulit baginya dilupakan. “Kenang-kenangan buat saya. Gol yang tidak bisa saya lupakan dari umpan Parlin. Parlin itu gigih, kalau bola sudah sama dia, susah lawan merebut dari kakinya. Dia bawa bola bagus. Dia bisa melewati dua sampai tiga pemain,” sebutnya.

“Dia sebagai pemain memiliki fanatisme yang tinggi terhadap PSMS. Serius, dan enggak pernah takut. Karena kami anak Medan. Semoga apa yang ada di Parlin selama jadi pemain bisa dicontoh pemain muda sekarang, bagaimana gigihnya dia, semangatnya dia, di lapangan selalu 100 persen,” jelasnya.

Tumsila juga mengakui saat mendengar kabar meninggalnya Parlin sangat kaget. Pasalnya, dua bulan ini, Tumsila tidak fit dan harus menjalani perawatan. Namun, Parlin diketahuinya selalu menanyakan kabarnya.

“Biasanya kami ke Kebun Bunga atau Askot PSSI Medan. Tapi belakangan ini saya sakit, saya tahu dia menanyakan saya ke abang saya. Makanya saya kaget, saya kehilangan dia (Parlin). Saya turut berduka,” pungkasnya.

BACA JUGA: Gerak-gerik Mbak Siti Aisyah Mencurigakan, Setelah Diperiksa, Ternyata

Sementara itu, jenazah Parlin dijadwalkan akan dimakamkan pada Rabu (18/11/2020). (nin/pojoksatu)


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler